28. Not a Good Birthday too

176 31 1
                                    

Double update yuhu! >< 💗
Selamat membaca ya...

♥︎♡︎♥︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♥︎♡︎♥︎

Hari ini Zelia ulang tahun, ia menerima banyak ucapan dari orang-orang juga mendapat beberapa kado kecil. Tapi ia sedikit pun tidak senang, karena ia hanya berharap Artala ada di sana juga ikut mengucapkan selamat ulang tahun untuknya.

Tapi bagaimanapun ia berharap, Artala tidak akan pernah membalas pesannya.

Reni menghela napas berat melihat Zelia yang sudah dua hari ini terdiam bahkan menangis tiba-tiba. Temannya itu mengatakan bahwa ia sangat menunggu balasan dari Artala, tapi laki-laki itu tak pernah membalas.

"Sampai kapan Artala bakal ngejauhin gue, Ren?" tanya Zelia lesu.

"Ini nih pasti si Adel ada hubungannya! Tuh anak sok-sokan mau temenan, taunya nusuk juga. Lo udah deh, Lia. Kalau Artala tetap gitu lo nggak perlu ngirimin dia pesan lagi. Lo nggaj sendiri, bukan Artala doang yang ada di dunia ini. Lo cantik, lo nggak bisa gini terus."

Zelia bingung, ia bingung untuk menceritakan pada Reni apa yang terjadi. Tapi jika ia tak segera menceritakan pada Reni, sahabatnya itu akan semakin membenci Artala.

Dan adanya saat ini juga Zelia mulai membenci laki-laki itu.

"Hai!" sapa Adeline membawa jajanannya untuk ikut duduk di meja yang sama dengan Zelia dan Reni.

Reni memutar bola matanya malas. "Kita kayaknya perlu bicara deh. Gue muak lihat lo sok baik."

Adeline mengernyit, ia menatap Reni yang berkata seperti itu padanya. "Hah? Sok baik? Gue sok baik?"

"Lo diam-diam deketin Artala, 'kan? Makanya Artala menjauh terus dari Zelia, ini juga udah dua hari tuh cowok nggak kelihatan batang hidungnya. Pesan Zelia nggak dibales, pasti gara-gara lo, 'kan?"

"Ih! Apasih, Reni. Gue nggak pernah ngehubungi Artala lagi. Untuk Artala yang nggak hadir dua hari ini juga gue nggak tau ke mana. Biasanya gue denger berita selalu dari Naja."

Zelia menutup telinganya tak ingin mendengar keributan dua orang itu. "Tolong banget! Gue sakit kepala denger kalian ribut terus!"

"Gue nggak tau hubungan lo sama Artala apa, tapi sebelumnya gue lihat lo terus di deket Artala, Del. Gue nggak papa kok kalau lo jujur lo suka Artala, karena gue juga nggak punya hak untuk suka dia sebagai pacar gue."

Adeline dan Reni menoleh pada Zelia sepenuhnya.

"Nggak punya hak apa maksud lo? Lo 'kan pacar Artala, jadi wajar lo bakal nggak suka gue yang sering di deket Artala. Gue minta maaf, Lia. Tapi beneran gue nggak punya perasaan lebih ke Artala, gue nggak ada hubungan apa-apa sama dia–,"

"Ya terserah lo, gue cuma nggak mau lo sama Reni ribut terus. Gue sama Artala saudaraan, kita sekandung. Udah, jangan ribut lagi. Itu alasan kenapa gue sama Artala ngejauh satu sama lain. Tapi gue bingung kenapa tuh anak menghilang gini, gue cuma khawatir."

✔︎ TEMARAM | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang