Anyelir 16. [Mitha]

4.3K 218 5
                                    

Indonesian, 07.30 am.

Bian's home.

"Mas Bian!" Suara Mitha menggelegar memenuhi ruang tamu rumah Bian.

Bian yang duduk disofa didepannya hanya menatapnya dengan wajah datar. "Apa lagi?"

Mitha menghentakan kakinya kesal. "Bian!"

"Kamu hamil, jaga perilaku." Bian masih tetap dengan nada datarnya.

"Mas Bian. Aku mau mobil baru, ganti mobil aku, ya?" Mitha berucap dengan nada manja, dia mendudukan dirinya disebelah Bian lalu melingkarkan tangannya ke lengan Bian.

"Kemarin saya baru membelikan kamu mobil, kamu lupa?"

"Ya gimana dong, kan ini maunya baby."

"Mitha! Kamu mau meras saya?!" Bian berucap marah.

Mitha berdiri dari duduknya, "Mas Bian! Aku maunya mobil itu! Mobil kemarin jelek!"

"Mitha!" Bian mengerang kesal. Dia mengusap wajahnya lalu menatap Mitha yang bersidekap dada didepannya. "Mobil kamu kemarin dua milyar. Dan sekarang kamu mau mobil yang mana?"

Mata Mitha berbinar senang, dia kembali duduk lalu memeluk Bian dari samping. "Murah kok, cuma tiga milyar. Aku mau yang warna pink."

Bian menghela napas lelah. Mereka bahkan baru akan menikah minggu depan. Tapi isi kartunya sudah terkuras lebih dulu, "okey, tapi ini mobil terakhir."

Mitha tidak setuju, tapi malihat Bian menatapnya tajam membuat Mitha menciut. "Iya, janji."

Sungguh, Bian jengah dengan Mitha. Wanita berusia 22 tahun yang kini tengah mengandung anaknya. Sesungguhnya, ia tak menginginkan adanya anak apalagi dari wanita seperti Mitha. Tapi apa bisa dikata, nasi sudah menjadi bubur.

Jika saja enam bulan yang lalu ia tak jatuh hati kepada Mitha, mungkin sekarang ia masih bahagia bersama Anye. Iya, mantan istrinya yang sampai sekarang masih dicintainya. Karena, dia mencintai Anye. Tapi, dia juga mencintai Mitha. Dan akhirnya, Bian tak bisa memutuskan hati mana yang sungguh dicintainya.

Namun Bian sekarang hanya bisa menyesali semuanya. semuanya. Dia bahkan memaki kejadian dua bulan lalu yang menyebabkan Mitha mengandung anaknya. Karena memang dia berhubungan dengan Mitha hanya untuk menenangkan hati dan pikirannya. Tapi semenjak dua bulan lalu, dia benar-benar menyesali semuanya.

Jika saja dia tidak termakan rayuan Mitha untuk minum. Jika saja dia tidak menerima gelas yang ternyata sudah diisi Mitha dengan obat perangsang. Jika saja dia segera pulang saat merasa tak nyaman. Jika saja dia tidak mengiyakan ajakan Mitha untuk beristirahat disalah satu kamar. Dan jika saja hal itu tidak pernah terjadi diantaranya dan Mitha. Jika saja, jika saja, jika saja. Kata jika saja sangat menggoda hatinya untuk kembali memaki keadaan yang terjadi sekarang.

Dia menyesal. Sungguh.

Bahkan bagaimana bisa dia selingkuh dari Anyelir?

Bagaimana bisa dia termakan rayuan untuk memasuki rumah bordil itu?

Bagaimana bisa dia tertarik dengan Mitha?

Bagaimana bisa ia terjerumus kedalam haram yang sangat dihindarinya?

Bagaimana bisa?

Mitha itu... licik. Mitha yang mengetahui dirinya pebisnis sukses langsung memiliki keinginan untuk memilikinya seutuhnya. Bukan hanya menjadi pacar simpanan. Mitha terobsesi kepadanya. Bukan, bukan kepadanya. Tapi kepada hartanya.

Mitha bahkan tak memiliki satupun baju yang layak dipandang. Tapi seharusnya Bian sudah tau itu. Karena Mitha adalah wanita malam, wanita malam yang bekerja dirumah bordil. Lantas, apa yang Bian harapkan? Mitha berubah? Penampilannya? Mustahil!. Karena Mitha dan dress mini adalah satu kesatuan. Mitha yang memang memiliki bentuk tubuh sempurna tentu tak ingin menyia-nyiakannya dengan memakai pakaian longgar. Alhasil, dress mini adalah pilihannya.

Bian mengenakan dasinya dengan benar, dia menenteng tas nya lalu berjalan kelaur rumah. "Aku pergi kerja."

Mitha yang masih tersenyum senang langsung menjawab dengan girang. "Iya Mas. Cari uang yang banyak!"

Bian menolehkan kepalanya sebentar lalu kembali berjalan meninggalkan Mitha dirumahnya.

Mitha memang sering datang kerumahnya, apalagi setelah tanggal pernikahan mereka ditetapkan, Mitha menjadi semakin banyak meminta kepadanya. Mitha punya rumah, lebih tepatnya kontrakan. Karena katanya sumpek dan pengap, jadilah Mitha sering dirumah Bian untuk ngadem dari pagi sampai sore.

-----

Tringg....

Mitha mengerjapkan matanya, sesegera mungkin bangkit dari posisi berbaringnya. Baru jam dua siang. Siapa yang menelponnya?.

Nomor tidak dikenal.

Mitha mengangkat telponnya lalu menempelkannya ketelinga. "Halo?"

"Selamat siang Mitha." suara lelaki terdengar.

Mita mengernyit. Merasa pernah mendengar suara itu.

"Siapa ya?"

"Hahaha, bagus ya kamu udah lupain aku."

Mata Mitha membola. Kenapa lelaki ini menelponnya?.

"Mau apa kamu?! Sudah aku katakan bahwa hubungan kita sudah berakhir 'kan?"

"Tidak semudah itu. Aku mau anakku!" Lelaki diseberang telpon berucap tajam.

Mitha menggeram kesal. "Kita sudah selesai! Ini anakku! Kamu tidak berhak terhadapnya!"

"Kamu bisa hidup sendiri setelah dia lahir. Tapi tolong, kembalilah kepadaku setidaknya demi anak kita."

"Dia anakku! Kamu tidak berhak atas dirinya. Lagi pula saya sudah bertemu lelaki yang akan bertanggung jawab atas bayi ini. Jadi, kamu tidak perlu khawatir."

Terdengar suara geraman dari seberang telpon. "Mitha!"

"Apa lagi, Nio?! Saya tidak akan kembali kepada kamu sampai kapanpun!"

"Apa yang kurang dari aku sih, Tha? Aku sudah kasih semuanya untuk kamu."

"Tapi aku sudah tidak butuh kamu. Yang aku inginkan adalah kamu enyah. Selamanya!"

Tut...tut...

Mitha menghela napas jengah, lelaki itu benar-benar menguras emosinya. Namanya Nio Jayaputra. Ayah kandung dari bayi yang sekarang tengah dikandungnya. Dia adalah pacar Mitha sejak dua tahun terakhir. Nio sangat mencintai Mitha, tapi Mitha tidak. Karena yang Mitha inginkan hanyalah hartanya.

Kaget? Tentu saja. Karena Bian tidak menyentuh Mitha sama sekali. Hanya sebuah drama kecil yang menghasilkan bukti. Jadi Mitha berhasil mendapatkan kepercayaan Bian. Tapi Mitha sudah merencanakan semuanya sejak lama. Bahkan Mitha sudah memalsukan surat tes DNA yang sebulan lalu dilakukan Bian. Jadi, Mitha pastikan dirinya akan berhasil hingga akhir.

Mitha kembali merebahkan tubuhnya dikasur kamar Bian. Kasurnya sangat empuk, ruangannya dingin, dan luas. Dan sebentar lagi kamar ini akan menjadi kamarnya juga.

"Enaknya jadi nyonya. Sebentar lagi aku akan menjadi nyonya Jingga." Mitha tertawa puas dengan hasil dari rencananya.

Mitha memang hanya wanita biasa, tapi Mitha akan dengan mudah mendapatkan yang diinginkannya.

🍁🍁🍁

Bian bego ya? Udah tau Mitha gitu, pekerjaannya ya gitu lah. Ehh malah pacaran sama Mitha, bego kamu Bi :v

Lope uuu
#yss👑👑👑


AnyelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang