5. Tentang Nayra

2.4K 168 3
                                    


Gadis itu keluar dari mobilnya setelah memarkirkannya di garasi rumah. Setelah itu, dengan wajah datarnya ia berjalan masuk kedalam rumah.

Gadis itu melangkah sambil menatap lurus ke depan, seakan tak mau untuk menoleh kemanapun selain menatap kedepan.

Ia menghela nafas, dadanya terasa sesak. Tangannya yang mengepal ia sembunyikan di belakang tubuhnya. Sorot matanya mulai menajam.

Kemudian tanpa memperdulikan apapun itu, ia tetap berjalan. Saat baru menginjakkan kaki di anak tangga pertama, sebuah suara menginterupsinya.

"Tidak sopan sekali kamu masuk rumah tidak mengucapkan salam? Apa kamu menganggap di rumah ini tidak ada orang sama sekali?!"

Ia tidak pedulikan suara itu. Ia terus melangkah seakan tidak mendengar apapun.

"Nayra! Kamu gak denger Papa ngomong apa?!" Ia masih tak menghiraukan.

"Nayra! Kesini kamu!!"

Nayra menghela nafas, kemudian menghentikan langkahnya. Tangannya semakin mengepal kuat. Ia berusaha untuk meredam emosinya.

Ia memutar langkahnya, kembali menuruni anak tangga. Nayra berjalan, lalu berhenti didepan Papanya.

"Apa?" Tanyanya datar.

Laki-laki paruh baya itu tampak menghela nafas, "Darimana kamu jam segini baru pulang? Ini udah lebih 2 jam dari jam pulang sekolah."

Masih dengan wajah datarnya, ia mengendikkan bahunya. Tampak acuh. Bahkan dirinya pun sama sekali tidak menatap pria yg dipanggilnya Papa itu.

"Udah? Nayra mau ke kamar."

Ia sudah akan melangkahkan kakinya kembali, ingin segera masuk ke kamarnya. Disini hawanya begitu panas. Meskipun ada beberapa AC yang terpasang.

"Tunggu dulu! Papa belum selesai bicara sama kamu!"

Nayra memutar bola matanya malas. Ia melipat kedua tangannya didepan dada, kemudian menatap Papanya malas plus dengan tatapan datarnya.

"Apalagi? Mau ngenalin selingkuhan baru Papa ke aku? Hah! Maaf Pa, Nayra ga sudi kenalan sama bitch!"

Nayra menatap malas pada wanita yang sedang bergelayut manja di lengan Papanya itu. Cih! Rasanya benar-benar memuakkan! Matanya pasti akan semakin ternodai karena telah melihat banyak bitch yang datang. Terutama rumah ini, pasti tidak suci lagi.

Erwin--Papanya, menatap Nayra tajam. Namun apa peduli Nayra? Toh ia sama sekali tak takut jika Papanya itu akan memarahinya karena telah berkata seperti itu.

"Jaga bicara kamu! Papa ga pernah didik kamu buat bicara kotor seperti itu!"

Nayra tersenyum sinis, "Oh ya? Tapi maaf, perilaku Papa yang perlahan mengajarkan Nayra untuk berani berbicara seperti itu."

Erwin tampak mengepalkan tangannya. Wajahnya memerah, menandakan sedang menahan amarah. Lagi-lagi Nayra tersenyum sinis, melihat wajah marah Papanya.

Memangnya mau apa laki-laki itu? Memarahinya? Atau bahkan menamparnya? Silahkan saja! Nayra tidak peduli itu! Toh itu juga tidak ada apa-apanya kan dibandingkan dengan apa yang dirasakan oleh Mamanya?

Sejujurnya, Nayra menangis dalam hati. Kenapa?! Kenapa Papanya bisa berubah seperti ini? Dan Nayra, membenci Papanya yang seperti ini.

Sekarang, Erwin bukanlah Erwin yang dulu lagi. Laki-laki itu telah banyak berubah. Sayangnya, bukan perubahan ke yang lebih baik.

"Kamu---" Erwin menggeram, tangannya semakin terkepal kuat.

Nayra tersenyum menantang, "Apa? Papa mau tampar aku? Silahkan! Tampar Nayra sepuasnya! Ini belum ada apa-apanya sama yang dirasakan Mama, jadi Nayra gapapa. Keliatannya, Papa bener-bener seneng dengan tidur panjang Mama."

SAM & NAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang