Ehh partnya keacak nggak?
Soalnya di aku keacak parrraaahhh:(Okedeh happy reading;)
💫💫💫
"Masbos!" Anye berteriak memanggil Vano.
"Apasih Nye? Saya disebelah kamu!" Vano menjawab kesal.
Anye nyengir kuda. "Maaf Masbos. Kirain dimana."
"Makanya duduk. Sofa buat duduk, Nye."
"Bosen." jawaban Anye sangat melenceng.
"Apa?"
"Dari pagi sampe sekarang udah jam dua siang pun dirumah aja. Jalan-jalan kek." Anye mencibir keras.
Vano terkekeh begitu menangkap maksud dari cibiran keras yang dilakukan Anye. "Ngomong makanya. Saya mana tau kalau kamu mau jalan-jalan, kan?"
Anye tersenyum sumringah. Dia langsung duduk dari posisi berbaringnya. Dilihatnya Vano yang duduk diujung kursi. "Jadi, kita jalan-jalan?"
"Enggak."
"Masbos ihh! Saya ngambek deh." Setelahnya, Anye berdiri dari duduknya. Hendak berjalan kembali ke kamarnya.
"Siap-siap sana. Sepuluh menit lagi saya tunggu disini."
Ucapan Vano seketika membuat Anye menghentikkan langkahnya. Anye berbalik menghadap Vano lalu melompat-lompat kegirangan. "Makasih Masbos!"
Dan Vano menganggukkan kepalanya.
Setelahnya, Anye dengan cepat memasuki kamarnya guna bersiap.
"Kekanakan. Astaga Anye." Vano terkekeh sambil menatap pintu putih yang didalamnya terdapat Anye.
⚘⚘⚘
Mereka berdua sudah berjalan selama kurang lebih sepuluh menit disebuah mall besar yang berjarak agak jauh dari mansion Vano. Vano memilih untuk mendatangi mall karena memang dia ingin membelikan Anye apapun yang wanita--ehh, kekasih hatinya itu inginkan.
Tapi, sejak tadi Anye hanya mengikuti kemana langkah Vano tanpa memutuskan ingin membeli apa. "Saya mau makan aja deh, Mas. Kayaknya enak, direstoran sana tuh." Anye menunjuk sebuah restoran yang agak ramai didepannya.
Vano mengikuti arah telunjuk Anye. Sesaat setelahnya Vano mengangguk menyetujui lalu berjalan menuju restoran tersebut.
"Makan apa?" Tanya Vano.
Anye yang duduk disebelahnya memandangi buku menu dengan dahi mengernyit. "Nggak tau, hehe." Anye nyengir seketika. "Saya gak ngerti ini makanan apa."
Vano menghela napas. Sebelum senyum gemas terbit dibibirnya. Dia sudah menduga bahwa Anye memang--sangat-sangat--menggemaskan. "Saya yang pesen?"
Anye hanya mengangguk menurut.
Setelah mengatakan pesanannya kepada waitress, Vano memberikan kembali buku menu ditangannya kepada waitress itu.
"Anye.." Vano memanggil Anye ragu.
Anye yang semula tengah mengecek jadwal Vano diponselnya mengalihkan pandangannya menatap Vano. Mata Vano fokus kedepan dengan rahang yang dapat terlihat oleh Anye tengah mengeras. "Masbos kenapa?"
"Dia disini." jawab Vano dingin. Raut wajahnya masih sama seperti tadi.
Anye mengikuti pandangan Vano. Dia celingukan sebentar karena tak mengetahui apa yang dilihat Vano sebelum akhirnya matanya menemukan mantan suaminya dengan Mitha tengah duduk bersama sambil berangkulan. "Kenapa mereka disini?" Tanya Anye lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
عاطفيةNamanya Anyelir Gilsha Hizbya, panggilannya Anye. Seorang muslimah berjilbab yang suka sekali memakai kulot. Tapi dia juga wanita berusia 26 tahun yang kini harus menelan pahit-pahit perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Seorang wanita malam dari...