Anyelir 9. [Telat]

3.7K 215 11
                                    

"Aduhh Mama, macet banget sihh! Udah jam delapan gewlaaa. Mati nih Anye, mati!"

Anye terus saja mengoceh disepanjang jalan. Pagi ini dia bangun kesiangan, sehabis sholat subuh tadi Anye tidak sengaja kembali tertidur dan baru terbangun saat jam menunjuk angka tujuh.

Semalam Anye baru tiba dikontrakannya saat jam setengah dua belas. Apalagi dengan mata yang sembab, Anye kesulitan tidur semalam. Dan kini berakhir dengan Anye yang tiba di Samudera saat jarum panjang jam menunjuk angka 6, jam setengah sembilan pagi.

Good.

Setelah memarkirkan mobilnya, Anye dengan cepat memasuki gedung lalu berlari menuju lift khusus karyawan. Setelah melihat pintu lift terbuka, Anye langsung masuk dan menekan angka 50. Sesungguhnya semua mata karyawan sedang menatapnya dengan sinis, seakan berkata lewat mata bahwa Anye baru kerja tapi sudah tidak disiplin. Tapi Anye mana peduli.

Ting....

Anye kembali berlari keluar dari lift. Dengan cepat dia mengetuk pintu hitam besar didepannya.

Tok tok...

"Masuk" itu suara Vano.

Setelah menenangkan degup jantungnya, Anye membuka pelan pintu.

"Assalamualaikum, Mas"

Vano mengalihkan pandangannya dari berkas ditangannya. "Waalaikumussalam"

Anye meringis lalu berjalan pelan mendekati meja Vano. Dia mengambil tempat duduk didepan Vano lalu menunduk dalam. "Maaf Mas, saya terlambat."

"Kamu telat satu jam lebih lima menit"

"Ada apa Nye?" Sambungan pertanyaan dari Vano berhasil membuat Anye mengangkat kepalanya.

"Gak ada apa-apa Mas" jawab Anye pelan. "Saya hanya kesiangan bangun"

"Mata kamu sembab. Bisa beri tahu alasannya?"

"Maaf Mas, tapi saya rasa Mas sudah berlebihan belakangan ini. Saya masih bisa mengurus diri saya sendiri" Anye berdiri dari duduknya. "Kalau begitu saya permisi. Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam"

Vano menatap punggung Anye yang berjalan menjauh dari meja kerjanya sebelum hilang ditelan pintu. Ia menghela napas, Anye benar. Dia sudah terlalu turut campur dalam masalah wanita itu. Tapi dia sungguh tak bisa menahan diri untuk bersikap cuek, bersikap biasa saja pun rasanya tak mampu.

Tapi sekali lagi, Anye benar. Dirinya tidak begitu berhak mengetahui semua hal yang berkaitan dengan wanita itu. Dan tapi lagi, Vano sudah terlalu dalam jatuh didalam pesona janda berwajah imut itu. Vano benar-benar tidak bisa mengabaikan Anye begitu saja. Karena Vano selalu ingin membuat Anye bahagia.

⚘⚘⚘

"Yuk makan siang" Vano sekarang sudah berdiri didepan meja kerja Anye.

Anye yang semula menatap laptop kini mengangkat wajahnya menatap Vano. "Mas ngajakin saya?"

Vano mengangguk, "iya. Dan ohh, masalah pertanyaan saya tadi, kita lupain aja. Okey?"

Anye mengangguk saja. Lagi pula Anye juga lapar. Dan juga sebenarnya pagi tadi Anye hanya masih terbawa perasaan saja, mungkin nanti Anye akan meminta maaf.

Anye memasukan ponselnya kedalam tas kecil yang dibawanya lalu ikut berjalan bersama Vano menuju lift. Lift khusus milik Vano yang sudah selesai diperbaiki.

"Masbos?"

Vano menoleh, "kenapa?"

"Saya mau minta maaf"

AnyelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang