Pagi menyapa, suara alarm menyadarkan vero untuk bangun. Pagi ini, hari ini vero memulai aktivitas nya dengan suasana baru. Tidak ada lagi beban yang vero rasakan.
Vero hendak berjalan ke kamar mandi untuk bersiap siap. Namun langkahnya terhenti ketika suara bel appartement nya oh no no appartement betrand tepatnya, berbunyi menandakan ada yang datang dipagi buta ini.
Jam menunjukkan pukul 5 pagi. Vero segera turun kebawah, dan melihat siapa yang datang dari lock screen appartement tersebut. Namun tidak ada siapa pun terlihat di screen tersebut. Vero hendak memilih untuk kembali naik ke atas dan melanjutkan aktivitas mandinya. Mungkin suara bel itu hanya iseng seseorang.
Vero memasuki kamar mandi. Membuka seluruh baju nya dan mulai menghidupkan shower. Namun hendak memulai membasahkan seluruh badan, bunyi bel tersebut kembali terdengar. Bahkan ini bunyi memburu. Dan membuat telinga vero pekak rasanya. Vero segera melilitkan badannya dengan handuk dan turun kebawah.
Kali ini vero tidak melihat screen karna vero tau, kalau suara bel yang memburu itu adalah freya. Vero yakin freya yang sedang membunyikan belnya tersebut. Dan ketika vero membuka pintu ternyata...
"Pak Richard?"
Richard segera masuk. Dia melihat keadaan vero. Memerhatikan vero dengan teliti. Memastikan apa vero tidak lecet sedikit pun selama dia jauh dari vero. Dan ternyata clear, tidak ada luka atau lecet atau sejenisnya pada vero. Namun pandangan richard jatuh pada dua buah dada vero yang padat dan seperti ingin muntah keluar karna di jepit oleh lilitan handuk.
Vero sadar akan tatapan richard, dan segera memilih untuk memasuki kamar dan lanjut mandi. Karna vero tau yang datang adalah richard, vero memilih mengabaikannya sementara.
Namun ternyata richard menahannya sebelum benar jauh dari pandangan richard.
"Ada apa pak?"
"Pak kau bilang?" Tanya richard memastikan ucapan vero.
"Iya pak. Ada apa?"
"Kau kenapa ve? Kenapa harus pindah dari rumah dan tinggal disini? Ini appartement betrand. Jadi kau bersekongkol dengan betrand gitu?"
"Apaan sih pak? Aku tidak kenapa napa. Aku kan sudah lama bilang sama bapak kalau aku emang mau hidup sendiri, mau nge kost. Tapi ternyata kak betrand dengan baik hatinya meminjamkan appartementnya untuk aku tinggali" jelas vero.
"Wait a minute. Tadi kau manggil aku pak. Terus barusan aku dengar kau memanggil betrand dengan kak. Sebelumnya kau juga memanggil ku kak. Kenapa sekarang berubah?"
Pertanyaan richard bahkan sungguh tidak habis pikir bagi vero. Vero yang mendengar sendiri dari richard yang berbicara bahwa vero hanya seorang anak magang. Berarti vero harus menghormati richard dengan memanggil richard pak dong? Tapi kenapa dia malah bertanya sekarang.
"Jawab ve"
"Pak, nanti aja dibahas. Aku sedang bersiap siap untuk ke kantor"
"No! Kamu tidak ke kantor hari ini. Aku sudah membuat izin ke kepala hrd" ucap richard.
"Whatss??? Bapak gilak yaa. Astaga pak. Bapak sendiri yang bilang bahwa aku anak magang. Bapak sendiri yang bilang bahwa aku tidak bisa masuk kalau tidak akan mempengaruhi nilai magang ku. Sekarang kenapa membuat izin untukku tidak masuk kerja?" Tanya vero yang sudah tidak habis pikir dengan jalan pikiran richard.
"We need to talk ve. Aku bela belain pulang duluan, meninggalkan planning liburan ku dengan mereka demi kau. Kita harus bicara. Aku tau ada yang salah disini" ucap richard.
"Nggak pak. Nggak ada yang salah diantara kita. Dan nggak ada yang perlu di bicarakan. Semua baik baik saja"
"Terus kenapa kau pindah? Kenapa kau jadi formal berbicara dengan ku?"
"...."
"Ve? Maafkan aku. Aku tau aku salah. Maaf. Tapi aku nggak mau kau pindah. Aku nggak bisa kalau nggak ada kau dirumah. Aku mau setiap pulang kantor ada kau dirumah menyambutku kalau pulang malam. Aku mau kita selalu pergi dan pulang bareng selagi kita bisa. Aku nggak mau diabaikan. Aku nggak mau jauh darimu. Kau tau itu ve. Aku pernah bilang samamu" jelas richard yang sudah lelah. Dia harus meminta maaf dan menyelesaikan permasalahan mereka sehingga vero bisa balik ke rumah.
Vero Side....
Aku tidak tau harus bagaimana. Melihat richard memohon bahkan aku tidak bisa pada pendirian ku. Sungguh aku pun rindu lelaki ini. Rindu dipeluk dengannya ketika tidur. Rindu berbicara dan bercanda dengannya.
"Kita pulang yuk ve? Aku sengaja balik sebelum waktunya hanya agar aku bisa bersamamu. Please balik sama aku ya"
Ya, aku tau itu. Karna perkiraan kak richard balik ke indo seharusnya bukan sekarang. Bahkan ini baru berjalan sehari setelah pergi nya kak richard.
"Tapi pak..."
"He em..." ucap kak richard sambil mengacungkan jari telunjuknya dan mengayunkan ke kanan dan kiri. Tanda bahwa kak richard tidak menyetujui sesuatu.
"Panggil aku seperti biasa nya ve. Kakak no pak"
"Kak, aku disini aja ya. Aku nggak apa kok. Aku tau, aku hanya anak magang kakak. Aku hanya orang yang harus kakak tanggung jawabin. Tapi nggak harus gini juga"
"Aku bisa tinggal sendiri kak. Aku bisa hidup sendiri. Aku tidak perlu bantuan kakak selama aku hidup di jakarta. Aku cuma 6 bulan disini. Aku yakin semua akan baik baik saja"
"Aku nggak mau dinilai tidak punya etika atau tata krama hidup di rumah orang. Aku juga punya dunia ku sendiri. Aku juga punya kegiatan, punya urusan sendiri. Kalau disini aku bisa bebas pulang kapan aja. Tapi di tempat kakak, aku tidak mau lagi dinilai seperti itu"
"Ve..." ucap kak richard.
"Kak, maaf. Tapi aku harus jujur. Aku nggak bisa begini terus. Karna aku takut kalau kakak terus memberi perhatian lebih kepada ku, aku jadi menyukai mu kak. Please jangan buat aku bingung"
Akhirnya unek unek dalam hati ku keluar. Yaap, selama ini aku ngerasa bingung. Kak richard menyukai aku apa tidak? Karna semua perilaku, sikap, perhatian kak richard membuat aku memiliki perasaan yang tidak seharusnya terjadi.
Aku sadar diri. Aku gendut, jelek. Tidak ada yang bisa dibanggakan dariku. Aku yakin kak richard tidak menyukai ku. Namun, aku jadinya memiliki perasaan yang tidak seharusnya ada karna menikmati semua perhatian dan perilaku kak richard ke aku.
Untuk itu aku juga memilih untuk tinggal sendiri. Karna aku tidak mau ini akan semakin berkembang perasaan ku.
Aku menundukkan kepala ku. Aku sudah malu karna memutuskan untuk mengeluarkan semua unek unekku.
"Ve..." ucap kak richard. Kak richard mendekati ku. Kak richard memegang tanganku. Mengelus pipiku.
Setelah itu dia mencium aku. Tepat di bibir ku. Lagi lagi getaran ketika dia menciumku terasa. Oh Tuhan, apa yang harus ku lakukan.
Kak richard menyudahi ciumannya. Menuntunku untuk menatapnya.
"Tidak usah bingung. Percayai lah perasaan mu yang sedang kau rasakan sekarang. Karna apa? Karna aku juga sedang mempercayai apa yang sedang ku rasakan untukmu. Sayang, maaf aku melukai mu. Maaf aku membuat merasa tidak nyaman karna takut memiliki perasaan yang kamu bingungkan sekarang. Ku mohon tetaplah bersama ku"
"Kak, kalau aku bersama kakak aku takut perasaan aku semakin berkembang ke kakak. Aku takut semua akan sia sia"
"Ssstt.. no. Mari sama sama kita kembang kan perasaan kita. Mari kita sama sama menyadari perasaan kita yang hanya lebih dari sebatas teman, kakak atau adek. Karna saat ini aku menyayangi mu ve. Ku mohon aku tidak mau jauh dari mu" ucap richard.
Aku terdiam membisu. Aku berdiri kaku. Aku tetap mendengar setiap kata kata nya. Apa ini serius? Apa ini benar?
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU GENDUT
RomanceGadis yang memiliki badan gendut, dengan paras yang cantik, putih tapi tidak putih pucat. Putih bening, dengan rambut hitam panjang. Cerita ini 21++ pastinyaa.