33. Kembali ceria

993 85 1
                                    


Iya gaes, double up. Itung-itung sebagai ganti karena sering ngaret, hehe.

Happy reading!

Ting tong!

Ting tong!

'Ceklek'

Pintu utama rumah megah itu terbuka. Tampak seorang wanita paruh baya berdaster yang membukakan pintu tersebut.

"Eh, tuan dan nyonya besar. Silahkan masuk," wanita itu membungkuk hormat, lalu memberi jalan untuk dua orang yang ia panggil 'tuan dan nyonya besar' itu masuk.

Si wanita mengangguk, dan membalasnya dengan senyuman hangat.

"Dimana Samuel?"

"Dari tadi saya belum melihatnya, tuan. Mungkin masih tidur di kamarnya," jawab wanita itu, saat si tuan besar bertanya.

Pria itu mengangguk. Ia menyerahkan sebuah koper yang sudah sedari tadi ia bawa pada seseorang yang sejak tadi berdiri dibelakang mereka. Menyuruhnya untuk menyimpannya di kamar tamu.

"Kami keatas dulu," sepasang suami istri itupun berlalu dari hadapan dua orang itu.

Berdiri didepan pintu bercat cokelat itu, si pria mengetuk pintu kamar tersebut.

"Hey, boy. Have you woken up?"

Tidak ada jawaban. Sepertinya benar, bahwa si penghuni kamar masih terlelap.

Pria itu pun memutuskan untuk membuka pintu yang sepertinya tidak dikunci itu. Dan benar saja, pintu itu terbuka. Ia melangkah masuk, diikuti oleh sang istri disebelahnya.

"Ck ck ck. Liat tuh, kelakuan cucu kamu. Jam segini masih tidur," ujar Adrian. Ia berdecak melihat sang cucu yang masih betah bergelung dibalik selimut.

Erina hanya menggeleng, lalu berjalan menuju gorden kamar dan membukanya. Membiarkan cahaya sang mentari melesak masuk kedalam kamar itu.

Mendekat kembali, ia lantas mengelus rambut sang cucu, "Sayang, bangun."

Dibalik selimut, Samuel menggeliat saat sebuah elusan terasa di kepalanya. Matanya perlahan terbuka saat merasakan silau dari cahaya matahari yang menerobos masuk.

"Uhm, grandma?"

Samuel mengucek matanya yang masih setengah terbuka itu, untuk memastikan apa yang ia lihat itu benar.

Erina tersenyum, "Iya. Ayo bangun, udah siang ini."

Mengangguk, Samuel mengubah posisinya menjadi duduk. Menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Nyawanya belum terkumpul sempurna, ia berusaha menahan kantuk yang masih tersisa.

"Apakah tidurmu nyenyak, tuan muda Madava?'

Samuel langsung membuka matanya lebar, ketika mendengar suara itu.

"Eh, grandpa. Hehehe," cengirnya menatap sang kakek yang kini tengah berkacak pinggang.

Pria berdarah asli Eropa itu berjalan mendekat, mendudukkan diri di pinggiran ranjang, tepat di sebelah istrinya.

"Tumben ke Jakarta? Kenapa ngga bilang mau kesini?" Tanya Samuel yang kini sudah memeluk Erina.

"Kenapa? Kamu ga seneng?" Adrian bertanya balik.

"Bukan gitu, ih! Tapikan biasanya kalian langsung ke Bandung," jawabnya sambil cemberut.

Hm, sisi manjanya mulai keluar.

SAM & NAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang