"Berapa kali sih harus gue bilang, udah lupain!""Lo pikir segampang itu, hah?!"
"Nay, sadar! Itu cuma halusinasi lo doang! Jangan bodoh. Coba buka hati lo, buka mata lo. Liat ke belakang. Masih banyak yang mau sama lo."
"Lo lupa? Selain gue sayang sama dia, dia itu sahabat gue! Lo pikir mudah buat ngelupain itu semua?!"
"Oke! Lo mungkin ga bisa ngelupain dia sebagai seorang sahabat. Tapi setidaknya, lupain tentang semua perasaan lo. Saatnya lo buka hati buat orang lain, Nay. Percuma berharap sama orang yang mungkin ga akan balik lagi."
"Apa salahnya kalau gue percaya itu?"
Samuel mengerutkan keningnya seiring langkahnya yang membawanya menuju kelas XI IPS 1.
Kerutan di keningnya semakin dalam ketika mendengar suara ribut ribut dari dalam kelas tersebut. Terlebih lagi, ia mengenali masing masing dari pemilik suara itu.
"Setelah lama dia pergi tanpa kasih tau lo?"
"Terserah kalau kalian ga mau percaya!"
"Eh?"
Samuel terkejut saat kakinya hendak melangkah masuk ke kelas XI IPS 1 ketika Nayra tiba tiba keluar dari sana dengan raut yang kentara sekali tengah emosi.
Melirik ke dalam kelas, Samuel melihat Dena dan Risa yang raut wajahnya tak jauh berbeda dengan Nayra, hanya saja mereka berdua tampak sedikit merasa bersalah.
Samuel menatap mereka, namun Risa dan Dena hanya menggeleng dan malah mengisyaratkan agar dirinya mengejar Nayra saja.
Mengangguk, Samuel segera memutar langkah dan mengejar Nayra.
"Nay, hati hati!"
Teriak Samuel namun tak dihiraukan oleh Nayra. Gadis itu terus saja berjalan dengan cepat. Tanpa peduli dengan lantai yang sedang dipijaknya saat ini licin.
Nayra sedikit terkejut, ketika lengannya tiba tiba ditahan oleh Samuel saat ia hampir saja terjatuh.
Benar kan, dugaan Samuel. Lantai koridor sedang licin saat ini, akibat percikan hujan tadi siang. Dan Nayra malah seenaknya berjalan dengan cepat tanpa hati hati. Untung saja tadi ia langsung mengejar Nayra.
Coba kalau tidak? Mungkin saja gadis itu sudah mencium lantai.
Namum sepertinya, mau jatuh ataupun tidak tampaknya tak berpengaruh bagi hadir itu. Terlihat dari wajah Nayra yang datar datar saja. Padahal Samuel khawatir saat gadis itu hampir terpeleset.
"Makanya jalan tuh hati hati."
Nayra berdehem, menanggapi ucapan Samuel. Setelah itu, ia kembali melangkah meninggalkan Samuel, tanpa mengatakan apapun.
Samuel berdecak. Sepertinya hampir jatuh tadi tidaklah berpengaruh bagi Nayra, bahkan sekarang saja gadis itu malah berlari.
Namun Samuel tetap mengejar Nayra. Entahlah, hanya saja gadis itu tampak kacau sekarang.
Langkah kakinya membawanya ke taman belakang sekolah, saat ia mendengar suara seseorang yang sedang menangis.
Samuel menghela nafas, ketika melihat bahwa Nayra lah yang sedang menangis. Dan ini adalah kedua kalinya ia melihat gadis itu menangis. Apakah masih dengan alasan yang sama? Karena seseorang yang bernama Bara itu? Apalagi tadi Samuel tidak sengaja mendengar Nayra menyebutkan kata 'sahabat'.
Mendongak keatas dan melihat langit yang kembali mendung, Samuel lantas langsung berbalik. Pergi menuju mobilnya di parkiran. Mengambil sesuatu yang tersampir di kursi kemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAM & NAY
Teen FictionSequel of troublemaker Samuel, cowok ganteng dengan kepercayaan diri selangit, berhasil membuat Nayra si cewek jutek naik pitam setiap hari. Hidup Nayra yang semula tenang langsung berubah 180° karena Samuel si murid baru yang selalu mengganggunya...