🐞 Happy Reading 🐞
Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sebagian yang lain.
07 Syawal, Mukalla.
Kasih, aku mengimani bahwa kepergian adalah asal muasal dari terciptanya kerinduan
Aku pun selalu beriman bahwa patah selalu disebabkan oleh harapan yang berlebihanHarapan untuk selalu bersama walau tak lagi seirama
Harapan untuk selalu dekat walau telah terjadi sekat
Harapan untuk bertemu walau berakhir semu
Dan banyak harapan yang berakhir kedustaan.Kasih, Tuhan telah melukis jalan yang berbeda
Barangkali melupakanmu adalah jihad terberatku, aku akan berusaha mencoba.
Barangkali kita tak mampu lagi menjangka karsa
Barangkali kita beda dalam satu kesatuan makna.Aku pergi dengan tujuanku dan kamu pergi dengan tujuanmu
Memberi jeda pada diri yang terluka
Memberi rehat pada diri yang tercekatLalu, membiarkan semua pergi dengan ikhtiar yang pasti.
Tepat pukul dua malam, dalam sebuah ruangan yang gelap nan luas, seorang laki-laki duduk di atas kursi meja belajar berusaha membuat potongan-potongan bait yang menggambarkan hatinya saat ini. Di atas meja tersebut terdapat banyak sekali sobekan kertas yang berserakan dan beberapa di antaranya basah karena air mata.
Dilemparnya pena biru yang baru selesai digunakan ke atas lantai, setelah kertas putih yang berada di atas benda persegi panjang berbahan dasar kayu jati tersebut, telah terisi beberapa kata yang membuatnya semakin merasakan perih pada bagian ulu hati. Bak senapan yang menghujamnya tiada henti. Perpisahan layaknya belati yang menduri.
Laki-laki itu mengacak rambut kecokelatannya frustrasi, kemudian melempar semua buku-buku yang berada di atas meja tersebut dengan kasar. Butiran hangat dari kedua matanya kembali turun membasahi pipi yang kian memerah, tak kuasa menahan amarah pada semesta.
"Aku minta maaf bila tak bisa memenuhi janjiku untuk menikah denganmu. Takdir membawa jalan hidup kita entah ke mana. Percayalah, Allah akan memberimu seseorang yang lebih baik. Aku pamit."
Kata-kata itu terus mengiang di kepala seolah-olah semesta memang sengaja mengulang secara terus menerus bak ayat yang sedang dihafalkan. Apa semesta sedang meledeknya?
Remaja itu menutup kedua telinga dengan tangan berusaha menghindari ritme-ritme mengerikan. Namun, usahanya gagal. Suara itu tetap setia berputar seolah-olah sedang merayakan hari penuh luka.
"Tapi kenapa? Aku sudah menyiapkan bait Alfiyah untuk mahar kita kelak dan kamu memutuskan sepihak dengan mudahnya?" Laki-laki itu meminta penjelasan.
"Kamu nggak bisa egois. Seseorang memiliki keputusannya masing-masing," kata gadis itu.
"Tapi aku butuh alasan kamu."
"Aku akan menikah dengan laki-laki lain. Pilihan Allah yang barangkali dia memang terbaik untukku-"
"Lebih baik darimu," lanjutnya dengan penuh penekanan.
"Baik. Mulai sekarang temukan sendiri bahagiamu. Tentang kerinduanku, aku bisa mengatasinya sendiri."
Bohong.
Ia berdusta pada semesta.
Lagi-lagi perih itu menulusuk masuk ke telinganya tanpa memberi jeda untuk rehat dari tumpukan luka-luka yang menganga. Kembali ia banting seluruh barang-barang yang berada di depannya dengan amarah yang semakin memuncak. Dia tak suka dengan kehilangan pada hal yang sangat diinginkan.
—————
—————————Hallo 😊
Mazhab Cinta ini sekuel dari Mahabbah di tepi Zuhur.
Untuk kalian yang membaca, semoga suka ^^ Di dalamnya ada istilah² yang sudah dijelaskan sebelumnya di Mahabbah di tepi Zuhur. Jadi, sebelum membaca Mazhab Cinta, ada baiknya membaca Mahabbah dulu 😊
Kalau langsung Mazhab cinta pun nggak papa 😊 Tapi, nanti pasti akan banyak pertanyaan.
Yang paling penting sebelum lanjut membaca, perlu diingat bahwa akun ini tidak menerima debat baik di kolom komentar maupun DM, ketika nanti ada yang mulai maka akan dihapus. Bila merasa tidak suka, sila tinggalkan dan cari yang sepaham. Simpel, kan. 😊
Jadwal update tidak menentu. Sesuai mood saja :) Doakan agar cerita ini bisa tuntas. Semoga Allah memberkahi tulisan sederhana ini :)
Di sini, 27 Rajab 1440 Hijriyah
Salam | Milky Way 🐾🐾Jangan lupa untuk tinggalkan Vote dan komentarnya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Mazhab Cinta (Completed)
Spiritualité*Manshur Al-Hallaj Kafa Narelle Stewart, remaja 16 tahun harus dikecewakan oleh luka masa lalu yang membuatnya patah. Bahkan setelah kejadian itu ia dihadapkan pada Kafi, saudara kembarnya yang menganut paham deisme. Pada puncak masanya, mereka di...