Chapter 10

798 75 0
                                    

Hujan turun cukup deras, membasahi kaca jendela kelas. Kelas Economy 101 terasa sangat lama dan membosankan. Sudah hampir 15 menit Nick memperhatikan Alex menopang dagu dan hanya melayangkan pandangannya jauh keluar. Tatapannya kosong, entah apa yang dipikirkan. Tangan lainnya memainkan pulpen seperti sedang atraksi. 

Memang sudah beberapa kali Nick melihat ada yang tidak beres dengan sahabatnya ini. Biasanya Alex cukup cekatan mencatat beberapa poin dari dosen. Namun tidak dengan hari ini.

Kelas sebentar lagi akan selesai, Alex tetap tidak bergeming, masih menatap kaca jendela yang diguyur hujan. “Apakah kau benar-benar menyukai kaca jendela itu, huh?” ujar Nick sembari menyenggol Alex. 

Alex pun tersadar dari lamunannya. Ia menatap Nick sebentar lalu kembali menatap jendela. "Entahlah." ujar Alex singkat.

Sejak insiden ciumannya dengan Ruby, Alex tidak bisa tidur dengan nyenyak. Alex tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri bahwa ia terus memikirkan hal itu. Membayangkan manisnya bibir Ruby membuat kepala Alex semakin pening.

Ditambah lagi, Jake McKinsey. Lelaki itu selalu ada disekitar Ruby. Entah apa perasaan Ruby padanya. Namun yang pasti Alex tidak menyukai keberadaan Jake di sebelah Ruby.

Bel pun akhirnya berbunyi. Ini merupakan kelas terakhir Alex. Ia segera merapikan buku-bukunya dan berjalan keluar kelas. 

“Hei, tunggu! Mau kemana kau? Kenapa kau begitu bersemangat?” Nick ditinggal begitu saja oleh Alex. Ia seperti mengejar sesuatu,  karena berjalan cukup cepat. 

-------------

Perpustakaan - 15.32

Perpustakaan sore itu begitu sepi. Tidak banyak mahasiswa yang mengerjakan tugas atau sekedar membaca buku. Ruby berjalan masuk ke ruangan besar itu dan meletakkan tas nya di meja terdekat.

"Kau terlambat" ujar Alex dingin. Tatapannya tidak beralih dari tumpukkan buku-buku di lantai. 

Ruby mengerutkan dahi. Ia melihat arlojinya. Hanya terlambat dua menit dari jam hukuman yang ditetapkan dekan. Ms. Jefferson pun tidak menegur keterlambatannya.

"Dua menit dan aku sudah di sini, Archer." ujar Ruby mendengus keras. Ia pun segera mulai merapikan buku-buku ke dalam rak.

"Tetap saja kau terlambat." ujar Alex dengan sinis. 

Mata Ruby terbelalak. Ia tidak percaya lelaki di hadapannya ini begitu menyebalkan. Seperti berbanding terbalik dengan insiden beberapa hari yang lalu, dimana Alex dengan mesra mencium bibirnya. 

Kini, lelaki di hadapannya begitu ketus. Seratus delapan puluh derajat berbeda dengan lelaki yang menciumnya tempo hari. Ruby pun tidak menggubris Alex karena terlalu kesal dengan lelaki itu. Tak lama kemudian, handphone-nya pun berbunyi. Teenyata Jake yang menghubunginya.

"Baiklah, Jake, nanti aku akan mampir ke asrama-mu. Iya, akan kubawakan jus favoritmu, tenang saja. Terimakasih, bye!" Ruby pun menutup teleponnya.

Telinga Alex begitu panas mendengar percakapan itu. Ia pun mengambil tumpukkan buku dan membantingnya di hadapan Ruby tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Jeez...Apa masalahmu, Archer? Mengapa kau begitu menyebalkan, huh?" Ruby pun mengernyitkan dahi. 

Pikirannya terlalu penat dengan tugas perkuliahannya. Sekarang, ditambah kelakuan menyebalkan seorang Alex Archer yang semakin menambah kisruh kehidupannya. 

"Kau lah masalahnya." ujar Alex ketus.

Ruby tak terkejut mendengar jawaban Alex. Lelaki itu pun berdiri tegak dan menatap Ruby dengan dingin. Entah mengapa telinga, hati, serta pikiran Alex begitu panas melihat gadis ini. Apa karena insiden di lapangan football? 

The Stars and YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang