A

2.2K 62 3
                                    

Malam ini Dara sudah kembali ke kamarnya, dan Davin juga sudah ke supermarket membelikan apa yang di suruh Dara tadi, tapi tetap saja ia masih berlaku cuek, mengahdapi sikap Davin seperti itu cukup dia saja yang rasa dan hanya dia yang bisa menanganinya sendiri.

" kamu nggak siapin makan by?" Tanyanya, saat selesai mandi dan Dara sudah bersiap tidur.

" katanya tinggal goofood, yaudah nggak perlu aku masak kan?"

" iyaudah, kamu mau makan apa?"

Tak ada jawaban.

" baby, mau makan apa aku buatin yah?"

" enggak mau"

" minum apa? Susu?" Tanyanya semangat.

" enggak ih jangan sentuh-sentuh"

Davin melepaskan tanganya dari bahu Dara.

" kenapa sih by?" Tanya Davin pelan.

" yah enggak apa-apa"

" yaudah aku nggak jadi masak aja" Davin yang bergegas memakai baju tidurnya dan beranjak ke kasur untuk tidur.

Dara yang mendegar merasa kasihan juga, padahal Davin sudah membantunya tadi untuk belanja, dan kini Davin mengalah dan langsung tidur di sampingnya.

" hanny?" panggil Dara pelan, dan merasa sedih melihat Davin tak jadi untuk memasak.

" iya?"

" ak..aku tiba-tiba laper, pengen makan pasta" ucapnya gugup.

" aku buatin?"

" berdua"

" maksudnya kamu juga mau ikut buat?"

" iya hehe"

" yaudah yuk"

Mereka berdua turun dari kamar ke lantai bawah, Dara yang di gendong Davin sangat bahagia tidak susah-susah menuruni tangga.

" aku duduk sini yah, liatin kamu hehe"

" iya sekalian sebut-sebutin bahan-bahannya" Davin mencium bibir Dara singkat.

Davin tengah fokus memasak dan Dara sibuk membalas pesan Mommy Liva yang menanyakan keadaannya bagaiman di kehamilannya kali ini.

Tak lama kemudian masakan Davin jadi, Dara menunggu di ruang nonton dan sudah memakai selimut karena cuaca malam ini sangat dingin.

" enak nggak?" tanya Davin saat selesai menyuapi Dara.

" enak" jawabnya tersenyum.

" by, aku mau bangun rumah sakit sendiri aja, gimana pendapat kamu?"

Dara terdiam mencermati ucapan Davin " Rumah sakit? Ehm maksudnya kamu direkturnya gitu?"

" iya, gimana menurut kamu?"

Dara mengangguk menggambarkan wajah bekum setuju " tapi udah di bicarain sama Papa dan Ravin?"

" ini sebenarnya usulan Ravin, terus aku ngomong sama papa dan tanggapannya pun, selagi kita masih punya uang untuk bangun kenapa tidak?"

" tapi di mana? Bali? "

" nah itu yang akan aku nyari lagi lokasinya di mana, di antara jakarta atau bali, atau nggak----"

" kapan kamu dan Ravin punya rencana ini?"

" waktu tahun baruan di sini"

" kok aku nggak tau!"

" yah kan aku masih ngimbangin sayangku, dan papapun juga bilang kalau bisa aku harus urus semua tapikan tunggu persetujuan kamu"

" yah aku setuju aja, terserah kamunya di mana tapi kan siapa tau Ravin nikah apa nggak sayang uangnya?"

Dr: PSVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang