Anyelir 27. [Janda sah]

5.7K 217 11
                                    

AKU APDET GEGARA ABIS NANGIS NONTON MV NYA CHEN :")

SELAMAT MEMBACAAAA <3

💫💫💫

"Jadi saya benar sudah cerai dari Bian, Pak?"

Anye berucap pelan saat melihat Vano sama sekali tak mengalihkan pandang dari laptop dihadapannya sejak sepuluh menit kedatangannya.

"Sudah. Resmi, sah." Sahut Vano singkat.

Anye mendengus kesal kali ini, sudah cukup dia didiamkan Vano selama sepuluh menit. "Bapak kenapa sih? Saya dateng baik-baik loh. Apa salahnya lihat saya sedikit saja?" Ucap Anye kesal.

Vano mendengus kesal. Salahkan kepalanya yang sudah kepalang pening karena takut Anye malah menjauhinya. "Saya sibuk. Pintu keluar tidak dikunci."

Anye menghentakkan kakinya kesal. Dia membalikkan tubuhnya dan berjalan cepat meninggalkan Vano yang sedang sok sibuk dengan berkas dan laptop dimejanya.

"ARGHH!!" Vano berteriak kesal, rambutnya diacaknya kasar. Beruntung ruangannya kedap suara, jika tidak sudah bisa dipastikan kalau Anye akan mendengar teriakan menggelegarnya.

Matanya melirik pergelangan tangannya, baru jam dua dan dia sudah merasa sangat stres. Apa kabar dua jam kedepan? Lebih baik dia tidak sama sekali melangkah keluar dari ruangannya.

Drtt.. drttt...

Vano meraih ponselnya dan menemukan nama Kiya disana. Dengan cepat jarinya menekan ikon hijau dan mengerang kesal pada ponsel yang sudah tertempel ditelinganya.

"Yak! Kiya sialan!"

Sementara dia mengerang kesal, Kiya yang merupakan pelaku dari semua kekalutannya malah tertawa girang. "Lah bapak setuju kok. Kenapa malah nyalahin saya gini?"

"Restorannya sudah siap." Ucap Vano yang sudah menetralkan napasnya. "Lagipula saya bos, jadi saya akan bawa Anye sekarang."

"Devano! Rencananya udah mateng, bego! Jangan di kacauin dong."

Jangan tanya dari mana keberanian memaki Vano Kiya dapatkan. Intinya itu adalah reflek alami dirinya kala mendapati Vano bersikap menyebalkan.

"Saya tidak terima penolakan kalau kamu lupa. Jadi jika tidak ingin telat sebaiknya kamu jalan sekarang." Ucap Vano sebelum menutup sepihak panggilannya.

Vano mengemas cepat berkasnya dan mematikan laptopnya sebelum meraih ponsel dan kunci mobilnya, dia melangkah keluar dari ruangannya dengan cepat.

Tangannya meraih tangan Anye yang masih sibuk menari diatas keyboard sebelum kembali melangkahkan kakinya menuju lift.

"Astaghfirullah!" Kaget Anye. Tangannya dengan gesit meraih tas kecilnya sebelum tubuhnya terbawa oleh Vano yang berjalan setengah berlari menggeretnya. "Bapak kenapa sih?! Astaga!" Anye menetralkan napasnya yang sedikit ngos-ngosan saat Vano berhenti didepan lift yang masih tertutup.

Vano pun turut menetralkan napasnya lalu melangkah dengan santai memasuki lift yang sudah terbuka. Setelah menekan angka satu, barulah Vano melepaskan genggaman tangannya pada Anye.

Anye memerhatikan wajah bosnya yang kebetulan baru menjadi kekasihnya itu dengan tatapan heran. Apalagi melihat wajah Vano yang memerah seperti menahan sesuatu.

"Bapak sakit perut?"

Vano mengerjap pelan sebelum menatap Anye yang masih menatapnya dengan tatapan heran. "Apa?"

"Iya, muka bapak merah. Nahan bab?" Tanya Anye polos.

Vano terkekeh pelan. Tangannya menghapus keringat yang mengaliri pelipisnya sebelum menjawab pertanyaan Anye. "Pulang."

AnyelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang