38. Bertanya-tanya

711 63 1
                                        

"PAGI, CANTIK!"

Pintu itu refleks tertutup dengan keras saat sebuah suara mengejutkan Nayra yang tersentak kaget.

Ia menghela napas pelan, lalu mengelus dadanya yang masih berdebar akibat terkejut seraya menatap datar seseorang dihadapannya.

"Bisa enggak sih dateng tuh enggak pake ngagetin? Masih pagi juga," ucap Nayra sedikit sensi.

Yang di tegur menyengir lebar, sama sekali tak merasa bersalah.

"Maap maap, terlalu excited nih, hehe."

Nayra memutar bola matanya malas. "Ngapain pagi-pagi kesini?"

"Ya jemput lo lah, cantikk." Samuel mengedipkan sebelah matanya.

Mencoba meredam emosinya yang hampir naik, Nayra menatap Samuel dari atas sampai bawah.

"Udah sembuh lo? Fresh banget keliatannya," tanya Nayra, dengan raut yang tampak seperti ogah-ogahan.

Mendengar pertanyaan itu, Samuel langsung memasang tampang sok malu-malunya. Lalu menatap Nayra dengan raut yang begitu menyebalkan.

"Ciee, yang nanyain. Perhatian banget sih, neng. Tenang aja, gue udah sembuh kok. Enggak perlu khawatir." Ia terkekeh.

"Gue jitak juga lo lama-lama!" Nayra mengangkat tangannya yang terkepal ke atas.

Akan tetapi, Samuel tetap lah Samuel yang gemar membuat Nayra naik pitam setiap hari. Rasanya tidak akan pernah puas kalau gadis itu belum sampai mengamuk.

"Pagi-pagi jangan ngomel terus, nanti makin cantik gue nya yang ribet," katanya, tak lupa dengan wajah tengilnya saat menggoda gadis itu.

"Ujian banget sih ngadepin orang macem lo?" Hampir saja tangan Nayra kelepasan menjitak kepala Samuel.

Samuel tertawa yang mana itu terlihat sangat menyebalkan di mata Nayra yang selalu dibuat kesal oleh lelaki itu.

Hebatnya, meskipun sering dihadapkan dengan makhluk menyebalkan yang satu ini, kesabaran nya semakin meningkat.

"Ngomel terus, enggak inget buat berangkat sekolah? Ayo, sama gue."

Samuel langsung menarik lengan Nayra tanpa persetujuan darinya, membuat nya dibanjiri oleh umpatan kesal gadis itu.

Nayra jadi mau give away-in Samuel rasanya.

•°•°•°•°•

Pelataran sekolah begitu ramai dengan siswa-siswi yang baru saja datang. Begitu juga dengan parkiran yang sudah mulai padat dengan kendaraan warga sekolah baik guru maupun pelajar.

Sepuluh menit lagi bel masuk berbunyi, dan itu artinya gerbang sekolah akan segera ditutup.

Arka baru saja memarkirkan motor sport-nya. Sebelum meninggalkan parkiran, ia menyempatkan diri untuk bercermin dulu dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan setelah melepas helm tadi.

Saat akan melangkah, dari kejauhan matanya menangkap sosok yang begitu tak asing di matanya. Sosok yang saat ini baru turun dari motor dan menyerahkan helm yang baru saja di pakainya pada lelaki yang ia sendiripun tak tau siapa.

Pacarnya barunya?

Ah, enggak-enggak. Bisa potek tujuh hari tujuh malam Arka kalau itu memang benar.

Atau lebih parahnya Arka bisa-bisa langsung kena mental brikdens. Arka kan bucin akut.

Walaupun suka ngalus sana-sini, tetap saja hatinya cuma untuk sang mantan tercinta.

SAM & NAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang