Malam semakin larut, namun kemeriahan pesta amal itu tidak berkurang. Para wanita yang berbalut gaun-gaun cantik dan pria dengan setelan jas memadati area ballroom. Setiap tangan memegang gelas wine. Riuh tawa dan alunan musik klasik membuat ruangan itu terasa hidup. Namun tidak dengan Ruby.
Setelah mendengar perkataan Alex, sedikit demi sedikit semuanya menjadi hening bagi Ruby. Gadis itu tidak lagi mendengar alunan musik. Pendengarannya kabur dan pikirannya begitu kalut. Jantung Ruby pun berdegup dengan cepat.
Ruby terdiam. Matanya menatap Alex namun pandangannya tampak kosong. Ia tidak bisa berpikir dengan jernih. Semuanya campur aduk menjadi satu. Seketika memori tentang malam itu teringat kembali. Bagaimana Hendry memukuli dan menyiksa Ruby habis-habisan. Bagaimana ia harus bertahan hidup dengan susah payah. Ruby pun teringat kembali bagaimana sakitnya luka-luka akibat pukulan Hendry.
“Ruby? Apa kau baik-baik saja?” ujar Alex.
Ruby tidak merespon Alex. Pandangannya masih saja kosong. Otaknya masih berusaha mencerna semua informasi yang ia terima dari Alex.
“Ruby!” ujar Alex sambil memegang dagu Ruby.
Ruby tersentak dan tersadar dari lamunannya. Ia menatap mata Alex dalam-dalam. Tiba-tiba, Ruby meraih gelas wine yang ada di hadapannya dan meneguk hampir seluruh isinya. Sebelum wine itu benar-benar habis, Alex mengambil paksa gelas itu dari tangan Ruby.
“Berikan gelas itu padaku.” ujar Ruby. Ia berusaha merebut kembali gelas itu dari tangan Alex.
Dengan cepat, Alex menjauhkan gelas wine itu dan memberikannya pada pelayan. Ia pun menatap Ruby dengan intens. “Kau tahu, kau bukan peminum yang baik, Ruby.”
“Aku baik-baik saja, Alex.” ujar Ruby singkat. Tanpa terasa air mata Ruby mulai menumpuk.
Alex dan Ruby terdiam. Alex tahu Ruby akan bereaksi seperti ini. Namun, gadis itu perlu mengetahui keadaannya yang sebenarnya. Alex menggenggam tangan Ruby dengan erat.
"Lihat mataku, Ruby Maxwell." ujar Alex dengan lembut. "Aku tidak akan membiarkan lelaki itu menyentuhmu sedikitpun. Mengerti?"
Ruby menatap mata Alex. Ia tahu betul Alex adalah lelaki yang dapat diandalkan. Di satu sisi, Ruby yakin Alex akan melakukan apapun untuk melindunginya. Namun, di sisi lain, Ruby khawatir Alex akan terluka karena ulah Hendry.
Ruby menarik nafas dalam-dalam. Berusaha mengontrol emosinya. Walaupun pada kenyataannya, Ruby sangat khawatir dan ketakutan. Ia pun berusaha tersenyum pada Alex.
"Aku mengerti dan aku percaya padamu, Alex Archer." ujar Ruby.
-----------
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Pesta itu masih jauh dari kata usai, namun Alex sudah bersiap untuk mengajak Ruby pergi dari tempat itu. Terbesit dalam pikiran untuk menghibur Ruby. Alex merasa sedikit bersalah pada Ruby karena membuat gadis itu khawatir.
Alex menggenggam tangan Ruby dan mengajaknya menuju lobby. Alex membukakan pintu mobilnya untuk Ruby lalu beranjak menuju kursi kemudinya. Tanpa menunggu lama, lelaki itu pun segera menancapkan gas BMW 8 Coupe-nya dan berlalu dari tempat itu.
Ruby terdiam memandangi gelapnya langit malam dan jalanan yang masih dipadati oleh sejumlah kendaraan. Alex mengalihkan kendaraannya ke arah jalanan yang lebih sepi. Pepohonan tinggi berjajar dengan rapi di sepanjang pinggir jalan.
"Kita mau kemana? Ini bukan jalan menuju rumahku." ujar Ruby. Ia sontak menyadari jika jalanan yang dilaluinya bukanlah jalan ke arah rumahnya.
"Memang. Aku tidak akan mengantarkanmu ke rumah." ujar Alex. Lelaki itu pun menyunggingkan senyumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Stars and You
RomanceRuby Maxwell, seorang gadis dengan kehidupan yang rumit, berusaha untuk 'tidak terlihat' di kampusnya. Ia hanya ingin menyelesaikan studinya, sesuai dengan keinginan ibunya. Namun semua itu berubah ketika ia harus berurusan dengan lelaki populer di...