28. Membaik

1.1K 105 4
                                    


Gadis itu mendengus lelah, kemudian membuang pandangannya ke arah lain. Sedangkan wanita didepannya, masih berusaha memberikan pengertian pada gadis itu.

"Setidaknya kamu ngomongin itu dulu baik-baik, Nayra."

"Tante, please. Tante tau kan topik ini sensitif banget buat aku?" Melasnya.

Wanita itu menghela nafas. Seakan tak mau menyerah.

Ayolah! Niatnya itu baik. Dia hanya ingin hubungan keponakannya itu kembali membaik dengan ayahnya, yang notabenenya adalah kakak kandungnya.

Tetapi keponakannya itu sama sekali tidak mendengarkannya. Jika alasannya adalah luka yang masih belum bisa dimaafkan, ia akan mencoba memakluminya.

Tapi, apakah harus sampai membenci? Bagaimanapun, itu adalah ayahnya.

"Ga ada yang tau gimana perasaan Papa kamu sebenarnya. Bisa aja tanpa kamu tau, Papa kamu merasa sedih dengan sikap kamu selama ini ke dia." Devi berbicara lagi.

"Who cares?" Sahut Nayra datar.

"Sayang, percaya sama Tante. Papa kamu itu masih sayang sama Mama kamu. Bahkan ke kalian juga, anak-anaknya. Ga mungkin dia---"

"Tante ngomong gitu karena dia adalah kakak Tante, kan?! Coba jawab aku! Apa Papa yang nyuruh Tante buat bujuk aku?!" Sarkasnya tajam.

Devi menggeleng cepat. Matanya sudah berkaca-kaca. "Nggak. Ini sama sekali ga ada---"

Ucapan Devi lagi-lagi di sela oleh Nayra.

"Maaf Tante, bukannya aku ga sopan. Tapi ini udah malem, aku mau pulang. Assalamualaikum."

Tanpa menoleh lagi pada sang Tante, Nayra langsung pergi begitu saja. Devi hanya memandang langkah keponakannya yang semakin jauh dengan tatapan nanar.

"Fuck!"

Nayra mengusap wajahnya kasar seraya mengumpat. Kuku jari nya masih memutih akibat mencengkeram stir mobil terlalu kuat.

Nafasnya naik turun. Ia masih mencoba menahan emosinya. Jika saja tadi ia tidak segera keluar dari rumah tantenya, mungkin emosinya sudah meledak begitu saja dan ia malah melampiaskan nya pada Devi.

Pada akhirnya ia mengalah, dan keluar dari rumah itu.

Padahal niat awalnya tadi pergi ke rumah itu adalah untuk menenangkan diri, sekalian bertemu sang adik, setelah percekcokan antara ia dan ayahnya di rumah.

Kali ini, Nayra benar-benar marah besar dengan ayahnya. Emosinya masih belum stabil, dan Devi malah membahas hal itu tadi.

"I'm sorry for hated the man you love, Ma."

•°•°•°•°•

Angin malam yang bertiup lumayan kencang, menerpa rambut hitam gadis yang sedang berdiri dengan tangannya yang bertumpu pada pembatas balkon. Matanya terpejam sempurna, menikmati udara malam yang begitu sejuk.

Dengan kaos pink lengan pendek yang sedikit kebesaran dan hotpants yang dipakainya, tak lantas membuatnya merasa kedinginan dan memutuskan untuk kembali masuk ke kamarnya.

Ting!

Ponselnya bergetar. Ada sebuah notifikasi masuk. Mau tak mau membuatnya berjalan menuju sebuah single sofa yang berada di balkon, karena ponselnya memang ia taruh disana.

Samuel
Nay?

Apa?

Samuel
Udah malem, kenapa belum tidur jam segini?

SAM & NAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang