Alex menggenggam tangan Ruby. Mengajaknya pergi dari taman belakang mansion itu, sebelum pestanya benar-benar usai. Ruby hanya mengikuti langkah Alex dari belakang. Mereka menyusuri jalan setapak yang dipagari oleh semak-semak.
"Alex, kita mau kemana?" ujar Ruby menatap Alex. Lelaki itu fokus berjalan ke arah depan dan tidak melepaskan genggamannya pada Ruby. Alex dan Ruby terus berjalan masuk dan mereka pun semakin dalam, menembus semak-semak yang ditata dengan apik.
"Ke suatu tempat. Aku yakin kau akan menyukainya." ujar Alex tersenyum.
Akhirnya, mereka tiba di suatu tempat yang cukup gelap. Ruby bahkan tidak bisa melihat dengan jelas suasana di sekelilingnya itu. Ia hanya melihat pepohonan dan semak belukar dengan bunga yang tumbuh di atasnya.
"Voila! Kita sudah sampai." ujar Alex dengan bangga.
Ruby menatap dengan seksama. Matanya menyisir setiap sisi pemandangan malam yang ada di hadapannya. Sebuah danau yang dikelilingi oleh pepohonan yang besar. Ruby juga melihat banyak kunang-kunang yang berterbangan di atas danau. Pemandangan malam itu begitu indah.
"Wow, tempat ini sangat indah." ujar Ruby takjub.
"Ini tempat di mana aku bersembunyi ketika aku kecil, jika Grandma memarahiku. Apa kau menyukai tempat ini?" ujar Alex.
"Aku menyukainya, Alex. Tapi, kenapa kau mengajakku kemari?" ujar Ruby sambil menatap Alex.
"Aku berhutang padamu, bukan? Ah, iya. Sudah pukul sembilan. Waktunya berdansa." ujar Alex sambil merengkuh tubuh Ruby. Sayup-sayup terdengar musik dari arah mansion yang mengiringi Alex dan ruby untuk berdansa.
"Aku tidak bisa berdansa. Kau tahu, aku penari yang buruk." ujar Ruby tertawa miris.
"Aku akan memandumu." ujar Alex sambil menuntun Ruby dengan perlahan.
Ruby terlihat gugup ketika Alex menuntunnya untuk berdansa. Alex meletakkan tangan Ruby di bahu bidangnya dan menggenggam tangan Ruby yang lainnya. Ruby mencoba menyesuaikan langkahnya dengan langkah Alex.
Mereka pun menghabiskan waktu di tepi danau itu. Berdansa di bawah terangnya bulan purnama yang menyinari tepi danau. Sesekali Ruby tertawa akibat lelucon Alex atau gaunnya yang tidak sengaja ia injak dengan kakinya sendiri.
"Apa kau tahu, kini aku merasa beruntung bisa dihukum bersamamu untuk merapikan perpustakaan sialan itu." ujar Alex sambil tertawa.
Ruby terlihat masih kesulitan untuk menyesuaikan gerakan dansa Alex. Kakinya selalu tersangkut gaun panjangnya yang menjuntai di rerumputan. Berdansa adalah pengalaman baru untuknya. Walaupun, ia selalu bermimpi untuk bisa berdansa dengan lelaki yang ia sukai. Tampaknya, malam ini keinginannya terwujud.
"Benarkah? Kau tahu, dulu aku sangat membencimu karena insiden itu. Kau sungguh arogan dan menyebalkan." ujar Ruby sambil tertawa sambil mengingat-ingat pertemuan awal mereka di perpustakaan.
Alex memandangi Ruby yang sedang tertawa dengan lepas di dekapannya. Gadis itu terlihat begitu cantik ketika sedang tertawa. Ingin sekali rasanya Alex menghabiskan waktu setiap hari bersama Ruby, mendengar canda tawa gadis itu.
"Lihat, sekarang kita berakhir di sini. Berdansa dan menghabiskan waktu bersama di tepi danau ini." ujar Alex sambil tersenyum. "Ruby Maxwell, maukah kau mau menjadi kekasihku?"
Ruby tersedak. Alex begitu tiba-tiba. Seketika kakinya terasa lemas. Hampir saja ia menjatuhkan tubuhnya, untung saja Alex dengan sigap menahan tubuh Ruby.
"Apa kau sakit? Kakimu terkilir?" ujar Alex mendadak cemas. Ia pun menghentikan gerakan dansanya.
"Kau bilang apa barusan?" ujar Ruby sambil mengusap dadanya. Untung saja jantungnya di lepas dan lari ke kakinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Stars and You
RomanceRuby Maxwell, seorang gadis dengan kehidupan yang rumit, berusaha untuk 'tidak terlihat' di kampusnya. Ia hanya ingin menyelesaikan studinya, sesuai dengan keinginan ibunya. Namun semua itu berubah ketika ia harus berurusan dengan lelaki populer di...