Anyelir 18. [Nio]

3.1K 182 17
                                    

Nio mengurut kepalanya yang berdenyut nyeri. Dia kembali teringat akan percakapannya dengan Mitha pagi ini. Nio memandang kosong berkas dan laptop diatas meja kerjanya. Dia benar-benar tidak niat bekerja sekarang.

Dia amat sangat mencintai Mitha. Karena ia dan Mitha sudah menjalin hubungan selama dua tahun lamanya. Tapi, Mitha menyelingkuhinya hanya karena uang yang dimilikinya lebih sedikit daripada uang dari pacar barunya. Sebenarnya Mitha matre dan Nio mengakui itu. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah cinta kepada Mitha.

Dan mengenai perbincangannya dengan Mitha beberapa hari lalu, Benar. Mitha tengah mengandung anaknya, darah dagingnya. Karena dia dan Mitha memang sudah melakukan kegiatan intim itu selama mereka berpacaran. Tapi Mitha selalu menyuruhnya untuk memakai pengaman karena memang Mitha tak ingin hamil.

Tapi kejadian dua bulan lalu, membuat Mitha mengandung anaknya. Mereka telah merencanakan pernikahan sebulan kemudian. Tapi Mitha membatalkannya secara sepihak karena ternyata dia telah berhubungan dengan pengusaha sukses bernama Biandra Gema Jingga.

Nio mengepalkan tangannya erat. Dia benci berada diposisi ini, posisi dimana dia tak bisa melakukan apapun atau dengan kata lain, pasrah. Nio hanya pebisnis biasa yang tentu saja tidak bisa menyaingi Bian. Meskipun uangnya pun sedikit banyak menumpuk, tapi tentu, masih jauh lebih sedikit tumpukannya.

"Lupain Mitha! Bego!" Makinya kepada diri sendiri.

Tok tok...

"Masuk." ucapnya sambil menatap pintu didepannya.

"Kenapa bro?" Doni bertanya sambil kembali menutup pintu dibelakangnya. Fyi, Doni adalah sahabat sekaligus sekretaris Nio.

"Entahlah." desah Nio putus asa.

Doni beralih mengambil duduk didepan Nio. "Mitha lagi? Udahlah, gue yakin dia gak akan bisa jaga rahasia itu lama-lama."

Nio menggeleng lemah. Sejujurnya dia sudah ingin melupakan Mitha karena mengetahui perselingkuhan yang sudah Mitha lakukan selama enam bulan ini. Tapi mau bagaimana? Kalau hati sudah berkata, maka apa bisa dikata.

Doni meletakkan tangannya keatas meja yang menjadi penghalang diantara mereka dengan sedikit gebrakan. "Mitha cewek gak bener. Gue udah negasin itu berkali-kali bahkan mungkin ribuan kali. Lo terlalu mengedepankan cinta, jadi yaudah. Terima aja hasilnya."

"Lo gak membantu sama sekali. Kalo mau ngejek doang mending keluar." Nio berucap sinis.

Doni terkekeh, "santai kali. Gini ya, kalo misal lo bisa lupain Mitha, lo bisa buat Mitha nyesel."

Nio mengernyit, "maksud lo?"

"Bukannya lo bilang kalo kandungan Mitha lemah?" Nio mengangguk membenarkan. "Gue jamin kalau pacar baru Mitha bakal tau semuanya secepatnya."

"Lalu?"

"Bego lo!" Maki Doni.

"Santai tai!"

"Oke oke." Doni menarik napas. "Kalau misal si Bian-Bian itu tau kalau Mitha bukan hamil anaknya otomatis Mitha bakal dibuang. So, Mitha bakal dateng lagi ke lo dan minta balikan. You know lah, hilang satu masih ada cadangan."

Nio mengangguk. Ucapan Doni ada benarnya. Apalagi mengingat bahwa Mitha itu matre. "Gimana caranya? Gue udah lama benci sama Mitha, tapi cinta gue nyingkirin itu."

Doni terkekeh. "Makanya jangan bucin banget. Jadi bego kan. Mitha gak bakal berubah. Dia akan tetep jadi wanita licik. Jadi keputusan ada ditangan lo, mau milih Mitha atau mencari yang lebih baik. Gue tau lo bangsat, tapi lo butuh cewek baik sebagai pengingat. That's right?"

AnyelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang