16. Obrolan tentang Laura

1.3K 102 4
                                    


"KU HARUS PERCAYA, KU YAKIN PASTI BISA...

TAKLUKKAN WANITA, PERMAINKAN HATINYA...

I WANT TO BE A FAKBOI!!

I WANT TO BE A FAKBOI!!"

Ketiga laki-laki yang sama gilanya itu bernyanyi dengan suara yang tidak bisa dibilang kecil. Bahkan cicak yang merayap di dinding saja bisa saja jatuh mendengar suara mereka.

Yaah, kalau suaranya bagusnya sih oke-oke aja. Nah kalau misalnya suaranya cempreng plus sumbang, bagaimana? Kalau saja saat ini mereka sedang mengikuti audisi Indonesian idol, mungkin mereka bertiga sudah diusir saat baru mulai bernyanyi. Oh, tidak. Bukan mungkin lagi, tapi pasti.

Aldi yang duduk di sofa kamar, langsung menyumbat telinganya dengan headset dan memutar musik dengan volume penuh, tidak peduli lagi jika gendang telinganya akan rusak karena itu. Baginya, lebih baik untuk tidak mendengarkan nyanyian yang kelewat bagus dari ketiga manusia itu.

Sementara itu, Samuel Arka dan Gavin sebagai penyanyi gagal audisi itu tampak tidak peduli. Mereka dengan semangat tetap melanjutkan nyanyian mereka. Tidak peduli jika suara mereka itu benar-benar merdu. Saking merdunya, membuat Aldi ingin sekali menyumpal mulut mereka satu-satu.

Bahkan sekarang, keadaan kasur king size itu sudah tidak terbentuk lagi. Bukan hanya itu, tetapi juga seisi kamar. Benar-benar berantakan. Allisya pasti akan sangat marah jika melihat kekacauan ini. Dan Aldi, ia sudah menyiapkan rencana untuk berkilah. Tentu saja, dia kan tidak ikut andil dalam membuat kamar ini berantakan. Yang ia lakukan hanyalah duduk anteng di sofa sambil menikmati kegilaan teman-temannya.

Lagu berakhir, ketiga laki-laki itu berhenti bernyanyi. Mereka kembali duduk, setelah sebelumnya berdiri dan melompat-lompat diatas tempat tidur seperti anak kecil.

"Gila! Padahal cuma nyanyi doang, tapi capeknya minta ampun." Keluh Gavin sambil mengontrol nafasnya. Mereka bertiga tampak kelelahan.

"Iya, nyanyi doang. Tapi belingsatan kek cacing kepanasan." Cibir Aldi yang masih berada di sofa seberang mereka.

"ANAK-ANAK! TURUN DULU, MAKAN!!"

"Tuh, nyonya besar udah manggil suruh makan." Ucap Samuel setelah mendengar teriakan Allisya.

Arka mengangguk bersemangat, "Yoklah. Laper nih gue abis konser."

Setelah itu, mereka berempat segera keluar kamar. Turun ke lantai bawah menuju ruang makan untuk makan malam.

Jam menunjukkan pukul 8 malam, dan mereka masih asik berkumpul disini sejak pulang sekolah tadi. Gavin Arka dan Aldi sudah berganti baju meskipun sepulang sekolah mereka langsung kesini karena pakaian milik mereka memang ada beberapa disini.

Mereka bertiga sering menginap disini. Apalagi jika Allisya dan Devan sedang tidak ada disini, karena mereka baru akan mengunjungi Samuel sebulan sekali. Itu sebabnya, mereka bertiga sengaja meninggalkan beberapa pakaian mereka disini agar tidak repot saat menginap.

"Daddy mana, Mom?" Samuel menarik salah satu kursi, lalu duduk. Menatap wanita cantik yang tengah menyiapkan makanan diatas meja makan.

"Tadi keluar, ada urusan katanya."

"Loh, Tante ga ikutan makan?" Tanya Aldi ketika melihat Allisya yang akan pergi setelah menyiapkan makanan untuk mereka.

Allisya menggeleng pelan, "Tante nungguin om kalian aja. Ya udah, buruan makan. Tante mau ke kamar dulu."

Mereka berempat kompak mengangguk. Kemudian menyantap makanan yang telah disiapkan itu.

Ting!

Samuel melirik ponselnya yang tergeletak diatas meja, kemudian meraihnya. Mengetikkan sesuatu di layar ponselnya, lalu meletakkannya kembali.

"Laura ya, Sam?"

Arka tau, Samuel bukanlah tipe orang yang suka bermain ponsel ketika sedang makan. Chat dari siapapun akan ia abaikan, kecuali tiga orang. Allisya, Devan, dan Laura. Ketiga orang itu sangat berharga untuk Samuel abaikan meskipun hanya sekedar chat. Menjadi sepupu dari laki-laki itu membuatnya banyak tau tentang Samuel, meskipun selama ini tinggal di benua yang berbeda.

Samuel mengangguk kecil, lalu kembali menyuap makanan kedalam mulutnya.

"Gue masih penasaran, gimana wajah Laura kalau ngeliat langsung." Ucap Gavin sambil menusuk udang saus nya menggunakan garpu.

"Cantik banget, Gav. Gila! Lo harus kuat iman ngeliatnya." Sahut Arka dengan raut menjengkelkan.

Arka memang pernah beberapa kali bertemu dengan Laura, ketika berkunjung ke Berlin bersama keluarganya. Membuatnya sedikit mengenal gadis cantik itu.

Sedangkan kedua temannya, tampaknya tidak beruntung. Karena saat kesana, mereka sama sekali tidak bertemu dengan Laura.

Aldi mendelik sinis pada Arka, "Ga usah mulai, Ka!"

Arka cuma cengengesan.

"Tapi beneran deh, Al. Si Laura cantik banget sumpah. Mana baik banget lagi anaknya. Sumpah deh ya, pacar-able banget deh pokoknya." Lanjut Arka, kali ini dengan mimik yang lebih serius.

Gavin tampak berbinar, "Seriusan lo? Wah, gue gebet bisa kali ya."

Plak!

Gavin langsung mendapat geplakan dari Samuel.

Arka langsung tertawa, "Gebet aja kalo berani, ada pawangnya tuh. Gue aja yang sepupunya langsung kena semprot pas bilang mau gebet."

"Ya iyalah! Buaya kek kalian tuh haram hukumnya buat Laura." Sinis Samuel.

"Kalo gue, Sam?" Aldi mengangkat sebelah alisnya.

"Gue aduin Keysha, mau?" Desis Samuel menatap Aldi tajam.

Aldi nyengir, kemudian menggeleng polos.

"Galak bener sih, pawangnya. Ga jadi deh gue gebet, ntar yang ada gue langsung dibacok." Ucap Gavin dengan tampang sedihnya.

"Yaelah, masa gitu aja nyerah sih, Gav? Zaman sekarang tuh tikungan emang udah tajem banget, Gav. Biasa itu. Berjuang dong, gue dukung lo, nih!" Ujar Arka yang malah mengompori.

Samuel mendengus, melirik sinis pada Arka yang bersikap seolah tak berdosa.

Gavin menghela nafas, "Nggak, ah. Gue masih setia sama semua gebetan gue. Kasian Rere, ntar. Kiran juga, masa mau gue duain? Terus si Syaza, baru deket yakali gue udah selingkuh aja? Apalagi si Ririn, galak banget. Bisa mati gue ditangan dia ntar." Ucapnya, dengan raut wajah seolah mengemban banyak masalah hidup.

"Della, Sofi, Zahra, sama Zizi gimana, Gav?" Tanya Aldi mengangkat sebelah alisnya.

"Nah, itu juga. Yakali mereka mau gue madu lagi."

Samuel mendecak, "Itu yang disebut setia? Dasar Playboy ulung!"

"Untung gue setia sama mantan, ya." Arka mengelus dadanya bersyukur.

"Heleh! Lo bilang doang setia sama mantan. Tapi semua cewek lo sepik." Cibir Aldi pada Arka.

Arka nyengir, "Gapapa, yang penting hati gue tetep buat Dena."

"Lo berdua tuh sama aja! Sama sama buaya!" Ujar Samuel.

"Kenapa buaya yang disalahin sih, Sam? Memangnya buaya salah apa? Kasian mereka dong, kan mereka ga ngelakuin apapun, tapi mereka juga yang kena. Gada hati lo."

Samuel mendelik, menatap malas pada Gavin.

"Serah lo, Gav! Serah!"

•°•°•°•°•

SAM & NAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang