Chapter 4

1K 87 3
                                    

Ruby berjalan dengan cepat menuju kamar di asramanya. Ia berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya. Ruby begitu kesal karena hukuman yang diberikan oleh Professor Jim Watson. Ruby menganggap hukuman yang diberikan oleh dekannya itu tidak adil dan terlalu banyak. Bagaimana ia dapat menyelesaikan tugas akhirnya, bila ditambah dengan hukuman ini?

'Hah! Menyebalkan! Kalau bukan karena si arogan Alexander Archer, aku tidak akan dihukum sebanyak ini.' batin Ruby.

Ruby pun membuka pintu kamar asrama dan melemparkan tasnya ke sembarang arah. Casey, teman sekamar Ruby, yang sedang mengerjakkan tugas di laptopnya, terkejut mendengar kedatangan temannya ini.

"Jeez...Rubs! Jangan mengagetkanku seperti itu! Untung saja laptopku tidak terlempar." ujar Casey sambil mengusap-usap dadanya. Jantung Casey serasa lari ke kaki saking kagetnya.

Ruby menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Ia menutup wajah dengan lengannya. Ruby menghela nafas panjang, "Maaf, Case. Aku terlalu kesal hari ini. Ingin rasanya aku mengacak-acak wajah seseorang."

"Apa yang terjadi, Rubs? Apa kau baik-baik saja?" ujar Casey, membalikkan tubuhnya ke arah Ruby, meninggalkan sejenak tugas yang sedang dikerjakannya.

"Aku membuat kekacauan di perpustakaan. And, guess what? Semua akibat ulah si kapten football sok populer itu." ujar Ruby melempar boneka kelincinya ke lantai.

Casey tercengang mendengar nama Alex disebut oleh Ruby, "Hah, si kapten football? Maksudmu Alexander Archer? Apa kau serius terlibat masalah dengannya?"

"Dan kau tahu, bagian paling menyebalkannya adalah kami dihukum membuat resume sepuluh novel dalam dua minggu. Ditambah, kami harus merapikan perpustakaan sampai semua rapi kembali. Bayangkan, Case!" ujar Ruby merubah posisinya menjadi duduk dan kini berhadapan dengan Casey.

Casey menggelengkan kepalanya. "Tunggu-tunggu. Kau dihukum bersama Alex Archer? Rubs, ini akan menjadi sebuah sejarah!"

Ruby tercengang. Rahangnya hampir lepas dari kepalanya. Dari sekian banyak kalimat yang ia ceritakan, Casey hanya fokus pada Alexander Archer. Ia tidak habis pikir dengan teman sekamarnya itu.

"Case, aku dihukum membuat resume sepuluh novel dan harus merapikan perpustakaan. Bisakah kau bayangkan betapa beratnya hidupku di kampus ini?"

"Tapi bersama Alex Archer kan?" Casey menaik-turunkan alisnya.

"Jangan sebut namanya lagi, Case, membuatku sakit kepala. Tuan muda itu begitu arogan. Kau tahu, ingin rasanya kulempar semua buku di perpustakaan ke wajahnya." ujar Ruby meremas-remas boneka di tangannya.

"Jangan gila, Rubs. Kau bisa diterkam oleh Bianca dan temannya. Oh iya, jangan lupa, ditambah para fans fanatik Alex." kata Casey sambil mengacungkan jari telunjuknya.

Ruby memejamkan kedua matanya. Betul apa kata Casey. Berurusan dengan Alex, berarti membuka peluang untuk berurusan dengan Bianca dan teman-temannya, serta fans fanatiknya Alex. Oh, betapa pusingnya Ruby membayangkan hal itu.

Bianca terkenal dengan sifatnya yang menyebalkan dan mengintimidasi. Hampir semua gadis segan untuk berteman dengan gadis populer itu. Mereka menganggap Bianca sebagai ratu di kampus.

Bianca, Jess, dan Alicia bisa dibilang 'barbie hidup'. Semua bisa dilihat dari cara berpakaiannya yang bisa membuat mata lelaki tidak berpaling dari mereka.

Ruby membayangkannya saja sudah malas. Ia hanya bisa menghela nafas  kasar. Dan segera beranjak tidur, meninggalkan Casey yang masih bertanya tentang Alex Archer.

-----------------

Bel kelas terakhir sudah berdering. Alex mendengus keras. Alex berjalan keluar kelas, diikuti oleh Nick dan Aaron.

The Stars and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang