"Suka sama seseorang itu ga salah. Untuk apa khawatir? Kalau memang serius, yaudah, lanjut aja.""Tapi Dad, masalahnya itu dia---"
"Apa? Suka sama orang lain? Bukannya setiap orang bebas untuk suka sama siapa aja ya?"
"Ck! Daddy ih..."
"Son, listen to me. Ga masalah sekarang hatinya masih untuk siapa. Hati itu bisa berubah kapan aja. Kamu hanya perlu bersabar dan berjuang lebih lama lagi. Lagipula kamu bilang orang yang dia suka udah lama menghilang, kan? This is your chance!"
"Tapi pertahanan dia kuat, Dad. Tembok yang dia bangun udah kayak tembok China tau, gak? Bisa deket sama dia aja udah syukur Alhamdulillah."
"Terus sekarang mau kamu apa? Mundur, gitu? Mau menyerah sebelum memulai? Yang gentle dong jadi cowok. Daddy ingetin sekali lagi ya sama kamu, ini tuh kesempatan. Kamu bisa runtuhin pertahanan nya secara perlahan. Don't be stupid, boy! Daddy dulu pernah hampir kehilangan Mommy kamu hanya karena kebodohan Daddy sendiri. Kamu mau kayak gitu? Disaat ada kesempatan tapi malah kamu sia siakan, dan akhirnya dia ga akan bisa kamu dapatkan. Mau?"
"Nggak lah, Dad! Jadi, Sam harus tetep maju, gitu?"
"Iyalah! Jadi cowok jangan mudah menyerah. Buktikan, kalau kamu memang bisa meruntuhkan tembok yang udah dia bangun itu."
Samuel menghela nafas. Ia kembali teringat percakapannya dengan Daddy nya di Skype tadi malam.
Hah! Apakah ini yang dinamakan menjilat ludah sendiri?
Dulu ia mengatakan tidak akan menyukai gadis yang pernah ia sebut Mak judes itu. Tapi lihat sekarang? Kini ia malah terperangkap dalam pesona gadis itu.
Samuel mulai goyah saat pertama kali melihat Nayra tertawa. Ingat saat Samuel masuk ke got saat ia berusaha mengajak Nayra pulang bersamanya dan berakhir dengan Nayra yang mentertawakan dirinya? Bukannya marah karena ditertawakan, Samuel malah tertegun saat melihat gadis itu tertawa.
Nayra yang biasanya selalu memasang wajah datar plus juteknya, ternyata juga bisa tertawa. Dan kalian tau? Gadis itu tampak berkali-kali lebih manis saat tertawa. Dan akhirnya, iman Samuel pun goyah.
Salah kan hatinya yang terlalu lemah saat melihat Nayra tertawa.
Lalu Samuel harus apa sekarang? Membiarkan perasaan yang sempat ia tuntut untuk tetap tidak ada itu, mengalir begitu saja? Membiarkan perasaan itu semakin berkembang?
Ah, entahlah. Samuel masih ragu. Entah apa yang harus ia lakukan nanti.
"Woi curut! Bengong aja lo! Ke kantin, ga?"
Sebuah tepukan yang cukup kuat berhasil menyadarkan Samuel dari lamunannya. Ia berdecak ketika menyadari bahwa sang pelaku adalah Arka, sepupu laknatnya.
"Ngga ah." Jawabnya singkat.
Ketiga temannya saling bertatapan, merasa heran kenapa tiba tiba Samuel tidak ingin pergi ke kantin. Padahal biasanya, dialah yang paling bersemangat. Apalagi alasannya jika bukan untuk bertemu Nayra.
"Tumben?" Tanya Aldi.
"Tau nih. Gue curiga, abis kesambet ya lo?"
Samuel mendelik mendengar sahutan Gavin barusan, "Nggaklah. Gila aja lo."
"Ya abis, lo tiba tiba ga mau ke kantin. Gue jadi mikir gitulah." Balas Gavin membela diri.
Samuel mendengus, tidak menjawab lagi.
"Beneran lo ga mau ikut? Ketemu Nayra, gitu?" Tanya Arka memastikan.
Samuel mengangguk pelan tanpa berucap. Ketiga orang itupun pasrah saja, dan akhirnya pergi meninggalkan Samuel. Satu persatu murid dikelasnya pun mulai keluar. Entah itu untuk pergi ke kantin ataupun ke tempat lainnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAM & NAY
Teen FictionSequel of troublemaker Samuel, cowok ganteng dengan kepercayaan diri selangit, berhasil membuat Nayra si cewek jutek naik pitam setiap hari. Hidup Nayra yang semula tenang langsung berubah 180° karena Samuel si murid baru yang selalu mengganggunya...