Kita adalah sepasang pernah yang kemudian terpisah untuk menjemput sebuah rasa bernama patah.
Laki-laki bermata hazel serta berhidung mancung itu memasukkan beberapa pakaian ke ransel untuk dibawa ke Jakarta pukul lima sore nanti. Tak lupa ia pun membawa surat dari Kepsek untuk disampaikan pada Rafael, sang ayah. Tentang dua hari ke depan, dia telah meminta cuti pada sekolah. Laki-laki itu mengambil tafsir munir jilid satu dari atas lemari hendak memasukan ke ransel. Namun, saat dibuka terlebih dahulu sampulnya, dia melihat wajahnya terpampang di atas kertas putih A4. Seseorang melukisnya dengan pensil setahun lalu.Setiap kali bayangan tentang masa lampau, seseorang yang pernah membuat Kafa bahagia, ada bagian hatinya yang retak. Perpisahan yang terjadi di negeri para Nabi itu jelas masih terasa menyakitkan hingga sekarang. Seolah-olah perempuan itu mengajak Kafa keliling antariksa, lalu setelah ia mulai nyaman dengan semesta, gadis itu menjatuhkannya ke bumi dengan tega.
Namun yang Kafa ketahui, semua takdir yang tertulis, semua nasibnya di dunia, semua hal yang terjadi semuanya tak lepas dari campur tangan Dzat Maha Bisa. Dzat yang telah mencipta tujuh lapis langit sebagai atap yang melindungi tanpa membutuhkan tiang sebagai penopang atau paku yang merekatkan.
Kafa hanya seorang hamba lemah yang meminta belas kasih, jasadnya kini sebenarnya adalah harapan. Tanpa harapan dia hanya mayat yang tak memiliki tujuan.
"Cak, yang ikut ada berapa?" tanya Ciko, salah satu pengurus yang sekamar dengan Kafa.
Laki-laki bersarung cokelat muda serta berbaju koko abu pendek itu menoleh, "Dari santri putra delapan orang, santri putri tujuh, lima ustaz dan dua ustazah," jawab Kafa sembari memasukan Tafsir itu dengan cepat. Dia membawanya karena salah satu agenda wajib saat pertemuan antar Pesantren adalah Bahtsul Masail.
Pertemuan antar pesantren adalah kegiatan rutin yang diadakan setiap dua tahun sekali oleh beberapa pesantren yang memiliki ikatan keluarga antar pengasuh, serta bekerjasama untuk mewujudkan misi yang sama, yaitu menegakan Islam rahmatan lilalamin. Dua tahun lalu, Kafa terpilih menjadi perwakilan saat pertemuan itu diadakan di Nadwah, dan sekarang ia kembali menjadi perwakilan saat diadakan di pesantren Ali Bin Abi Thalib. Sekali lagi dia harus menyebutnya dengan berat. Ali Bin Abi Thalib. Namun barangkali perempuan itu tak ada di sana. Dia masih menginjakkan kakinya di atas tanah Negeri Para Nabi bersama kekasih halalnya kini, dan nahasnya Kafa hanya bisa menertawakan realita dan tak mampu berbuat apa-apa kecuali untuk terus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.
Hampir enam tahun, laki-laki penyuka warna cokelat itu mengabdikan dirinya pada pesantren ini. Ia tahu betul tentang pengasuh pondok yang selalu menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan membuat Kafa selalu nyaman saat di dekatnya.
Selama hampir enam tahun pula, remaja 17 tahun itu memperoleh banyak sekali pelajaran dari para Kiai yang mengabdi di sini. Mereka tak akan tahu lewat tangan-tangan keriput Kiai mana yang selalu berdoa untuk sebuah kedamaian yang terjadi di dalam negeri.
Santri berpeci putih itu tersenyum kecil setelah menutup kembali pintu lemari cokelatnya. Ia mencangklong ransel tersebut, lalu keluar kamar menuju teman-temannya yang berada di masjid pusat Nadwah.
Santri putra yang menjadi perwakilan sudah berkumpul di sana. Empat dari tujuh orang santri tersebut merupakan pengurus yang sangat Kafa kenal. Bahkan mereka berteman baik. Dan tiga lainnya merupakan santri kelas wustha. Untuk putri sendiri, Kafa tak benar-benar mengenal kecuali Mariyah Al-Qibtiyah dan Hilyatul Aulia.
Jujur saja, meski setiap sebulan sekali diadakan rapat antar pengurus putra dan putri, Kafa tak pernah memperhatikan wajah-wajah mereka. Setelah merasakan patah luar biasa, dia memang belum tertarik dengan omong kosong tentang cinta. Bahkan parahnya Kafa tahu di sini ada komunitas bernama Kafanation yang sering menitipkan salam melalui teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Mazhab Cinta (Completed)
Espiritual*Manshur Al-Hallaj Kafa Narelle Stewart, remaja 16 tahun harus dikecewakan oleh luka masa lalu yang membuatnya patah. Bahkan setelah kejadian itu ia dihadapkan pada Kafi, saudara kembarnya yang menganut paham deisme. Pada puncak masanya, mereka di...