Anyelir 15. [Manjanya Vano]

2.6K 174 4
                                    

Huhuhu maap telat apdet:(

Okedeh happy reading:)

.....

04.30 am.

Kring...

Anye terbangun karena suara nyaring dari alarm diponselnya berbunyi. Dia bergerak turun dari kasurnya menuju kamar mandi, dia akan mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat subuh.

Setelah melaksanakan sholat subuh, Anye memilih untuk duduk dikasur sambil tersenyum-senyum gaje, karena--tentu saja--Vano akan memberinya bonus setiap kali pria itu riya. Maka berarti uang Anye akan banyak, banyak, dan semakin banyak. Kan Vano selalu riya. Setelah merapikan kasurnya, Anye kembali memasuki kamar mandi, kali ini dia akan membersihkan tubuhnya.

Setengah jam kemudian Anye sudah siap dengan celana kulot dasar berwarna coklat, baju kemeja dengan warna serupa dan jilbab pashmina instan berwarna cream diatas kepalanya. Setelah merasa rapi, Anye memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Dia akan turun dan membantu Ami untuk menyiapkan sarapan.

"Masbos belum bangun?" Anye bertanya kepada dirinya sendiri saat melihat pintu kamar Vano yang masih tertutup rapat.

Anye memilih untuk mendekati pintu kamar Vano lalu mengetuknya perlahan.

Tok..tok...

"Masbos?" Panggil Anye pelan. Karena tidak ada sahutan dari Vano, akhirnya Anye menggerakan knop pintu secara perlahan.

Ceklek...

Tidak dikunci.

Setelah membuka pintu agak lebar, Anye melangkahkan kakinya pelan memasuki kamar Vano yang berwarna hitam abu. Khas lelaki.

Disana, ditengah ruangan, Vano berbaring diatas kasur king sizenya yang bersprei hitam. Vano berselimut hingga sebatas leher, tapi Anye menemukan kejanggalan dari Vano. Vano kenapa gemetaran dan terlihat tidak nyaman?

"Masbos kenapa?" Anye bertanya pelan sambil mempercepat langkahnya menghampiri Vano yang masih memejamkan matanya.

Tangan Anye terangkat, menyentuh kening Vano yang dipenuhi keringat sebesar biji jagung.

Vano demam.

"Masbos, bangun dulu." Anye menggoyangkan bahu Vano pelan.

"Erghh," Vano menggeram sebelum membuka matanya. "Anye? Ngapain kesini?"

"Masbos demam?"

"Badan saya gak enak banget." Vano menjawab lemah.

Anye menghela napas. "Masbos tunggu ya, saya kebawah dulu ambil kompres sama buatin bubur buat Masbos sarapan."

Vano menggeleng lemah, "mulut saya pahit. Gak enak." Vano merengek layaknya anak kecil dengan mata yang berkaca-kaca.

"Manja!" Cibir Anye.

"Ishh, yang saya bilang bener kok."

Anye mengangguk saja. "Yaudah. Tunggu ya Mas. Nanti saya kesini lagi."

Vano hanya mengangguk tanpa berkomentar.

Anye memutar tubuhnya lalu berlalu keluar dari kamar Vano.

Vano tersenyum samar. Rasa sakit kepalanya bahkan tidak berefek apa-apa padanya karena melihat Anye yang begitu perhatian kepadanya.

Sepertinya virus Cinta benar-benar sudah menyebar ditubuhnya.

🌼🌼🌼

"Loh, Anye? Lagi ngapain?" Ami bertanya saat melihat Anye yang tengah sibuk didapur.

AnyelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang