22. Sesuatu yang disembunyikan

1.2K 94 0
                                    


Suasana kantin benar benar ramai dan pengap. Para manusia memang lebih banyak yang ke kantin pada jam istirahat pertama. Tetapi, kebisingan di kantin itu seolah tak berpengaruh bagi ketujuh anak manusia itu. Tampaknya mereka seru seru saja berbincang sambil menikmati makanan nya.

Drrttt...

Ponsel salah satu diantara mereka bergetar, ada sebuah panggilan masuk.

"Uhuk uhuk!"

"Lah, lo kenapa Sam?"

Samuel menggeleng pelan, lalu segera minum. Ia menatap ngeri pada ponselnya. Sebuah video call. Tetapi, bukan itu masalahnya. Nama kontak yang tertera dilayar lah yang membuatnya tersedak seperti tadi.

"Kenapa sih?" Dena mengernyit melihat gelagat aneh Samuel.

"Mampus! Gue harus gimana nih? Nyonya besar video call lagi! Pasti dia udah tau kalau kita tadi bolos! Ya Allah, selamatkan Samuel."

Mendengar ucapan Samuel, Aldi, Arka dan Gavin pun jadi ikutan panik. Mereka bertiga segera mematikan daya ponsel mereka. Berharap tidak ikutan di telepon oleh orang tua masih masing, seperti Samuel.

Tadi, mereka baru saja masuk ruang BK. Alasannya? Karena bolos tentu saja. Mereka itu sudah keseringan bolos, makanya sampai di panggil ke ruang BK.

"Ya Allah, semoga Papa ga tau deh." Gumam Arka pelan.

"Yaudah, jawab aja."

Samuel melotot pada Nayra yang berkata dengan santainya. Hei! Telinga Samuel yang jadi taruhannya! Dan ia harus menjawab panggilan itu? Yang benar saja! Bisa bisa dia akan diomeli tiga hari tiga malam.

Tapi kalau tidak dijawab, nyonya besar pasti akan lebih marah lagi. Mengira kalau Samuel sengaja menghindar. Samuel menghela nafas, lalu dengan sangat terpaksa menjawab panggilan video tersebut.

"Assalamualaikum, Mommy. Hehe. Kenapa tiba tiba video call jam segini? Disana kan masih subuh." Jelas lah masih subuh. Disini kan pukul 10 pagi, berarti disana sekarang pukul 5 pagi.

"Wa'alaikumussalam. Ga usah sok ga tau gitu kamu! Kinipi tibi tibi vidii cill jim sigini? Halah! Kalau bukan karena Mommy di hubungi sama guru kamu subuh-subuh gini, Mommy pasti masih mimpi indah! Ga tau apa kalau disini tuh masih subuh?!" Samuel meringis. Baru pembukaan saja, omelannya sudah sepanjang ini. Bagaimana kalau masuk bagian inti nanti.

"Lah, memangnya kenapa, Mom? What happened?" Dari layar, Samuel bisa melihat Mommy nya sedang mencibir setelah ia bertanya seperti itu.

"Cih! Mommy muak liat wajah innocent kamu! Ga usah pura-pura!"

"Pura pura apa sih, Mom?"

"Oke, to the point aja. Kenapa kamu bolos? Bahkan udah beberapa kali. And than, do you playing the games during class time?"

Samuel meringis. Raut wajah Mommy nya benar benar terlihat seperti ingin mengulitinya sekarang juga jika tidak mengingat mereka beda benua sekarang.

"Anu... Itu.." Samuel tidak tau harus menjawab apa. Ia melirik pada teman-temannya yang hanya mengendikkan bahu tanda tak tau.

"Anu apa, hah?! Please, sayang. Cukup di sekolah lama aja kamu kayak gitu. Apa sih sebenarnya yang kamu mau? Kamu minta pindah ke Indonesia, Mommy turuti. Giliran udah pindah, kamu malah gini lagi? Apa perlu Mommy minta ke Laura untuk nasihati kamu lagi? Bahkan Mommy rasa pun Laura udah capek kali ya ngingetin kamu terus."

SAM & NAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang