Pagi ini Anye sedang bersiap untuk memenuhi panggilan wawancara kerja. Sudah hampir seminggu Anye menganggur dengan terus mengirimkan lamaran pekerjaan. Dan kemarin sore salah satu perusahaan tempatnya melamar pekerjaan menelponnya dan mengatakan bahwa pagi ini ia bisa wawancara kerja.
Anye sangat bahagia tentu saja. Tapi Anye juga tidak menyangka bahwa perusahaan yang menerimanya adalah salah satu perusahaan terbesar se Asia, Samudera Corporation. Jam sudah menunjuk angka tujuh saat Anye keluar dari kontrakannya.
Pagi ini Anye mengenakan kulot dasar berwarna navy dengan atasan kemeja putih dibalut jas berwarna senada, rambut panjangnya ditutupnya menggunakan jilbab pashmina berwarna maroon polos. Bahkan wajahnya ia poles sedikit dengan make up yang sangat tipis. Anye siap, ia bahkan sudah kembali mempelajari kembali bidang pekerjaannya. Anye sedikit lupa karena sudah dua tahun ia tidak menyentuh hal itu.
Anye mengedarkan pandangannya, sepertinya Kiya sudah berangkat kerja. Karena tadi malam Kiya bilang kepadanya bahwa ia memiliki meeting penting pagi ini.
Anye melangkahkan kakinya keluar dari gerbang kontrakan. Berdiri dipinggir jalan sambil menunggu angkot atau ojek lewat. Saat melihat ojek lewat Anye segera memberhentikannya dan memberitahukan tujuannya.
"Ini pak, makasih" ucap Anye sambil memberikan selembar uang dua puluh ribu kepada ojek tadi.
Setelah perjalanan selama dua puluh menit akhrinya Anye sampai didepan gedung tinggi berdinding kaca yang bertuliskan 'SAMUDERA CORP'.
Anye menghembuskan napas, menenangkan jantungnya yang berdegup kencang sebelum melangkahkan kakinya dengan pasti memasuki pintu utama gedung.
Anye berjalan mendekati meja resepsionis, ia tak tau ruang HRD dimana.
"Permisi, mbak?" Anye berucap pelan.
Seorang wanita bersanggul anggun memutar tubuhnya saat merasa dipanggil. "Iya mbak? Ada yang bisa saya bantu?" Ucapnya ramah.
Anye membaca name tag didada kiri wanita didepannya. Namanya Nia. "Ahh iya mbak, saya mau wawancara. Ruang HRDnya dimana ya mbak?" Anye bertanya sopan.
Wanita bernama Nia didepannya menganggukkan kepalanya, "sebentar". Ia bergerak menelpon sebelum akhirnya kembali menghadap Anye. "Mbak tinggal naik lift, lift khusus karyawan disebelah kanan ya, mbak. Ruang HRD ada di lantai 4, kebetulan juga mbak sudah ditunggu" jelasnya.
Anye tersenyum, "terimakasih mbak, kalau begitu saya permisi" setelah melihat Nia menganggukkan kepalanya Anye berlalu menuju lift yang tadi ditunjuk Nia.
Anye berdiri didepan lift bersama dua orang lelaki ber jas disana. Saat pintu lift terbuka mereka berdua bergegas masuk, Anye bingung serta tak enak jika hanya dirinya sendiri perempuan disana. Tapi Anye juga tak ingin membuat orang menunggu lebih lama. Akhirnya Anye memilih memasuki lift setelah mengucap bismillah dalam hati.
"Kenapa bisa lift nya rusak? Saya kan sudah bilang kalau saya tidak suka naik lift karyawan" orang yang berdiri didepan Anye bersuara. Nadanya terdengar tengah menahan amarah.
Sementara seorang lelaki yang berdiri disebelahnya menundukkan kepalanya dalam. "Maaf pak" ucapnya lirih.
Anye mengernyit, menemukan ketidaknyamanan dari suasana didalam lift.
"Kamu cuma menggantikan Sita enam bulan saja tidak becus. Saya akan lihat siapa yang akan wawancara hari ini. Akan saya pertimbangkan untuk menggantikan kamu" ucapnya.
Anye bergidik ngeri. Yang wawancara hari ini? Dirinya 'kan? Jantung Anye berdetak kencang, apalagi saat lift berhenti dilantai yang ditujunya. Anye benar-benar merasa kalau jalan yang dipilihnya kali ini, salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
RomanceNamanya Anyelir Gilsha Hizbya, panggilannya Anye. Seorang muslimah berjilbab yang suka sekali memakai kulot. Tapi dia juga wanita berusia 26 tahun yang kini harus menelan pahit-pahit perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Seorang wanita malam dari...