"Makasih Masbos. Saya kenyang banget!" Anye girang bukan main, dia tersenyum senang sambil bertepuk tangan seperti anak kecil.
Pasalnya tadi dia menambah dua kali tapi Vano sama sekali tidak protes dan membiarkannya makan hingga puas. Dan sekarang mereka sedang dalam perjalan kembali ke kantor, tapi sebenarnya mereka telat. Mereka sudah telat 30 menit dari jam masuk kantor.
"Mas." Anye memanggil Vano saat melihat keramaian didepan gedung kantor.
"Hm?" Dengung Vano acuh.
"Itu kenapa rame banget?"
Vano ikut menatap kedepan gedung kantor mereka. Disana seperti sedang terjadi keributan. Ada apa?
Setelah memberhentikan mobil, mereka berdua berjalan cepat menuju keramaian.
"Ada apa ini?" Suara berat Vano menginterupsi keributan yang terjadi.
Seorang security langsung menunduk sopan. "Dia bilang ingin bertemu buk Anye, Pak. Padahal saya sudah larang tapi dia ngotot dan buat keributan."
Anye menegang saat seorang lelaki yang tadi membelakanginya kini berbalik. "Bian?!"
Vano menghela napas lelah. "Saya gaji kalian untuk kerja. Bukan buat keributan." ucap Vano lantang.
Beberapa karyawan dan security yang tadi ikut mengerubungi Bian berlalu membubarkan diri. Mereka tentu takut akan diamuk Vano.
"Bisakah anda tidak membuat keributan dikantor saya? Anda tidak berhak menginjakkan kaki disini!" Vano berucap tajam kepada Bian yang tersenyum sinis dihadapannya.
Bian tersenyum meremehkan. "Apa hak anda melarang saya? Lagi pula saya mau menemui adalah Anye, istri saya."
"Anda sungguh tidak tau malu." Vano menatap Anye yang masih terpaku ditempatnya berdiri. "Kita masuk sekarang." ujarnya sambil mengamit tangan Anye.
Bian dengan cepat menepis tangan Vano yang menggenggam tangan Anye. "Jauhkan tangan kotor anda dari istri saya!"
Vano terkekeh, lelaki didepannya ini pede sekali. "Anda sudah menceraikannya jika anda lupa. Lagi pula anda bisa tanya sendiri kepadanya, apakah dia sudi menganggap anda suaminya?"
Rahang Bian mengeras. Dia menatap Anye yang masih berkedip-kedip bingung menatapnya. "Anye," geramnya.
Anye mengerjap kecil. "Hah?" Tapi dengan cepat Anye menemukan kesadarannya. Dia menatap Bian tajam. "Anda tidak berhak mengatur saya! Anda hanya perlu menandatangani surat cerai kita, lalu kita adalah orang asing."
"Lagi pula apa maksud kedatangan anda kesini?" Sambung Anye tajam.
Vano memilih diam dan menyaksikan pertengkaran didapannya dengan seringaian puasnya.
"Saya hanya ingin kamu membatalkan perceraian kita!" Jawab Bian tegas.
Anye tersentak. Dia menatap Bian sinis. "Saya tidak akan melakukan apapun yang anda katakan!"
"Percuma Nye, saya tidak akan menyetujui perceraian ini!"
"Oho! Jika anda tidak ingin berpisah secara baik-baik. Maka berarti anda menginginkan perpisahan yang penuh drama. It's okay, kita bisa melakukannya." Anye terkekeh meremehkan.
Vano menatap Bian tajam. "Kamu tidak perlu repot melakukannya, Nye. Saya yang akan dengan cepat membuang dia dari kehidupan kamu."
"Apa hak anda! Saya sudah katakan berhenti ikut campur!" Bian berteriak marah.
Banyak pasang mata yang menyaksikan perdebatan mereka bertiga. Tapi mereka mengabaikan bergitu saja dan tetap memilih untuk melanjutkan perdebatan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
RomanceNamanya Anyelir Gilsha Hizbya, panggilannya Anye. Seorang muslimah berjilbab yang suka sekali memakai kulot. Tapi dia juga wanita berusia 26 tahun yang kini harus menelan pahit-pahit perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Seorang wanita malam dari...