Aku bertanya pada kata tentang cinta yang mulai hilang. Ia menjawab, tak ada cinta selain pada Dzat yang telah menciptakan rasa.
Sayup-sayup Hilya mendengar suara jam weker yang sangat berisik entah dari mana. Gadis itu berusaha memejamkan mata, lantas duduk berusaha mengumpulkan nyawa. Di sebelah, Umi sudah tidak ada. Ruangan di sana gelap hanya terdapat seberkas cahaya dari asrama yang masuk melalui celah-celah jendela. Namun, suara berisik dari luar juga tak henti sejak semalam. Barangkali di sana telah banyak tamu yang berdatangan.Gadis berdaster biru tua itu menarik jilbab dari atas meja nakas kemudian turun dari ranjang dan membuka pintu keluar kemudian. Terdengar lamat-lamat suara dzikir dari kamar-kamar. Barangkali itu suara Abah dan Gus Adam yang memang seringkali menghabiskan malamnya untuk merendahkan sujud meminta ampunan terhadap Tuhan mereka.
Dilihatnya jam dinding yang terdapat di ruang tamu rumah ndalem, tepat pukul tiga pagi. Hendak ke asrama pun Hilya sangat malas. Di sana pasti sudah mulai jamaah tahajud. Gadis itu berjalan ke ruang tamu lalu duduk di sana kemudian. Dari jendela terlihat manusia yang berlalu lalang mempersiapkan acara pernikahan yang akan digelar pukul delapan pagi nanti. Ah, pagi ini sepertinya dia tak perlu ikut ngaji pura-pura membantu Umi membuat kue adalah ide terbaik.
Hilya meraih toples kacang almond dari meja ruang tamu. Dibukanya tutup toples berwarna merah, lalu mulai makan satu per satu. Bila kakak Hilya di sini, ndalem memang selalu menyediakan kacang karena Nabil suka sekali kacang almond. Padahal Hilya juga. Dia ingat waktu kecil pernah mencuri setoples kacang dari kamar Nabil dan nahasnya Abi mengetahui perbuatan tidak baik itu hingga dia dihukum membersihkan kamar Kakaknya selama seminggu penuh.
Gadis itu menghentikan kunyahannya saat pintu luar berderit terbuka. Detik berikutnya pandangan miliknya mendapati laki-laki duapuluh satu tahun berambut gondrong yang baru saja masuk. Dia menatap Hilya sekilas, menutup pintu lalu melangkah ke dalam kembali ke kamar. Matanya terlihat sembap. Apa yang terjadi? Hilya segera menutup toples lalu berjalan mengikuti langkah kakaknya menuju ke kamar lain.
"Mas Nabil." Hilya menahan pintu kayu yang akan Nabil tutup.
"Ada apa?" Suaranya terdengar dingin.
"Mas Nabil yang ada apa?"
"Jangan nanya dulu ya, Hil. Mas mau istirahat."
"Mata Mas Nabil sembap. Mas harus jujur sama Umi. Jangan dipendam sendirian."
"Udah terlambat. Pergi dulu ya, Mas mau tidur." Nabil menutup pintu kamarnya meninggalkan Hilya yang masih mematung di depan pintu.
"Mas Nabil insomnia dan dalam keadaan kayak gini nggak mungkin bisa tidur," desis Hilya. Betapa adiknya itu tahu tentang perasaan Nabil sesungguhnya, tentang rasa yang dimiliki kakaknya. Lagi-lagi semesta memang pandai menghancurkan. Namun Hilya tak memiliki kuasa untuk ikut campur dan mengatakan pada sang Ibu bahwa cinta tak bisa dipaksa. Namun demikian hanya angan belaka, nyatanya pernikahan sang kakak akan berjalan menunggu beberapa jam saja.
Hilya meloloskan napas lalu kembali ke ruang tamu. Tentang segala hal yang terjadi memang berdasarkan pada kehendak Maha suci. Bahkan bila dia berada di posisi kakaknya saat ini barangkali Hilya tak akan mampu. Hilya tahu tentang seseorang yang Nabil sukai karena Nabil pernah sekali masuk ke akun sosial medianya menggunakan ponsel milik Hilya dan meninggalkan sandinya begitu saja. Hingga akhirnya Hilya mencoba membuka sekali dan melihat apa yang Nabil simpan. Potret perempuan yang sangat Hilya kenali, dan itu sangat cukup menjadi bukti tentang seseorang yang Nabil kagumi karena kecerdasannya dalam berpikir tentang sesuatu yang pasti.
Namun demikian patah dan manusia adalah sebuah korelasi. Kerapkali mustahil insan yang menginjakkan kakinya di dunia tak pernah sekalipun merasakan kecewa. Bukankah sejatinya dunia memang didesain untuk sebuah luka tetapi Hilya tak sanggup memahami secara spesifik tentang segala hal yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Mazhab Cinta (Completed)
Spiritual*Manshur Al-Hallaj Kafa Narelle Stewart, remaja 16 tahun harus dikecewakan oleh luka masa lalu yang membuatnya patah. Bahkan setelah kejadian itu ia dihadapkan pada Kafi, saudara kembarnya yang menganut paham deisme. Pada puncak masanya, mereka di...