Ini adalah akhir pekan. Karena telah menerapkan sistem full day, jadi sekolahnya pun diliburkan pada hari ini dan besok.Sabtu sore ini, langit tampak begitu cerah. Matahari masih bersinar terang meskipun sudah hampir pukul 5. Jakarta masih tetap sama, ramai dengan segala hiruk pikuknya.
Mobil berwarna putih itu berhenti didepan sebuah warung bakso pinggir jalan. Sang pemilik keluar dari mobil tersebut, kemudian masuk kedalam warung bakso yang cukup ramai pembeli itu, dan menghampiri sang penjual.
"Pak, bakso urat sama es teh manisnya satu, ya."
Penjual itu mengangguk, dan melanjutkan kegiatannya meracik bakso. Terlebih dahulu menyelesaikan pesanan milik pelanggan lain.
Laki-laki itu mengedarkan pandangannya, mencari tempat yang kosong. Maklum saja, warung ini memiliki ukuran yang tidak terlalu besar, dan sore ini pengunjung tampak cukup ramai.
Senyumnya terukir, ketika menemukan satu-satunya bangku yang masih tersisa, dengan seorang gadis yang duduk disana sambil memainkan ponselnya.
Tidak, ia tersenyum bukan karena menemukan bangku yang masih kosong. Tetapi karena seseorang yang duduk disana. Dengan bibir yang masih melengkung keatas, ia berjalan menghampiri gadis tersebut. Duduk tepat disebelahnya.
"Sendirian aja, neng?"
Gadis itu mendongak, mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya ke seseorang disampingnya yang entah sejak kapan ada disana. Tatapannya datar, decakan pun terlontar dari bibir tipis sang gadis.
"Sama setan." Ketusnya.
Lelaki disebelahnya tertawa kecil, kemudian menopang dagunya diatas meja. Menatap lamat gadis disampingnya yang kembali sibuk dengan ponselnya. Seperti lupa bagaimana menormalkan ekspresinya kembali, senyuman itu tidak luntur dari wajah tampan sang lelaki.
Memiliki alis yang tebal, mata elang yang tajam, hidung mancung, bibir yang tampak merona alami, serta rahangnya yang kokoh dan tegas. Dengan bibirnya yang membentuk sebuah senyuman, semakin menambah kesan tampan kepada laki-laki dengan tinggi 180 cm tersebut. Yang bisa membuat siapa saja merasa kagum dengan sosok berambut cokelat itu.
Tetapi sepertinya, hal tersebut tidak berlaku bagi gadis itu. Ia akui, bahwa laki-laki itu memang memiliki pesona yang kuat. Tapi, dirinya sama sekali tidak terpesona dengan laki-laki tersebut. Baginya, orang-orang hanya melihat laki-laki itu dari luarnya saja. Karena tampan, itu sebabnya mereka terpesona. Tapi mereka tidak tahu saja, betapa menyebalkannya sosok laki-laki itu yang sebenarnya. Bahkan dirinya saja ingin sekali membuangnya kelautan karena saking jengkelnya dengan sikap laki-laki itu yang terus mengganggunya setiap hari. Seperti saat ini.
Seolah tidak pernah bosan, laki-laki blesteran tersebut terus menatap wajah sang gadis. Tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. Hingga akhirnya si penjual bakso tersebut datang dan membawa pesanan mereka secara bersamaan.
"Permisi, mba, mas. Ini pesanannya."
Mereka berdua tersenyum tipis, kemudian mengucapkan terimakasih. Si penjual balas tersenyum dan mengangguk, setelah itu berlalu dari hadapan mereka.
"Stop liatin gue! Mending makan tuh bakso." Ucapnya jengah karena terus diperhatikan sejak tadi.
"Abis, Nay. Lo cantik, sih." Samuel terkekeh kecil membuat Nayra mendengus.
Tak mau memperdulikan Samuel, Nayra meletakkan kembali ponselnya dan segera melahap baksonya.
"Ga usah buru-buru gitu makannya, ntar keselek." Nayra memutar bola matanya malas, seolah tak mendengarkan ucapan Samuel barusan. Yang ada dipikirannya saat ini adalah, habiskan baksonya dengan cepat, lalu pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAM & NAY
Teen FictionSequel of troublemaker Samuel, cowok ganteng dengan kepercayaan diri selangit, berhasil membuat Nayra si cewek jutek naik pitam setiap hari. Hidup Nayra yang semula tenang langsung berubah 180° karena Samuel si murid baru yang selalu mengganggunya...