Perpustakaan – 12.40
Perpustakaan merupakan tempat favorit Ruby untuk menghabiskan waktu istirahatnya saat jeda pergantian kelas. Tempat yang cocok untuk menghilang dan menyendiri. Ruby lebih memilih untuk duduk berjam-jam di perpustakaan ini, daripada harus nongkrong di kafeteria seperti mahasiswa lainnya.
Spot favoritnya? Tentu saja di lorong bagian novel dan sejarah. Sebagian besar sudah pernah ia baca, namun tidak segan untuk dibacanya kembali.
Ruby sudah berniat akan membaca Sense and Sensibility karya Jane Austen. Walaupun ia tipikal gadis yang cuek dan tomboy, namun kisah romantis dan percintaan selalu menjadi favoritnya.
Ketika ia akan mengambil buku novel itu, sesuatu menariknya dengan kasar dari lorong rak buku di seberangnya.
“Excuse me?” tanya Ruby, tanpa melepaskan pegangannya pada buku itu. Sebuah tangan besar di seberangnya memegang buku itu dan tidak nampak akan mengalah sedikitpun.
“Aku duluan yang memegang buku ini, ini milikku.” ujar Alex. Yup, dia adalah Alexander Archer, si kapten football dan bisa dibilang ketua dari geng popular beranggotakan lelaki tampan seantero kampus.
“Maaf, apakah bisa kau melepaskannya? Buku ini aku duluan yang mengambilnya. Kau bisa membaca buku ini setelah aku membacanya.” ucap Ruby.
“Nope, this is mine. Lebih baik kau menyingkir.” ujar Alex dengan arogannya.
Tarik menarik buku pun masih terjadi, mereka berdua pun masih senantiasa memegang buku novel itu.“Menyingkir? Oh, mohon maaf, Tuan Arogan, buku ini adalah milikku, dan kurasa seorang kapten football yang populer tidak akan mengerti literatur macam ini.” ujar Ruby sambil menyunggingkan senyumnya.
“Apa maksud perkataanmu barusan? Tarik kembali ucapanmu! Enyah saja kau, ini milikku!” ujar Alex dengan nada meninggi.Alex pun menarik kasar buku itu, menyebabkan Ruby terpelanting ke belakang dan menabrak rak buku yang ada di belakangnya sehingga rak buku tersebut jatuh.
Begitupun dengan Alex, ia pun ikut terpelanting dan menabrak rak buku di belakangnya. Rak-rak buku itu jatuh seperti domino yang berantakkan.
Suasana perpustakaan menjadi hening untuk seketika. Mereka berdua pun saling bertukar pandangan atas kekacauan yang mereka buat.“Ada apa ini? Kalian berdua….ikut saya ke kantor dekan, sekarang!” ujar Ms. Jefferson, penjaga perpustakaan, sambil bertolak pinggang.
Kantor Dekan – 13.05
“Kalian sudah mahasiswa tapi bertingkah seperti anak kecil. Apa yang kalian lakukan sehingga menyebabkan kekacauan di perpustakaan?” ujar Professor Jim Watson, Dekan Universitas.
“Aku mengambil buku itu terlebih dahulu, Professor Watson, ia merebutnya dariku.” ujar Ruby sambil menunjuk Alex.
“Apa? Aku duluan yang mengambil buku itu dan kau yang merebutnya. Kekacauan itu tidak akan terjadi kalau bukan kau yang memulainya.” ujar Alex sambil mendengus.
“Oh ya? Mana buktinya? Lagipula untuk apa kau membaca buku itu? Kurasa kau tidak akan mengerti apa isi buku nya.” kata Ruby, sambil mendengus dan menyilangkan tamgan di depan dadanya.
“Kau sungguh keterlaluan. Tarik kembali ucapanmu, atau kau akan merasakan akibatnya.” ucap Alex sambil mengacungkan telunjuknya pada Ruby.
Perdebatan itu pun terus terjadi hingga membuat Professor Watson memijat keningnya. Entah apa yang sedang disaksikannya ini, hanya membuat kepalanya pening setengah mati. Tidak pernah dalam sejarah ia menjabat sebagai dekan, harus mengurusi permasalahan mahasiswa yang merebutkan sebuah buku.
“Sudah, cukup!" kata Professor Watson sambil menggebrak meja dan membungkam kedua mahasiswa yang sedang duduk di hadapannya itu.
“Aku tidak peduli dengan alasan kalian berdua. Mr. Archer dan Ms. Maxwell, kalian dihukum menulis sepuluh rangkuman novel, dan semua harus selesai dalam dua minggu ke depan.”
“Apa??” ujar Ruby dan Alex secara bersamaan.
"Ini tidak adil, Professor Watson!" ujar Alex sambil mengernyitkan dahinya.
"Hukuman itu terlalu berat, Professor Watson. Mana mungkin bisa diselesaikan dalam dua minggu?" ujar Ruby.
Mereka berdua tetap mengeluarkan pembelaannya tanpa henti, hingga Professor Watson tidak bisa mendengar mereka berbicara dengan jelas. Alex dan Ruby merasa dirinya masing-masing melakukan hal yang benar.
“Cukup! Ditambah…kalian harus membereskan kekacauan yang kalian buat di perpustakan setelah selesai kelas setiap hari. Rapikan buku-buku itu. Semuanya!” jelas Professor Watson sambil menunjuk ke arah Alex dan Ruby bergantian.
“Tapi…tapi aku ada latihan football, Sir, pertandingan sebentar lagi, aku harus latihan, Sir…” ujar Alex mencoba merayu Professor Watson.
“Tidak ada tapi-tapi, Mr. Archer, aku tidak peduli pengaruh orang tuamu pada sekolah ini. Selesaikan saja apa yang sudah kau lakukan. Silahkan, kalian boleh keluar dari ruanganku sekarang juga.” ujar Professor Watson dengan tegas.
Ruby dan Alex masih tercengang, seakan tidak terima dengan keputusan dekannya itu. Mereka berjalan keluar dari ruangan Professor Watson dengan tatapan kesal dan tidak percaya.
“Maxwell, you‘re so dead…kau akan membayar ini semua.” ujar Alex sambil menunjuk dan menatap Ruby dengan tajam.
Ruby, yang tubuhnya hanya setinggi bahu Alex, dengan berani membalas tatapan tajam lelaki bermata biru itu.
“Oh yeah? Jangan kau kira kau tidak menghancurkan hidupku, Archer. Kurasa otakmu lebih kosong dari yang kukira.” kata Ruby sambil mendengus dan berjalan pergi meninggalkan Alex yang masih tercengang dengan ucapan Ruby.
----------
To be continue

KAMU SEDANG MEMBACA
The Stars and You
RomanceRuby Maxwell, seorang gadis dengan kehidupan yang rumit, berusaha untuk 'tidak terlihat' di kampusnya. Ia hanya ingin menyelesaikan studinya, sesuai dengan keinginan ibunya. Namun semua itu berubah ketika ia harus berurusan dengan lelaki populer di...