Anyelir 17. [ Jadian? ]

3.5K 160 8
                                    

Los Angeles, 10.30 am.

Vano masih tergeletak lemah diatas kasurnya. Menurut Anye demam Vano sudah turun. Tapi kata Vano kepalanya masih pusing tujuh keliling, padahal dia sudah meminum obat sakit kepala. Dan kini Anye terpaksa harus memijat kening Vano agar sakit kepalanya berkurang.

"Pelan-pelan Nye, kamu mau bunuh saya?"

Anye yang duduk diatas puncak kepala Vano mencebik mendengar ucapan Vano yang lebay. Ya tentu saja lebay, bahkan kepala Vano baru saja disentuhnya tapi Vano sudah protes segala macam.

"Manja!"

"Biarin."

"Emang masih pusing? Suhu Mas udah normal kok."

"Masih Nye."

"Kayaknya Mama sebentar lagi pulang deh."

Vano menengadah, melihat wajah Anye. "Ngapain sama Mama?"

"Ke rumah sakit lah. Katanya pusing."

"Nggak." Vano menggeleng pelan. "Saya malu."

Anye mengernyit, "ihh, malu apa?"

"Malu Nye."

"Yaiya, malu kenapa?"

"Nanti saya teriak-teriak."

Kernyitan dikening Anye makin dalam, "teriak? Masbos emangnya kenapa?"

"Saya---" Vano menghembuskan napas. "Takut disuntik."

Anye terdiam.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga det--

"Hahahahah!" Dan Anye tertawa ngakak seketika.

"Demi apa Mas? Hahaha aduh astaga perut saya kram."

Vano mencebik, "Anye ishh!" Tangannya bergerak menutupi wajahnya yang memerah.

"Ihh! Udah tua juga. Sama jarum suntik yang kecil aja takut." tangan Anye bergerak menjauhkan tangan Vano dari wajahnya. "Mana sini mukanya? Hahaha, aduh merah banget gitu."

Vano kembali menutup wajahnya dengan kesal. "Saya tinggalin juga kamu disini. Biarin aja saya sendiri pulang ke Indo."

Anye menetralkan tawanya. "Ide bagus! Tinggalin aja saya disini ya, Mas?" Anye mengeluarkan jurus puppy face nya sambil menunduk agar bisa dilihat Vano.

"Masbos!"

Vano menurunkan tangan dari wajahnya dengan malas. Dia tertegun seketika, wajah Anye... sangat dekat diatasnya. "An--nye."

Anye mengangguk, masih dengan posisi yang sama. "Boleh ya, Masbos?"

"Jauhin muka kamu!" Vano berucap syok.

Anye yang baru tersadar pun langsung menegakkan duduknya. "Astaghfirullahaladzim."

Vano mendudukan dirinya, dia berbalik menghadap Anye. "Masalah kamu di sana harus diselesaikan segera. Masa' kamu kabur-kaburan?"

AnyelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang