Anye dan Ami sudah sedari lima menit yang lalu berdiri didepan kulkas yang penuh akan bahan masakan. Mereka bingung akan memasak apa sore ini.
Mual yang tadi Anye rasakan pun sudah mereda karena tadi Ami memberinya teh hangat.
"Tante mau masak apa?" Tanya Anye akhirnya.
"Mama aja." Ami menatap Anye yang berdiri disebelahnya.
"Iya Ma, masak rendang gimana, Ma?" Anye bertanya sungkan.
Ami bertepuk tangan girang. Sementara Anye terkekeh melihat Ami yang malah terlihat seperti anak kecil. Kenapa Ami kelihatan energik sekali?.
"Setuju! Udah lama juga gak makan rendang. Lagian Mama baru aja belanja, Mama beli daging juga."
Anye memandangi punggung Ami yang sedang mengambil bahan masakan dari kulkas. Sebenarnya ada yang ingin Anye tanyakan sedari tadi.
"Mama orang Indonesia?" Anye bertanya sambil menerima daging dari Ami.
"Iya, orang Jogja Mama."
Anye mengangguk mengerti. Dia mengambil plastik berisi ikan beku dari Ami lalu merendamnya di wastafel disebelahnya.
"Saya kira Mama orang sini." Anye bergerak membuka bungkusan plastik ikan.
Ami menutup pintu kulkas lalu berdiri disebelah Anye sambil mengeluarkan daging dari wadah.
"Mama Papa dari Indo kok. Pindah kesini 5 tahun lalu."
"Kenapa pindah kesini? Menurut saya lebih enak di Indo Ma."
Ami mengangguk, "Mama setuju. Tapi Papa kangen Mamanya yang tinggal disini. Tapi Mamanya udah meninggal tiga tahun lalu."
Anye mengangguk mengerti. Tangannya membantu Ami yang kini sibuk mengupas bawang. Rendang mereka kali ini hanya akan memakai bumbu instan, selain karena alasan lebih simpel disini juga sulit untuk menemukan bumbu selengkap di Indonesia untuk membuat rendang yang khas.
"Ikannya dimasak apa Ma?"
"Mama masak ikan, Anye masak rendang, ya?"
"Ahsiyap Mama."
Ami terkekeh lalu menepuk punggung Anye sebelum mulai bergelut dengan pisau dan segala bumbu dihadapannya. Kompor dihadapan masing-masing sudah menyala tanda acara memasak kali ini akan segera dimulai.
"Vano gimana?" Ami bertanya disela-sela tangannya yang sibuk menumis bawang.
Anye menolehkan kepalanya, sementara tangannya masih sibuk dengan spatula. "Saya baru dua minggu kerja jadi sekretaris Mas Vano, Ma."
"Loh? Mama kira udah lama." Ami berdecak sedikit kesal saat mengingat tentang sekretaris Vano. "Ohiya, Sita ambil cuti melahirkan enam bulan."
Anye mengangguk mengerti. "Anye malah gak punya temen di kantor, lirikan orangnya sinis semua Ma, serem." Ucap Anye bercanda.
Ami ikut terkekeh, ingatannya terlempar ke masa dimana dirinya dulu yang hanya anak magang yang malah sudah disinisin satu kantor karena Tio selalu care kepadanya.
"Mama dulu juga sama tau. Mana Mama cuma anak magang kan gak tau apa-apa."
"Cerita kita mirip ya Ma."
"He'em, endingnya harus mirip juga sih seharusnya."
Anye tersenyum tipis saat menangkap ungkapan tersirat dari Ami. "Mas Vano bercanda kali Ma. Saya bukan calom mantu Mama."
Ami menghela napas, "Yahh, padahal kalau iya pun gak papa Nye."
Anye kembali mengaduk rendangnya yang hampir matang. Matanya menatap lurus pada rendang didalam kuali. "Saya janda, Ma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
RomanceNamanya Anyelir Gilsha Hizbya, panggilannya Anye. Seorang muslimah berjilbab yang suka sekali memakai kulot. Tapi dia juga wanita berusia 26 tahun yang kini harus menelan pahit-pahit perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Seorang wanita malam dari...