Jam sudah menunjuk angka sebelas, tapi Anye tetap murung dan merenung. Sesekali kepalanya dipukulnya pelan saat tak menemukan kesalahan apapun akan tindakannya yang bisa membuat Vano semarah itu bahkan tak ingin dipanggilnya Mas lagi.
Anye menutup laptopnya, pekerjaannya selesai lebih cepat dari biasanya. Mumpung dia tak ada lagi pekerjaan pun dia yang lapar karena sudah memasuki jam makan siang, jadilah diamenchat Kiya, dia malas jika harus makan siang sendiri. Pasalnya Anye tak mungkin mengajak Vano makan siang, lah Vano nya saja marah kok.
Kiyana Astrid
Ki, temenin makan siang yuk.
Aku jemput sekarang.Kerjaan aku belum selesai.
Tapi not bad lah.
Kafe biasa, ya?Yeah, mumpung ada duit baru ditransfer Vano.
Bonus kemarin.Oke, aku tunggu didepan Jingga.
__________
Anye menggelapkan layar ponselnya sebelum memasukkannya kedalam tas bersama dengan dompet. Anye berdiri lalu langsung menyambar kunci mobilnya sebelum melangkah dengan cepat menuju lift.
💫💫💫
Anye menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri saat tak melihat kehadiran Kiya didepan Jingga. Mobilnya yang semula hanya menepi dipinggir jalan terpaksa harus ikut parkir didepan Jingga.
"Hitungan kesepuluh kamu gak nongol aku tinggalin." Anye berucap sebal dari dalam mobilnya.
Tak lama kemudian matanya menangkap kehadiran wanita berkuncir kuda yang diketahuinya adalah Kiya yang sedang berjalan keluar dari pintu utama Jingga, tapi dibelakangnya ada seorang lelaki yang mengikutinya. Anye mengernyitkan keningnya, lelaki itu... Bian, kan?
Anye memelototkan mata saat Bian menggapai tangan Kiya yang nampak agak berlari demi menghindarinya. Anye menurunkan kaca mobilnya sebelum membuka pintunya cepat saat melihat Kiya memberontak keras.
"Ada perlu apa anda dengan sahabat saya pak Biandra?" Anye berucap lantang sambil berjalan mendekati Kiya dan Bian yang masih berdebat.
Berhubung sekarang tengah jam makan siang jadi otomatis banyak pasang mata yang menyaksikan mereka bertiga. Semua orang nampak meneliti penampilannya, iya dia, Anye. Anye yang dulu adalah istri dari bos mereka yang sekarang sudah berubah status menjadi mantan istri dari bos mereka yang kembali menghadirkan diri di kantor Jingga Corporation.
Sepatu hak setinggi tujuh senti Anye berbunyi seiring dengan langkahnya yang pasti mendekati Kiya. Sebelum akhirnya dia berdiri dengan angkuh disebelah Kiya, berhadapan dengan Bian.
"Selamat siang, Pak." Anye membungkuk sopan.
Saat tubuhnya kembali menegak, tangannya dengan cepat menepis genggaman tangan Bian dari Kiya. Genggaman mereka spontan terlepas, Anye melihat dengan jelas lingkaran merah yang sekarang mewarnai pergelangan tangan kiri Kiya.
"Maksud anda apa? Masih kurang masalah dengan saya?" Anye marah seketika. Apalagi melihat wajah Kiya yang turut memerah menahan amarah sama sepertinya.
"Udah Nye. Aku gak papa kok. Yuk makan, nanti kita telat." Kiya berusaha menarik Anye menjauh dari Bian yang kini memandanginya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
RomanceNamanya Anyelir Gilsha Hizbya, panggilannya Anye. Seorang muslimah berjilbab yang suka sekali memakai kulot. Tapi dia juga wanita berusia 26 tahun yang kini harus menelan pahit-pahit perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Seorang wanita malam dari...