Bab 17 || Angkatan Granada

2K 289 78
                                    

Diberi kesempatan mencintaimu sama seperti diberi kesempatan membaca buku paling indah di dunia.

Syu'aib Bin Harb pernah mendatangi Malik Bin Mas'ud di Kufah, kemudian beliau bertanya. "Kau sendirian di rumah? Apakah tak merasa kesepian?" Jawab Malik, "Bagaimana seseorang kesepian bila dia bahagia bersama Allah?"

Kafa menuliskan kalimat tersebut di sela-sela kekosongan kitab Risalah Qusyairiyah-nya. Beberapa penjelasan selalu ditulis agar tak mudah dilupa. Karena sesungguhnya proses menulis sendiri merupakan pekerjaan melawan lupa. Di aula An-Nadwah, angkatan Granada ngaji bandongan selepas isya. Biasanya ketika ngaji kitab-kitab tertentu memang memiliki jadwal untuk dicampur. Putra dan Putri. Selebihnya sendiri-sendiri.

Selepas beberapa waktu kemudian ustaz keluar dari aula ketika tepat pukul 21.00. Biasanya 21.30 baru dibubarkan tetapi sekarang barangkali pengajar tengah memiliki kesibukan lain sehingga harus membubarkan pengajian dengan terpaksa.

"Rek, kumpulan sek ojo langsung bubar!" teriak Kafa melihat beberapa santri putri yang mulai bersiap-siap membubarkan diri.

"Kumpulan meneh, Fa?" tanya seorang santri putra.

"Yo ngene iki sampe sukses," sahutnya.

Angkatan Granada, generasi dua puluh dua Nadwatul Ummah, sudah sejak seminggu yang lalu sibuk berkumpul membicarakan banyak hal tentang persiapan hari santri, yang akan diadakan tepat lusa nanti. Telah banyak rencana yang disusun, telah banyak perbincangan yang dilakukan dan entah beberapa saat lagi acara besar yang hanya diperingati setahun sekali itu akan segera dimulai. Barangkali sekarang adalah terakhir mereka berkumpul dan membahas tuntas tentang banyak hal-hal yang berkaitan dengan keberlangsungan acara. Bagaimana pun angkatan Granada harus memberi kesan paling epik untuk acara yang akan datang nanti. Mereka tak boleh mengecewakan guru-guru dan para santri.

Hari santri sendiri merupakan jihad melawan lupa. Pada 22 Oktober ditetapkan sebagai hari santri yang diresmikan oleh Presiden Indonesia ke tujuh pada tahun 2015.

Beberapa hari setelah kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 dikumandangkan, saat itu Belanda datang dengan serta membonceng tentara sekutu yang berada di bawah komando A.W.S Mallaby, yang ternyata memiliki tujuan untuk kembali menguasai Indonesia. Bahkan pertempuran sebelumnya telah banyak merenggut jutaan nyawa, dan pada saat itu rasanya sangat mustahil Indonesia mampu mempertahankan kemerdekaannya.

Dalam situasi seperti itu, orang yang sangat berpengaruh untuk Indonesia, yakni Presiden Soekarno mengirim utusan untuk berangkat ke Pesantren Tebu Ireng guna meminta fatwa pada K.H Hasyim Asy'ari tentang bagaimana hukum membela tanah air dari penjajah.

Hingga kemudian tepat pada tanggal 22 Oktober, para Kiai se-Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya. Sulitnya komunikasi pada saat itu, kemudian membuat KH Hasyim Asy'ari mengumandangkan sebuah deklarasi jihad fii sabilillah yang dikenal dengan resolusi jihad. Selepas seruan itu terdengar, ribuan Kiai dan Santri langsung menjadikan Surabaya sebagai titik temu. Di sanalah mereka berkumpul.

Tepat tanggal 10 Nopember pertempuran pecah, hingga sekarang dikenal sebagai hari Pahlawan. Saat itu Inggris yang menang pada Perang dunia II akhirnya kalah. Jangan bertanya bagaimana saat itu kedaan Surabaya, tentu banjir darah adalah jawabannya.

Dari kejadian itulah kemudian terungkap bahwa kemenangan pasukan Surabaya yang berujung pada tewasnya A.W.S Mallaby bukan hal spontan, melainkan melalui perencanaan para Kiai di pesantren pada bulan Oktober sebelumnya. Namun sayangnya sejarah ini jarang diketahui. Karena sejarah hari pahlawan hanya melihatkan Bung Tomo dan pidatonya yang membakar.

Dan sesungguhnya sejarah ini masih sangat panjang. Masih beribu-ribu kata untuk menjelaskan semuanya. Butuh banyak waktu untuk menemui banyak versi.

[2] Mazhab Cinta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang