Di hari Senin seperti ini, seharusnya upacara bendera sudah dilaksanakan sejak lima menit yang lalu. Namun dikarenakan hujan deras yang tiba-tiba turun, membuat upacara bendera tidak jadi dilaksanakan.Udara pagi ini cukup dingin, langit di luar masih tampak gelap, dengan hujan yang sepertinya akan berlangsung cukup lama.
Jam kini sudah menunjukkan pukul 8, dimana jam upacara sudah berakhir, yang akan berganti dengan pelajaran ekonomi.
Semua murid di kelas XI IPA 2 itu duduk ditempatnya masing-masing, menunggu Bu Karla yang juga sebagai wali kelas mereka, masuk untuk mengajar.
Samuel melipat tangannya diatas meja yang kemudian menelungkup kan kepalanya di lipatan tangannya, menguap kecil. Cuaca dingin di pagi seperti ini, seharusnya cocok untuk tetap bergelung dibalik selimut. Namun apa daya, ketika kewajiban bersekolah harus dilaksanakan.
Sedangkan Arka yang duduk disebelahnya menunduk, mencoret-coret halaman paling belakang buku miliknya dengan coretan-coretan abstrak. Merasa bosan sendiri setelah sepuluh menit menunggu Bu Karla yang belum juga datang.
"Berat banget ya masalah lo berdua? Sampai kek ga punya semangat hidup aja."
Ucapan itu membuat Samuel dan Arka mengangkat kepala, mendongak menatap pada sosok didepan mereka.
"Bacot lo, Gav." Ujar Arka datar. Moodnya pun sedang tak baik pagi ini.
"Beneran ada masalah nih bocah." Tambah Aldi setelah melihat raut mendung Arka, persis seperti cuaca saat ini.
Samuel menghela nafas, tidak ikut menyahut. Laki-laki itu menguap sebentar, kemudian melebarkan matanya sampai terlihat seperti sedang melotot, dengan niat agar kantuk yang menyerangnya segera pergi.
"Sehr langweilig." (Sangat membosankan)
Ketiganya kompak menoleh kearah Samuel, dengan kening mengerut.
"Artinya apaan?" Gavin bersuara, mewakili kebingungan dua temannya yang lain.
Samuel melirik sebentar, "Bosen banget."
Ketiga laki-laki itu mengangguk, membenarkan ucapan Samuel. Beberapa saat kemudian, terdengar suara dari mic sekolah.
'Diberitahukan kepada ketua kelas XI IPA 2 untuk segera ke ruang piket.'
Suara tersebut tidak terdengar jelas, karena teredam oleh suara hujan. Namun, mereka masih bisa mendengar dengan baik dikarenakan kelas mereka yang tidak jauh dari sumber suara.
Gavin langsung menyenggol lengan Aldi, "Noh, lo dipanggil ke ruang piket."
"Hah? Kenapa gue, anjir?" Aldi memasang raut memprotesnya. Ia memang tidak mendengar dengan jelas tadi.
"Bego, ah. Kan lo ketua kelasnya." Cibir Arka menatap Aldi malas.
Aldi mengangkat sebelah alisnya, "Memang tadi ngomong apaan?" Tanyanya dengan raut polos.
"Diberitahukan kepada ketua kelas XI IPA 2 untuk segera ke ruang piket." Ulang Samuel yang mengikuti gaya bicara guru yang memanggil lewat mic tadi.
Aldi mengangguk, kemudian tanpa suara segera beranjak dan keluar kelas. Segera menuju ruang piket.
"Gue kira cuma kita bertiga aja yang gila." Gumam Arka setelah Aldi pergi.
Pletak!
Arka segera meringis setelah mendapat jitakan langsung dari Samuel dan Gavin. Laki-laki itu menatap dua temannya dengan tatapan penuh protes.
"Lo aja kali!" Ucap keduanya kompak, membuat Arka mendengus.
Tak lama setelah itu, Aldi kembali dengan raut mendungnya. Persis seperti ekspresi Arka beberapa saat lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAM & NAY
Novela JuvenilSequel of troublemaker Samuel, cowok ganteng dengan kepercayaan diri selangit, berhasil membuat Nayra si cewek jutek naik pitam setiap hari. Hidup Nayra yang semula tenang langsung berubah 180° karena Samuel si murid baru yang selalu mengganggunya...