27. Why do you love me?

1.1K 98 9
                                    


"Lo berdua kenapa sih? Diem mulu. Biasanya aja, ribut terus kek anjing sama kucing."

Samuel menggeleng pelan, kemudian mencoba memasang ekspresi biasa saja dihadapannya teman temannya yang tampaknya merasa aneh karena dirinya dan Nayra yang sejak tadi bungkam. Karena biasanya, meja itu selalu berisik dengan keributan yang diciptakan oleh Samuel dan Nayra.

"Gapapa elah, kenapa sih?"

"Ketauan bohong lo, Sam." Ucap Arka.

Mana mungkin Arka percaya begitu saja dengan Samuel. Arka tahu betul, bagaimana ekspresi Samuel saat sedang berbohong atau jujur. Tentu saja, Arka mengetahuinya. Meskipun dulu mereka tinggal di berbeda benua, namun setiap tahunnya mereka berdua pasti bertemu. Atau bahkan setiap 3 kali setahun. Terbiasa dengan Samuel sejak kecil, membuat Arka tau sedikit banyaknya tentang kebiasaan Samuel.

"Ck."

Semua mata dimeja itu langsung mengarah pada Nayra. Si gadis yang berdecak tadi. Sedangkan Nayra, menatap mereka dengan tatapan bertanya, bingung saat semua mata mengarah kearahnya.

"Kenapa?" Semuanya kompak menggeleng, minus Samuel.

Nayra mendengus, lalu berdiri dari tempatnya ketika makanannya sudah habis.

"Gue duluan."

Perginya Nayra barusan semakin membuat tanda tanya di benak teman temannya. Tak terkecuali Samuel. Dalam hati, lelaki itu merasa kacau. Takut semua pikiran buruknya akan terjadi.

Tidak.

Samuel tidak bisa bahkan tidak mau membayangkan nya!

•°•°•°•°•

Di suasana yang begitu hening itu, helaan nafas terdengar jelas. Samuel duduk dipinggiran rooftop, menatap kebawah. Masa bodoh jika ada yang melihatnya nanti.

Lelaki itu mengubah posisinya dengan gusar. Sesekali mendecak.

Tap tap tap!

Derap langkah kaki terdengar jelas ditelinga lelaki itu. Namun, Samuel sama sekali tidak menoleh.

Beberapa detik kemudian, alisnya saling bertautan ketika sebuah paper bag tiba-tiba ada di pangkuannya. Segera ia menoleh kesamping, tepat dengan seseorang yang baru saja duduk disebelahnya.

"Nay?"

Nayra berdehem, lalu menunjuk paper bag tadi dengan dagunya.

"Jaket lo kemarin. Thanks."

Senyuman tipis terbit dibibir lelaki itu, "Urwel."

Keadaan kembali hening, sama seperti sebelum Nayra datang. Suasana yang awkward mulai terasa. Keduanya sama-sama diam.

Samuel diam, sibuk menahan gejolak yang membuncah di dadanya, yang sialnya jantungnya berdetak dengan sangat cepat sejak kedatangan Nayra.

Nayra, gadis itu menatap ke depan. Sibuk dengan pikirannya.

Lama terdiam, Samuel berdehem. Memecah keheningan diantara mereka.

"Sorry for yesterday." Ucapnya pelan.

Ekor matanya bergerak melirik gadis disebelahnya yang masih diam.

"Hmm."

Samuel mendesah pelan. Hanya gumaman yang ia dapatkan. Pikiran negatif itu semakin menguasainya. Berpikir bahwa gadis itu akan membencinya setelah pernyataan kemarin.

Menghela nafas panjang, Samuel meyakinkan dirinya. Lelaki itu memiringkan posisi duduknya, menghadap ke kanan, tepat dimana Nayra duduk.

"Nay..."

Nayra menoleh, menatap Samuel yang juga sedang menatapnya dengan tatapan yang---entahlah, Nayra sendiri juga tidak tau apa maksud dari tatapan itu.

Samuel menghela nafas, "Sumpah, gue bener bener minta maaf untuk yang kemarin. Gue ga bisa kontrol emosi gue waktu itu, sampe akhirnya---ah, udahlah. Gue rasa lo tau maksud gue."

Nayra terdiam, membuat Samuel menahan nafasnya sejenak. Khawatir dengan jawaban yang akan keluar dari bibir gadis itu.

"Jadi... Lo serius?"

Samuel mengangguk pelan, "Iya. Tentang itu, gue memang.... Ehm, serius sayang sama lo. Tapi kesalahan terbesar gue waktu itu, gue nyatakan itu di saat yang gak tepat. Disaat lo sedang kacau, gue malah bilang kayak gitu."

Jawaban Samuel barusan, membuat Nayra terdiam lagi. Kali ini lebih lama. Entah apa yang sedang gadis itu pikirkan, Samuel tidak tau.

"Tapi kenapa?"

Mengerutkan keningnya, Samuel memberikan tatapan bertanya pada Nayra. Pertanda tidak mengerti akan pertanyaan gadis itu barusan.

"Kenapa lo sayang sama gue? Padahal lo tau, gue menyayangi orang lain."

"Gue rasa, gue ga cuma sayang sama lo. Mungkin, lebih dari itu. Gue ga tau, kapan dan kenapa rasa ini ada. Padahal awalnya, gue menolak keras sama ejekan temen temen gue kalau gue bakalan suka sama lo. Kek nya bener kata pepatah, jilat ludah sendiri. Haha." Samuel terkekeh pelan.

Namun sedetik kemudian, Samuel berdehem. Memasang wajah seriusnya, menatap Nayra.

"Tapi, Nay... Boleh gue minta tolong?"

"Apa?"

"Setelah pernyataan kemarin, tolong jangan menghindar dari gue. Apalagi benci. Lo boleh kok, nganggap kalau kejadian kemarin ga pernah ada."

Nayra diam, sedangkan Samuel tampak menunggu jawab dari gadis itu.

"Hahaha!"

Samuel mengerutkan keningnya bingung, saat Nayra tiba-tiba tertawa. Ada apa? Memangnya ada yang lucu? Atau jangan-jangan Nayra kesambet setan penunggu rooftop? Samuel langsung menggeleng, kemudian bergidik sendiri karena pemikiran konyolnya.

"Gila kali lo. Ya kali gue benci cuma gara gara itu. Sekesel-keselnya gue sama lo, tapi gue ga pernah mikir buat benci." Ucap gadis itu kemudian setelah menyelesaikan tawanya.

Samuel tersenyum senang. Sangat senang. Sebenarnya ia ingin sekali memekik, namun masih menjaga image. Tidak mau terlihat semakin bobrok.

Masih dengan tersenyum, Samuel menatap Nayra. Yang ternyata dibalas dengan senyuman juga oleh gadis itu.

Dan Samuel rasa, ini adalah pertama kalinya?

•°•°•°•°•

Guys, I'm sorry that it's often too late to update lately
Karena udah mulai sekolah, dan tugas bener bener numpuk walaupun masih daring.
Sometimes, actually aku pengen update cepet, tapi karena adanya banyak tugas jadi ketunda. Karena aku paling ga bisa fokus nulis kalau masih kepikiran tugas.

Once again, I'm sorry. And thank you for waiting :)

SAM & NAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang