Ceklek....
Vano menolehkan kepalanya, pintu putih diseberangnya terbuka perlahan menampilkan Anye dengan balutan piyama bergambar princess berwarna pink dengan jilbab instan berwarna hitam diatas kepalanya.
Terlihat lucu dengan tubuh Anye yang mungil dengan wajah tembamnya. Vano tersenyum tipis, tidak menyangka Anye bisa sangat pede memakai piyama bergambar princess.
"Masbos." ucap Anye sambil menampilkan senyumnya.
Vano tertegun sebentar, senyum dari bibir mungil Anye...sangat cantik. "Turun sekarang?"
Anye menganggukkan kepalanya. "Iya Masbos."
Vano berjalan mendekati Anye yang ikut berjalan saat dia tiba disampingnya. "Mama saya gak makan orang 'kan?"
Anye terkekeh sebentar, "iya, saya kira orang tua Masbos garang."
Vano ikut terkekeh lalu memencet tombol lift. Saat lift terbuka, mereka berdua melangkah masuk.
"Besok berangkat jam berapa, Mas?" Tanya Anye.
"Gak kerja."
"Lah?"
Vano mengangguk, "ulah Mama, katanya kangen saya. Jadi ya begitulah."
Anye menghela napas lega. "Saya kira genting banget."
Vano terkekeh, "maafin Mama deh."
Anye menatap Vano tajam. "Mama aja?"
"Iyaiya, saya juga. Maaf Anye."
Anye terkekeh juga. "Iya, takut banget saya marah."
"Ya takut."
"Mengenai pembicaraan didapur tadi. Bener Mas?" Anye bertanya pelan.
Vano menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. "Saya gak pernah bisa nyembunyiin apapun dari kedua orang tua saya."
"Ahh.." angguk Anye pelan, sedikit banyak dia mengerti maksud dari ucapan Vano. "Saya hanya gak nyangka Mas bisa cinta sama saya." ucapnya pelan.
Ting....
Anye berjalan mendahului Vano keluar dari lift. Vano mengejar Anye lalu memegang pergelangan tangan Anye, membuat sang empunya menoleh dengan wajah tanya.
"Saya minta maaf, saya tau kamu bahkan belum lepas sepenuhnya dari mantan suami kamu. Tapi saya tidak bisa menghentikan hati saya."
Anye tersenyum, menenangkan. "Saya gak papa Mas. Saya yang seharusnya minta maaf. Jujur, saya trauma dengan cinta. Dan alasannya tentu Mas tau sendiri."
Vano mengangguk mengiyakan.
"Karena itu. Mungkin sekarang saya tidak bisa menggerakkan hati saya untuk terbuka. Saya juga tidak bisa mengikat Mas dengan angan-angan. Jadi, selama saya tidak menghadap Mas dan meggatakan saya juga cinta." Anye menarik napas, "Mas boleh cari cinta lain."
Vano menggeleng tegas. "Saya akan tunggu kamu, Nye."
"Tapi saya sendiri pun ragu dengan hati saya Mas. Saya hanya tidak mau Mas malah akan sakit karena saya."
Vano menghela napas. "Okey, saya akan turuti kemauan kamu." Tapi saya akan tetap pada pendirian saya. Lanjut Vano dalam hati.
Anye tersenyum, setidaknya dia bisa tenang.
"Saya tidak mau kamu menjadi sungkan kepada saya. Anggap pembicaraan ini tidak pernah terjadi dan bersikaplah biasa saja saat kedua orang tua saya membicarakan tentang kita." jelas Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir
RomanceNamanya Anyelir Gilsha Hizbya, panggilannya Anye. Seorang muslimah berjilbab yang suka sekali memakai kulot. Tapi dia juga wanita berusia 26 tahun yang kini harus menelan pahit-pahit perselingkuhan yang dilakukan suaminya. Seorang wanita malam dari...