Archer's Mansion - 16.25
Alex merebahkan tubuhnya di kasur. Mencoba memejamkan kedua matanya. Tiba-tiba Alex tersenyum. Ia teringat ciumannya dengan Ruby di lorong kafetaria tempo hari. Alex pun memegang dadanya. Jantungnya berdetak dengan cepat ketika bayangan itu terbesit di pikirannya.
Belum pernah Alex merasakan perasaan seperti ini. Gadis yang pernah dekat dengan Alex sebelumnya, tidak pernah membuat perasaannya kacau seperti ini. Termasuk Bianca. Alex bahkan hanya menganggap gadis-gadis itu sebatas teman biasa.
Sejak mengenal Ruby, hidup Alex seperti roller coaster. Emosinya tidak teratur. Alex selalu merasa kesal jika Ruby dekat lelaki manapun selain dirinya. Ia pun selalu ingin berada di dekat Ruby. Rasanya mata Alex ingin selalu menjangkau gadis itu.
Tiba-tiba, perasaan itu kembali muncul. Perasaan ingin melihat Ruby, melihat wajahnya, bibirnya, semuanya. Alex menghembuskan nafas berat. Kali ini bukan karena kelelahan. Namun menenangkan pikiran dan emosinya.
"Ruby, apa yang sudah kau lakukan padaku?" ujar Alex.
-----------
Kamar Asrama - 18.45
Mata hari baru saja terbenam. Namun mata Ruby terasa berat. Tubuh Ruby begitu lelah karena ia baru menuntaskan tugas perkuliahannya dari pagi. Ruby menyandarkan kepala di atas bantal tidurnya. Ia memejamkan matanya dan berencana untuk tidur sejenak.
Tuk. Tuk.
Terdengar ketukan di jendela kaca Ruby yang membuat matanya terbuka kembali. Kamarnya terletak di lantai dua. Ruby membuka tirainya dan tidak melihat ada sesuatu yang aneh di luar jendela. Ia pun kembali meletakkan kembali kepalanya di bantal putih itu.
Tak lama kemudian, suara itu pun kembali terdengar. Kali ini, Ruby tidak hanya membuka tirainya, namun juga jendelanya. Ia melihat ke kiri dan ke kanan. Tidak ada sesuatu yang aneh. Matanya terbelakak ketika melihat ke arah bawah.
Nampak seorang lelaki tampan sedang berdiri di depan pelataran bangunan asrama itu. Ia melemparkan kerikil kecil untuk memanggil Ruby. Lelaki itu tersenyum dan melambaikan tangannya pada Ruby saat melihat ia muncul dari balik jendela.
"Alex? Apa yang kau lakukan disini? Ini sudah malam." ujar Ruby heran.
Alex hanya melambaikan tangan tanda memanggil Ruby untuk turun menghampirinya. Ruby pun segera menutup jendela lalu menggunakan jaketnya. Ia bergegas menuruni tangga dan berjalan menuju pelataran gedung asrama.
Ruby membuka pintu utama gedung asrama. Terlihat Alex masih berdiri di sana, sambil tersenyum menyambut kedatangan Ruby. Jantung Ruby serasa berhenti berdegup dan jatuh ke lantai. Alex begitu tampan dengan senyum di wajahnya. Sampai-sampai mata Ruby tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Alex.
"Hai." ujar Alex singkat.
"Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau tahu kamarku ada di sebelah sana?" ujar Ruby sambil memeluk tubuhnya sendiri seolah kedinginan.
"Aku bertanya pada mahasiswi yang baru saja lewat. Mungkin sebaiknya lain kali aku menyimpan nomormu. Pipimu merah. Apa kau sedang sakit?" ujar Alex tersenyum.
Sialan! Ruby tidak bisa menutupi wajahnya yang merona. Ruby merasa Alex terlihat begitu tampan walaupun hanya memakai kaos abu-abu polos dan celana panjang hitam.
'Ada apa denganku?' batin Ruby.
"Aku baik-baik saja. Hanya sedikit kepanasan. Tapi tidak apa, sungguh." ujar Ruby salah tingkah.
"Baguslah kalau kau baik-baik saja. Sekarang, ikut aku." ujar Alex langsung menggenggam tangan Ruby dan menariknya ke halaman parkir.
Ruby terkejut dengan pergerakkan Alex yang tiba-tiba. "Mau kemana? Aku masih memakai piyamaku."
Alex tidak menjawab Ruby. Ia membuka pintu mobil dan mempersilahkan Ruby untuk duduk di kursi penumpang. Ruby tidak banyak bertanya. Ia masih bingung dengan pergerakkan Alex yang mendadak ini.
Ruby pun duduk dan memasang sabuk pengamannya di kursi penumpang. Tak lama berselang, Alex menancapkan gasnya dan berkendara menyusuri jalan besar.
"Kau belum menjawabku. Kita akan pergi kemana?" ujar Ruby menatap Alex.
"Nanti kau akan mengetahuinya." Alex tidak mengalihkan perhatiannya dari jalanan. Ia terlihat sangat tenang. Matanya fokus menghadap ke depan, namun bibirnya menyunggingkan senyum.
Alex memang selalu penuh kejutan. Semuanya serba tiba-tiba. Setelah mengajaknya ke pantai, menggendongnya ala bridal style di kafetaria, menciumnya di lorong akses karyawan, dan kini entah Ruby akan di bawa kemana. Masih sebuah misteri baginya.
"Alex, jangan bercanda. Aku masih mengenakan piyamaku." ujar Ruby terdengar sedikit panik.
"Tenang saja. Sebentar lahi, kita akan sampai." ujar Alex menatap Ruby sejenak lalu kembali menatap lurus ke jalanan.
Ruby mencengkram sabuk pengamannya dengan erat. Alex memacu kendaraannya di atas 100 km/jam. Namun entah mengapa Ruby tetap merasa tenang. Mungkin karena ia tahu Alex adalah seorang pengemudi yang handal.
Mereka pun tiba di sebuah mansion besar yang terletak dengan jalan raya. Mansion itu terlihat berbeda dengan mansion Alex yang modern. Bangunan ini lebih bergaya klasik dan didominasi warna putih.
Alex memarkirkan mobil sport-nya di halaman. Lelaki itu pun membukakan pintu penumpang dan mempersilahkan Ruby untuk turun.
"Ayo, cepat. Kita sudah terlambat." ujar Alex terdengar tergesa-gesa.
Alex membawa Ruby melangkah ke dalam mansion itu. Ia pun mengajak Ruby masuk ke sebuah kamar dan di dalamnya sudah duduk seorang wanita cantik, berambut pirang, yang memakai dress semi formalnya.
"V, ini Ruby. Ruby, perkenalkan ini Veronica. Ia adalah seorang make up artist terbaik yang penah kukenal." ujar Alex memperkenalkan keduanya.
Ruby dan Veronica pun bersalaman. Mata Ruby menyorot ke setiap sisi ruang kamar itu. Di ujung ruangan terdapat beberapa gaun yang tergantung di dalam sebuah lemari. Di meja rias pun sudah berjajar peralatan make up, yang Ruby yakin harganya selangit.
"Aku akan meninggalkan kalian berdua. V, kau tau apa yang harus kau lakukan. Aku mengandalkanmu." lanjut Alex sambil berjalan meninggalkan ruangan itu.
Alex melangkah ke arah pintu kamar. Sebelum menutup pintu besar berwarna putih itu, Alex berbalik dan menatap Ruby yang masih kebingungan. "Aku akan kembali satu jam lagi. Bersiaplah."
Mulut Ruby terbuka lebar. Ia masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Alex meninggalkanya di ruangan ini berdua dengan Veronica. Gadis pirang itu pun meminta Ruby untuk duduk di depan meja rias dengan cermin yang cukup besar.
Veronica pun tersenyum manis pada Ruby. "Jadi, kau lah gadis beruntung yang terpilih, huh? Tampaknya, lelaki gila itu punya selera yang menarik."
Ruby tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Veronica. Gadis berambut pirang itu hanya tersenyum seolah ia mengetahui semuanya.
"Apa maksud semua ini? Tolong jelaskan padaku." ujar Ruby menatap Veronica dengan serius dari pantulan cermin.
"Apa Alex tidak memberitahumu? Malam ini akan ada pesta ulang tahun Clarissa Archer, nenek Alex, di mansion ini." ujar Veronica dengan santai, seolah-olah itu bukanlah informasi yang mengejutkan untuk Ruby.
Mata Ruby membulat. Ia pun mengerutkan alisnya. Ruby melihat Veronica dari pantulan cermin. Berharap gadis berambut pirang itu hanya bercanda. Namun Veronica nampaknya serius dengan ucapannya. Kejutan apa lagi yang Alex berikan kepadanya kali ini?
"Lalu apa hubungannya denganku? Mengapa aku di sini?" Ruby ingin menghempaskan asumsi-asumsi aneh dalam pikirannya.
"Seperti yang kau dengar sebelumnya, Alex memintaku untuk mempersiapkanmu. Ia akan membawamu ke pesta itu." ujar Veronica.
Alex sudah gila. Benar-benar sudah gila. Tanpa sepengetahuan Ruby, Alex membawa Ruby ke pesta keluarga besarnya. Ruby menggigit bibirnya. Ia begitu panik. Ruby bersumpah akan mengeluarkan sumpah serapahnya pada lelaki bermata biru itu nanti.
----------
To be continued
Jangan lupa untuk vote & comment yaa
Thank you 💕

KAMU SEDANG MEMBACA
The Stars and You
RomanceRuby Maxwell, seorang gadis dengan kehidupan yang rumit, berusaha untuk 'tidak terlihat' di kampusnya. Ia hanya ingin menyelesaikan studinya, sesuai dengan keinginan ibunya. Namun semua itu berubah ketika ia harus berurusan dengan lelaki populer di...