EPILOG

3K 174 22
                                    

Semuanya bermula ketika tiga bulan sebelumnya, dimana Mitha tiba-tiba saja muncul setelah hampir setahun tak terlihat disekitar mereka.

Tapi, Mitha muncul bukan sebagai orang yang sama. Melainkan sudah menjadi berbeda dengan versi terbaiknya yang memakai gamis dan jilbab labuh dikepalanya. Datang dengan memberikan salam dan senyum terbaiknya.

"Assalamualaikum."

Membuat Anye yang sedang berkumpul bersama Kiya dan Deryl juga Vano dan Jeniffer di restorannya melongo hampir tak percaya. Tapi kemudian Anye bergerak berdiri lebih dulu, melangkahkan kakinya pelan hingga berhadapan langsung dengan Mitha yang masih berdiri diam ditempatnya.

"Waalaikumussalam. Kamu apa kabar, Mith?"

Mitha tiba-tiba saja menangis keras. Tubuhnya langsung luruh hampir bersujud didepan Anye. Membuat Anye spontan langsung ikut menjongkokkan dirinya. Anye memegang kedua bahu Mitha yang bergetar sambil mengelusnya lembut.

"Kenapa nangis? Hey, Mitha?"

"Maaf hiks. Maafin aku mbak, hiks hiks... maaf. Maaf hiks."

Anye bergerak membawa Mitha kedalam pelukannya dengan mata yang kita berkaca. Mendengar suara sesegukan Mitha membuat Anye ikut merasa sesak. Sesak akan kejadian suram yang menghantui mereka setahun yang lalu.

"Hiks. Maaf, maaf mbak Anye hikss.."

"Udah... udah udah Mitha. Hiks diem dulu."

Sementara Anye dan Mitha masih saling berpelukan erat sambil melepas sesak dengan kata maaf didekat mereka. Vano bergerak merangkul Jeniffer yang duduk disebelahnya, tangannya bergerak mengelus perut Jeniffer yang membuncit karena mengandung anaknya yang baru berusia tujuh bulan.

Sebenarnya sungguh tidak terduga bahwa seorang Vano yang terkenal tak main-main dengan yang namanya memberi pelajaran malah memutuskan untuk membuat Mitha menyadari kesalahannya dan berubah menjadi lebih baik dengan membawa Mitha ke pesantren dibawah yayasannya.

Sepenuhnya Vano memang belum memaafkan Mitha atas apa yang dilakukan Mitha kepada Anye. Tapi dengan perlahan rasa marahnya sirna, terganti dengan rasa tanggung jawab, karena sebenarnya Mitha hanya kehilangan arah. Tidak sungguh kehilangan hidupnya, Mitha masih bisa menjadi baik.

"Duduk dulu, mbak minta minum dulu ya."

Semua mata disana mengalihkan pandang kepada Mitha yang dituntun Anye agar duduk dikursi dekat mereka. Kiya sedikit mendengus awalnya, tapi diam dan ikut membalas senyum yang sejak tadi tersemat diwajah Mitha setelah sebelumnya sedikit ditegur oleh suami tercintanya.

"Apa kabar, Mitha?"

Mitha menoleh kearah asal suara. Vano.

"Alhamdulillah baik, Kak. Kakak apa kabar? Mbak Jeni sama ade bayinya sehat?"

Jeniffer mengangguk semangat. "Iya Alhamdulillah sehat. Dua bulan lagi ade lahir, jangan lupa nanti ajakin ade main ya, tante Mitha."

Mitha terkekeh lalu mengangguk menyetujui.

Jeniffer dan Mitha tentu saja saling kenal dan sudah dekat seak lama. Kira-kira sebulan setelah pernikahannya dengan Vano, dia bertemu dengan Mitha saat dia diajak Vano untuk mampir ke pesantren dimana Mitha ditempatkan untuk belajar.

Dan seperti respon kebanyakan, jeniffer jelas marah pada Mitha yang dengan tega sudah menghancurkan pernikahan mbak tersayangnya. Tapi melihat betapa tulus dan seriusnya Mitha disana berhasil membuat Jeniffer luluh dan justru berbalik berteman baik dengan Mitha.

Tak lama setelahnya Anye kembali dengan dua gelas diatas nampan yang dibawanya. Satu berisi air putih sednagkan satunya berisi teh hangat untuk Mitha. Membuat Mitha bergerak menerimanya dan beralih menaruhnya sendiri diatas meja didekatnya.

AnyelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang