"Aduh Masbos, saya jetlag banget deh kayaknya. Mual banget" Anye berucap lemah.
Vano yang berjalan disebelah Anye segera membawa kepala Anye bersandar kebahunya lalu melingkarkan tangan Anye kelengan kokohnya.
"Baru pertama kali naik pesawat?"
Anye menggeleng pelan. "Udah pernah. Honeymoon dua tahun yang lalu"
Vano menghela napas. Sepertinya topik mereka kali ini agak sensitif. "Kita nginep dimansion keluarga saya"
Anye yang semula memejamkan mata langsung membuka matanya cepat. Kepalanya langsung beridri tegak. "Saya lupa astaga! Saya nginep di hotel aja ya Masbos?"
Vano keheranan melihat Anye yang sangat syok. "Kenapa sih Nye?"
"Kenapa kenapa! Saya gak mau kemasion keluarga Mas."
"Lah? Kan kamu sekretaris saya. Wajar dong" Vano berucap santai.
Anye menghentak-hentakkan kakinya kesal. Vano tidak mengerti kekalutannya. "Anu, ituloh Masbos. Saya gak pantes"
Vano terkekeh seketika. "Anye, dengerin saya ya. Keluarga saya gak seperti yang kamu bayangin! Mama papa saya baik, setidaknya enggak makan orang"
Anye yang semula menggandeng Vano langsung bergerak menjauhi Vano. "Masbos drakula, ya?"
"Anye bego banget, dihh!" Vano mencibir meski bibirnya terkekeh puas.
"Masbos gaje banget, dihh!"
"Udah, santai aja. Anggep aja rumah sendiri" Vano membukakan pintu mobil untuk Anye.
Anye yang memang masih merasa lesu pun hanya menurut dan duduk manis di mobil. Setelah memasang seatbelt masing-masing, Vano segera menyuruh sopir untuk melajukan mobil menuju mansionnya.
🌼🌼🌼
Setelah satu jam perjalanan, mereka sampai didepan sebuah mansion bercat monokrom yang megah. Setelah mobil terparkir, mereka berdua turun lalu berjalan bersisian menuju pintu mansion.
Anye menatap takjub bangunan berlantai tiga didepannya. "Ini mansion Mas?"
Vano menggangguk santai. "Gak usah takut. Ada saya"
Anye menggangguk ragu. Walaupun jantungnya berdegup kencang tapi Anye berusaha memberikan senyum terbaiknya untuk Vano.
Tok tok...
"Assalamualaikum"
Vano berucap lantang saat membuka pintu hitam besar dihadapannya. Anye berjalan dibelakang Vano, ia hanya bisa mengiringi Vano sambil menundukkan kepalanya.
Baru beberapa langkah mereka masuk, tapi suara seorang wanita berhasil masuk kegendang telinga Anye. Suaranya lembut.
"Waalaikumussalam, Vano!" seorang wanita bergamis coklat mendekati mereka berdua lalu dengan cepat memeluk Vano.
Vano balas memeluk wanita itu yang adalah Mamanya yang sudah dua tahun tak pernah ditemuinya. "Hish, Vano males banget ketemu Mama" Vano berucap kesal.
Mama Vano dengan cepat melepas pelukannya. Matanya berhasil menemukan mata berkaca putra tunggalnya. Senyum tipis terbit dibibirnya. "Kenapa gitu? Gak kangen sama Mama?"
Vano mendengus, "kalo ketemu Mama bikin nangis"
Anye yang semula mengernyitkan kening malah terkekeh secara tidak sadar karena mendengar ucapan Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
RomanceNamanya Anyelir Gilsha Hizbya, panggilannya Anye. Seorang muslimah berjilbab yang suka sekali memakai kulot. Tapi dia juga wanita berusia 26 tahun yang kini harus menelan pahit-pahit perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Seorang wanita malam dari...