Bila mencintaimu termasuk bid'ah, maka sungguh aku telah menjadi pelaku bid'ah yang mabni.
Seluruh keluarga besar Kyai Usman berkumpul di ruang keluarga saat mengadakan perkumpulan. Barangkali ini pun sedang melakukan persiapan untuk membicarakan pernikahan Nabil dan seseorang bernama Silky.
Katanya Umi dan Abi sudah berbicara pada Nabil tentang rencana mereka dan Hilya sedikit terkejut saat Nabil mengiyakan pernikahan itu. Sesungguhnya dia tahu bahwa Kakaknya itu menyimpan rasa pada orang lain tetapi dia tak mau ikut campur dengan lingkup yang bukan miliknya."Abis ini Nabil langsung nikah," celetuk Hamdan tiba-tiba. Hamdan merupakan Kakak pertama Hilya. Dan Hilya anak terakhir dari pasangan Muhammad Saif Ismail dan Hanin, serta dia anak perempuan satu-satunya.
Biasanya anak terakhir akan disayang oleh kedua kakaknya, tetapi tidak bagi Hilya. Karena kakak keduanya tak bersahabat. Seseorang bernama Nabil itu sering bersikap seenaknya pada dia, andai kakak keduanya itu tidak memiliki rupa yang menawan dan IQ tinggi barangkali dia tak memiliki nilai plus sedikit pun di mata adiknya. Namun, mau mengejek pun, Hilya tak mampu. Tepatnya, tidak tahu caranya.
Laki-laki berambut gondrong yang duduk di dekat Umi Hanin itu hanya tersenyum mendengar ucapan kakaknya.
"Ngomongnya mah, Nabil nggak bakal nikah, Mas sebelum lulus S2. Eh, S1 baru belajar I'rab aja udah ngebet," sindir Hamdan.
"Catat, Nabil udah mau tingkat empat ya, Mas." Laki-laki itu tertawa. Semua keluarga ndalem tersenyum, sesekali tertawa menyaksikan keributan mereka. Entahlah Hilya paling tak paham. Kedua kakaknya itu rindu bila tak bertemu tapi ribut ketika berada di satu lingkaran yang sama. Sejujurnya mau mereka apa?
"Nabil udah mau selesai, Lek?" tanya Kiai Usman. Kakek sekaligus pendiri Nadwatul Ummah. Usianya sudah menginjak 70 tahun lebih dan beliau masih aktif ngajar dari satu kelas ke kelas lain untuk membagikan ilmunya. Karena sebaik-baik manusia memang yang bermanfaat untuk manusia lain. Itulah yang Kiai Usman inginkan.
"Insya Allah Abah mungkin beberapa bulan lagi." Kakak Hilya itu tersenyum.
"Cie... Mas Nabil melepas masa jomlo dong," ledek Hilya.
"Iya dong, emang mau mufrod terus sepanjang tahun," sahutnya.
"Ucapkan selamat untuk Ammi Nabil, Ace!" pinta istri Gus Ibrahim. Ace adalah sepupu Hilya. Gadis itu belum memiliki keponakan karena Hamdan baru saja menikah beberapa hari lalu dan ia berniat menagihnya.
Ace, anak kecil empat tahun yang duduk di pangkuan Abah Usman itu menatap Nabil kemudian. "Turut berduka cita, Ammi!" ucapnya polos.
"Hei, Ace!"
Seketika ruang keluarga pecah oleh tawa. Bagaimana mungkin anak itu berbelasungkawa pada pernikahan sepupunya. Hilya tertawa puas. Entah mengapa dia paling suka saat ada seseorang yang membuat kesalahan pada kakaknya. Atau Ace tahu bagaimana isi hati Nabil? Ah, dia terlalu kecil untuk dilibatkan perihal cinta.
"Bukan begitu, Sayang. Ucapkan begini, selamat menempuh hidup baru, Ammi Nabil." Sang ibu--istri Gus Ibrahim mengajari anaknya lembut.
"Harus begitu, ya. Ya sudah selamat menempuh hidup baru Ammi Nabil."
"Terima kasih, Ace!" Nabil tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Mazhab Cinta (Completed)
Espiritual*Manshur Al-Hallaj Kafa Narelle Stewart, remaja 16 tahun harus dikecewakan oleh luka masa lalu yang membuatnya patah. Bahkan setelah kejadian itu ia dihadapkan pada Kafi, saudara kembarnya yang menganut paham deisme. Pada puncak masanya, mereka di...