32. Jujur

923 84 0
                                    


"DENAA!!"

"HEH KEBO BANGUN!"

Dena menggeliat ketika merasakan pergerakan yang brutal di tempat tidurnya. Sambil berdecak kesal, siapa sih yang mengganggu tidurnya di hari Minggu seperti ini? Buyar sudah khayalan Dena untuk tidur sampai siang.

"Berisik! Apa sih? ganggu aja, lo!"

Dena menatap tajam pada oknum yang telah membuatnya terbangun ditengah tidur nyenyak nya. Tatapannya semakin menajam ketika tau bahwa Risa lah pelakunya. Cih! Rasanya Dena mau buang aja Risa ke rawa-rawa. Jadi teman Risa tuh, harus selalu sabar sama tingkahnya.

Sedangkan yang di tatap tajam itu, cuma nyengir lebar. Seakan tindakan nya barusan tidak berarti apa-apa. Padahal, Dena sudah setengah mati menahan tangannya agar tidak bergerak untuk menampol sahabatnya yang satu itu.

"Bangun Denaa! Gue lapeeerr," Risa menarik selimut yang ditarik kembali oleh Dena untuk menutupi wajahnya.

Dena mendelik mendengar balasan Risa!

Hei, jadi tujuan Risa datang kerumahnya itu apa? Numpang sarapan?

"Lo kesini cuma mau numpang sarapan?"

Risa diam sebentar, tampak berpikir. Lalu menggeleng, "Engga juga. Gue cuma mau ganggu lo, hehe. Soalnya gue tau, kalau Minggu lo pasti bangunnya siang."

Oke. Dena sudah tidak tahan untuk tidak segera menampol gadis menyebalkan yang sayangnya juga menggemaskan itu.

"Dena! Kenapa ditampol?"

Risa merengek, sembari mendengus sebal pada Dena. Tak terima atas perbuatan gadis itu barusan.

Well, Risa itu memang sedikit manja dan polos. Terkadang ia bersikap kekanak-kanakan, kadang juga bersikap dewasa. Walaupun lebih sering childish nya sih, tapi cuma sama sahabat-sahabatnya. Meskipun sifat menyebalkannya selalu turut serta.

Karena secara usia, Risa memang yang paling muda diantara mereka. Jarak usia mereka terpaut hampir satu tahun. Membuat Dena dan Nayra terkadang sedikit memanjakannya. Karena mereka berdua juga sudah menganggap Risa itu seperti adik mereka.

"Lo sih, ngeselin!" Ketus Dena.

Salah sendiri membuatnya kesal di pagi hari seperti ini. Bahkan sebelum memulai semua aktivitas nya, ia sudah badmood duluan.

"Gue kan cuma mau bangunin lo. Salah?"

Dena menghela nafas. Risa sedang dalam menggemaskan mode on. Membuatnya tidak bisa untuk mengomeli gadis itu lebih lama lagi.

Risa itu, usianya saja yang lima belas. Tapi wajah dan kelakuannya benar-benar menggemaskan seperti anak TK. Gavin saja jadi sering khilaf, kadang keceplosan buat minta Risa jadi pacarnya. Yang ujung-ujungnya langsung mendapatkan grand prize dari mamanya berupa lemparan kain lap. Karena mereka sepupu, ya sudah, Gavin anggap saja sebagai adik.

Tapi, Risa juga kurang suka kalau dipanggil 'anak kecil'. Karena menurutnya, ia sudah besar. Di depan orang lain saja ia bersikap 'sok' dewasa. Coba kalau sudah dengan dua sahabatnya dan Gavin. Manja.

"Ini baru jam enam pagi, Risaaa!" Dena menggigit bibir bawahnya, menahan gemas.

Risa mengangkat kedua bahunya tak peduli, lalu memilih untuk berbaring di sisi tempat tidur yang masih kosong.

Dena menghela nafas, kemudian beranjak menuju kamar mandi. Daripada semakin emosi, lebih baik mendinginkan diri dengan berendam dikamar mandi. Setidaknya, sampai emosinya mereda.

Sedangkan Risa yang sedang berbaring ditempat tidur milik Dena, tampak sedang sibuk dengan ponselnya. Mengetikkan sesuatu dilayar ponselnya, lalu mendekatkan ke sisi telinga kirinya. Sesaat kemudian, kembali menjauhkan ponselnya. Berulang-ulang dilakukannya hal itu. Sampai tidak sadar kalau Dena sudah keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih fresh.

SAM & NAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang