Ara melangkahkan kakinya keluar dari rumah, dia membenarkan jaketnya.
Ara rasa badannya sedang tidak enak beberapa hari ini dan dia berniat untuk berobat.Ara segera masuk kedalam taksi online yang dia pesan sebelum keluar dari rumah.
Ada perasaan gugup saat dia berada didepan rumah sakit, sungguh ini sangat membuatnya panas dingin. Terlebih Ara sudah sepuluh hari telat datang bulan, gak mungkinkan jika dirinya... Ahh tidak-tidak.
"Mbak sudah sampai" Ucap sang supir taksi online, Ara tersenyum dan membayar ongkos taksinya.
"Makasih ya Pak" Ucap Ara kemudian turun dari taksi online, Ara menyatukan tangannya. Ara berharap apa yang dia takutkan tidak akan terjadi.
Dengan perasaan gugup Ara berjalan masuk kedalam rumah sakit, dia mendaftarkan diri dibagian registrasi.
Menunggu beberapa menit akhirnya namanya dipanggil, Ara berjalan masuk kedalam ruangan dokter yang akan memeriksanya.
"Dok, Ibu Kinara sudah siap" Ucap suster memberitahu sang dokter.
"Iya sebentar" Jawab sang dokter.
"Tenang, Ra. Ini gak mungkin terjadi kok, nggak" Ucap Ara mencoba menenangkan dirinya dan siap untuk menerima semua keputusannya.
"Siap diperiksa, sayang?"
Ara terdiam, sayang? Siapa yang berani memanggilnya dengan sebutan sayang?
Ara menatap kearah orang yang barusan memanggilnya dengan sebutan sayang, jantungnya berdegup sangat kencang. Apa-apaan ini? Bukankah urusannya dengan laki-laki ini sudah selesai?
"Gak jadi periksa" Ucap Ara dan berniat untuk turun dari brankar, dengan cepat laki-laki itu menahan badan Ara.
"Biar aku periksa" Ucap laki-laki itu menahan Ara.
"Gak jadi" Ucap Ara mencoba menjauhi tangan laki-laki yang telah mengambil keperawanannya.
"Sebentar saja" Ucap laki-laki itu lagi.
"Ku mohon"Ara akhirnya menurut dan kembali tiduran diatas brankar, mata Ara tidak lepas memperhatikan dokter tampan itu.
Tampan sih tapi sayang sifatnya brengsek.
"Gimana?" Tanya Ara ketika dia sudah diperiksa oleh dokter tampan itu, bahkan Ara pun tidak tau siapa nama dokter ini.
"Apanya yang gimana?" Tanya dokter itu membuat Ara memukulnya dengan tas selempang yang dia bawa.
"Aduh!!!""Gimana keadaan ku? Aku sakit apa?" Tanya Ara yang sudah enggan berada disini.
Dokter itu menatap wajah Ara, dia tidak tau jika malam itu dia lost control dan mengambil mahkota milik Ara. Jika waktu boleh diputar dia tidak akan ingin bertemu dengan Ara pada malam itu, tapi nasi sudah menjadi bubur.
"Menikahlah dengan ku" Ucap dokter itu membuat Ara mengerutkan dahinya, ada angin apa dokter ini mengajaknya untuk menikah.
"Kenapa?" Tanya Ara yang takut jika dia pikirkan tidak benar-benar terwujud.
"Kau... Kau sedang hamil" Jawab dokter itu dan menatap Ara.
Ara terdiam kaget, seperti ada aliran listrik yang mengalir didalam tubuhnya. Air mata Ara mengalir membuat dokter itu ingin memeluk Ara.
"Jangan sentuh aku bajingan!" Ara mendorong dokter itu dan segera turun dari atas brankar dan berniat untuk keluar.
Dokter itu segera menahan tangan Ara.
"Kamu keluar dulu, saya ada perlu dengan Bu Kinara" Ucap dokter itu kepada suster yang membantunya.
Suster itu mengangguk patuh meskipun dirinya bingung ada hubungan apa dengan dokternya dengan Ara.
"Dasar brengsek!" Ara memukuli badan dokter itu dengan bertubi-tubi dengan tasnya.
"Kenapa waktu itu kau menyeret ku? Aku tidak mengenal mu, bajingan gila!"Dokter itu hanya diam, dia menerima semua umpatan dan perlakuan Ara kepadanya agar wanita itu lebih tenang.
"Kau itu dokter tapi kenapa... Kenapa... Hiks" Ara terjongkok dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Dokter itu ikut berjongkok dihadapan Ara.
"Maaf" Lirihnya menatap Ara."Maaf tidak akan bisa mengembalikan keperawanan yang kau ambil paksa" Omel Ara.
"Aku akan bertanggung jawab, menikahlah dengan ku" Ucap dokter itu dan Ara menangis kejer membuat sang dokter sedikit maju dan menarik Ara kedalam pelukannya.
Ara tidak menolak, dia sedang rapuh. Apa yang akan dia bicarakan nanti kepada Ibu dan adiknya? Dia tidak mau dianggap sebagai wanita tak benar.
Meskipun Ara sering menggunakan pakaian yang seksi tapi dia itu sangat menjaga diri dan entah kenapa dokter ini malah menyeretnya kesebuah kamar dan dengan paksa membuka semua pakaiannya.
"Menikahlah dengan ku, Kinara" Ucap laki-laki itu membuat Ara semakin terluka, dia semakin terisak didalam pelukan laki-laki ini.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ara masuk kedalam rumahnya, hatinya sedang sangat bergerimis didalam sana. Dia bingung harus berkeputusan apa, sungguh dia sangat bingung.
"Udah pulang kamu?" Ara tersenyum saat Ruqayyah menyambutnya, Ara menyalami tangan Wanita yang sudah melahirkannya itu.
Ketika menyalami tangan Ruqayyah dia tiba-tiba terisak mengingat kenakalan-kenakalan yang dulu pernah dia lakukan dan berimbas kepada Kyna.
"Kamu kok nangis, Ra? Kenapa?" Tanya Ruqayyah dan memeluk anak sulungnya itu. Ara semakin terisak didalam pelukan sang Ibu.
"Maafin Ara, Bu. Maafin Ara" Ucap Ara sungguh sangat menyesal.
"Kamu kenapa? Cerita yuk sama Ibu" Ucap Ruqayyah dengan lembut.
"Ara hamil, Bu. Maafin Ara" Ucap Ara yang tak bisa melepaskan pelukan Ruqayyah.
Ruqayyah yang mendengar itu hanya terdiam, air matanya mengalir begitu saja ketika anak sulungnya bilang jika dirinya sedang hamil.
KAMU SEDANG MEMBACA
iMarried [Telah Terbit]
RomanceFOLLOW SEBELUM BACA!!! Hargai karya penulisnya. Ingin revisi. Tapi, aku terlalu malas. :( "Memangnya tidak ada wanita lain selain dirinya yang harus jadi pengantin wanita? Kenapa harus dia yang jadi pengantin wanitanya?" - Raffa Alvarendra. "Jang...