8. Game

1.7K 135 1
                                    


Gadis itu mengangkat sebelah alisnya, menatap heran pada laki-laki didepannya yang kini tengah menatapnya dengan senyuman jenaka.

"Kenapa lo senyum-senyum gitu?" Ia memicingkan matanya.

Dengan senyuman jenaka yang masih terpampang di wajah tampannya itu, Samuel mengangkat kedua bahunya. Lalu melirik seseorang yang berdiri tepat disebelah gadis itu.

"Pacar lo ya, kak? Wah, bilangin uncle Zriel nih, anak perempuannya udah tau pacar-pacaran."

Evelyn mendelik. Kemudian melotot pada Samuel yang kini tengah cekikikan.

"Apaan sih, lo?! Temen kali ah."

Samuel hanya mengangkat bahunya acuh. Kemudian ia menatap laki-laki itu yang hanya tersenyum canggung padanya.

"Hm, masa iya cuma temen?" Samuel menaik-turunkan alisnya, tersenyum menggoda.

"Iya, temen." Jawab lelaki itu kalem.

"Cakep sih, kak. Tapi masih cakepan gue." Samuel kembali terkikik.

Evelyn langsung mendengus, "Najis." Cibirnya.

"Udah ah, kita pergi aja lah, Za. Males disini, ada kembarannya monyet."

Samuel mendecak, menggeleng sambil memasang wajah ternistakan, "Tega lo, kak. Masa ganteng plus kyut mirip Jaemin gini dikata kembaran monyet."

Evelyn mengangkat bahunya acuh, bersikap bodoamat. Kemudian ia menarik tangan lelaki disebelahnya untuk segera pergi dari sana.

Samuel menghela nafas. Lagi-lagi dirinya ditinggal. Sudahlah, bukannya dia sudah terbiasa? Hehe. Kalau kata dia mah, 'Gapapa. Jadi cogan itu memang banyak cobaannya.'

Tidak mau berlama-lama lagi berdiri sendiri di sana, Samuel segera masuk kedalam supermarket tersebut.

Iya, Samuel lagi ada di supermarket. Niatnya tadi mau beli Snack buat teman nge-game, tapi malah ketemu sama Evelyn yang baru keluar dari supermarket bersama seorang laki-laki.

Samuel berjalan diantara rak Snack tersebut sambil mendorong trolinya yang kini sudah penuh dengan banyak makanan ringan.

Sedikit bocoran, Samuel itu sangat suka ngemil. Bahkan ia lebih sering makan Snack daripada makan nasi. Padahal Devan sudah sering memarahinya karena terlalu sering makan makanan seperti itu. Kan kalau terus-terusan dikonsumsi jadi tidak sehat.

Tetapi, Samuel ya tetap Samuel. Si lelaki yang keras kepala, sifat yang diturunkan oleh orangtuanya yang memang sama-sama keras kepala. Seberapa sering ia dimarahi, tetap saja ia akan tetapi mengulangi nya.

Seperti sekarang, ia malah membeli banyak makanan ringan. Apalagi sekarang, orangtuanya sedang jauh di benua seberang sana. Jadi ia merasa bebas sekarang.

Selesai dengan semuanya, setelah membayar Samuel segera keluar dari supermarket tersebut. Ia berjalan menuju mobilnya.

"Sam?"

Tangannya yang ingin membuka pintu mobil, langsung ia turunkan kembali ketika seseorang menyapanya dari belakang. Ia langsung berbalik.

"Eh, uncle Ven." Samuel tersenyum pada laki-laki didepannya yang sepantaran dengan Daddy nya.

Laki-laki didepannya balas tersenyum, "Kamu sendirian aja?"

"Iyalah, uncle. Emang mau sama siapa lagi? Kan ga punya gandengan, hehe." Samuel nyengir.

Lelaki yang dipanggil nya uncle itu hanya menggelengkan kepalanya, sudah tau bagaimana sifat anak dari sahabatnya ini. Sebelas dua belas lah sama orangtuanya.

Benar kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

"Terus, beli apa?"

"Cuma Snack aja sih."

Venus mengangkat sebelah alisnya, melirik pada dua kantung plastik putih yang sedang dipegang oleh Samuel.

"Itu semua?" Samuel mengangguk.

Venus berdecak, kemudian menggeleng pelan.

"Ga kapok kamu sering dimarahi Daddy karena terus makan makanan kayak gitu? Kan kalau terus-terusan jadi ga sehat."

Samuel tersenyum polos, "Kan Daddy ga tau."

Venus menggeleng kecil. Sifat Samuel tidak jauh berbeda dengan orangtuanya.

"Yaudah, kalo gitu Sam duluan ya uncle, bye!"

Samuel segera memasukkan kedua kantung plastik itu ke kursi belakang. Lalu memutar arah menuju kursi kemudi. Sedangkan Venus tersenyum tipis, lalu mengangguk.

Sedikit penjelasan, hubungan Venus dan Devan sudah kembali membaik sejak Allisya sadarkan diri dari komanya pasca kecelakaan. Karena Devan merasa, sepertinya Venus memang telah benar-benar berubah. Berubah menjadi lebih baik. Jadi dia memutuskan untuk memaafkannya saja. Toh juga itu cuma masa lalu, kan? Lagipula, sampai kapanpun Venus akan tetap menjadi sahabatnya. Meskipun dulu ia sempat membencinya.

Selang beberapa menit mobilnya melaju di jalanan, ia kembali menghentikan mobilnya didepan sebuah kafe. Ia mampir sebentar untuk membeli sesuatu.

Setelah selesai dengan urusannya, Samuel kembali keluar dari kafe tersebut. Namun lagi-lagi, ia bertemu dengan seseorang. Untuk kesekian kalinya sore ini.

"Eh, Den. Sendirian aja?"

Iya, dia tidak sengaja bertemu Dena disini.

"Menurut lo?"

Samuel nyengir. Jelas Dena cuma sendirian. Disampingnya dan di sebelahnya tidak ada siapapun kok.

"Ya maksud gue kan, ga bareng temen-temen lo gitu?"

Dena mengangkat sebelah alisnya, kemudian tersenyum miring.

"Bilang aja mau nanyain Nayra." Cibirnya.

Samuel lagi-lagi nyengir. Ah, si Dena. Bisa saja tebakan nya. Tepat, hehe.

"Eh, Sam. Mau sesuatu ga?"

Samuel mengerutkan keningnya bingung, tatapan nya seolah menyorot kan bahwa ia sedang bertanya 'apa?'

Dena tersenyum misterius. Kemudian mengeluarkan sesuatu.

•°•°•°•°•

Laki-laki itu sendiri diruangan yang berukuran cukup luas tersebut. Dengan matanya yang terfokus pada layar didepan, tangannya yang masih setia memegang stik PS, dan mulutnya yang mengunyah makanan. Kira-kira sudah setengah jam yang lalu ia berada diruangan berwarna putih ini.

Samuel itu pecinta game. Sama seperti Devan. Karena itu, dirumah ini sengaja disediakan sebuah ruangan yang memang khusus untuk nge-game.

Awal mula Samuel kenal game itu, pas umur 4 tahun. Saat itu ia sering melihat Devan yang nge-game. Sejak saat itu, ia jadi ikut-ikutan suka. Jadilah hobi ayah dan anak itu sama.

Sementara Allisya, Mommy nya itu masih setia pada kecintaannya sejak muda, yaitu nonton drama Korea. Pernah, sekali, Samuel diminta untuk menemaninya nonton Drakor. Namun apa yang terjadi? Laki-laki itu malah tertidur pulas.

Tetapi, ada satu judul Drakor yang membuatnya tertarik dan fokus untuk menonton. Itu, Drakor yang sempat viral di media sosial. Membuat Devan menggelengkan kepalanya melihat anak dan istrinya itu yang sering mengomel karena nonton Drakor tersebut.

"Cih! Kok gitu sih?"

Samuel menatap sebal layar didepannya itu. Kemudian melempar stik PS nya asal. Ia membaringkan tubuhnya diatas lantai yang dilapisi karpet tebal tersebut. Melipat kedua tangannya sebagai bantalan.

Ia merenung, menatap ke langit-langit ruangan tersebut. Helaan nafas terdengar.

Tiba-tiba senyumnya mengembang. Dengan semangat, ia bangkit dari posisi berbaring nya, kemudian segera mengambil ponselnya. Mengetikkan sesuatu yang membuat senyumnya semakin lebar.

•°•°•°•°•

SAM & NAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang