Dia Kembali.

70 11 7
                                    

Selamat Hari Raya Idul Fitri buat yang melaksanakan!

Maafin author kalau misalkan ada salah ya, maaf kalau cerita ini juga kalau kurang bikin emosi, trus ya gitu. Maafin juga alurnya kurang pas, ehehe. Maklum masih pemula:v

Oke dah, cukup sampai sini aje yee:)

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaa :)

Let's Go!
-------------------------------------

Drtt.

Deringan telah berhasil mendarat di ponsel milik Bulan, membuat sang empunya ponsel itu terganggu karena sedang asik dalam dunia halunya dengan biasnya. Bulan menoleh mencari keberadaan ponselnya.

Bulan mengkerutkan keningnya bingung, tumben sekali dia menelpon Bulan malam malam seperti ini pula. Ada urusan apa? Dengan rasa ragunya Bulan mengangkat telpon itu dan terdengar lah suara gemetar dari arah sana.

“Lan, gawat. Lo buruan ke Wardang sekarang, jangan lam—“

Belum saja Bulan menyahut si penelpon, telponnya sudah di matikan duluan oleh sepihak. Tentu itu membuat Bulan semakian bingung dan takut pastinya. Takut karena kenapa dia menelpon Bulan di malam malam begini, menyuruhnya ke Wardang dan nada bicaranya juga seperti nada bicara panik dari sana.

Dengan cepat, Bulan meraih jaket hijau toscanya lalu memakainya beserta ponselnya yang ia masukkan ke dalam kantung jaket dan beranjak keluar dari kamar, menuju rumah temannya.

Disinilah Bulan sekarang, didepan gerbang rumah Xanna yang dipenuhi oleh lampu kuning bersinar sangat terang dari sini. Bulan memencet bel rumah Xanna dengan sangat panik dan takut. Apalagi ia nekat malam malam begini ke rumah teman.

“sumpah deh, si Xanna kebo atau gimana sih? Masa jam segini udah tidur?” monolognya di luar melihat jam tangannya di pergelangan tangan kanan.

“buruan kek keluar elah! Penting nih masalahnya” gumamnya.

Selang beberapa menit kemudian, empunya rumah keluar dengan keadaan yang kurang rapih. Rambut berantakan, wajah yang merupakan wajah bantal, tak lupa dengan piyama doraemon yang ia kenakan sekarang. Bulan saja sampai terkejut melihat penampilannya.

“lo ngapain Lan jam segini ke rumah gue? Mau numpang tidur? Lo nggak liat ini jam berapa?” semprot Xanna kesal. “ini jam Sembilan malem Lan! Jam Sembilan, cewe mana bagus keluar malem” ocehnya.

Namun Bulan memutar bola matanya malas. “tadi gue dapet telpon dari Akbar” ucapnya.

“trus kenapa? Lo di tembak lagi? Trus lo mau cerita? Kenapa nggak besok aja, kan besok bisa Lan. Nggak harus malem malem gini juga” oceh Xanna dengan mata kantuknya.

Sekarang, Bulan menoyorkan kepala Xanna kasar, sampai membentur pinggir pintu. Membuat Xanna meringis.

“sakit bego!” ujar Xanna kaget, mengelus kepalanya pelan.

“makanya jangan asal cerocos aja itu mulut! Dengerin gue dulu” ucapnya kesal namun dibalas deheman saja.

“tadi Akbar nelpon gue barusan, dan di telponnya itu dia minta gue buat ke Wardang tapi dari nada bicaranya dia kayak butuh bantuan gitu” jelasnya.

Sontak bola mata Xanna melebar jelas. “dia suruh lo dateng malem malem ke Wardang?!” teriak Xanna. “udah gila itu cowo, jangan jangan dia mau—“

“heh! otak negative lo hilangin dulu lah!” sela Bulan tak suka dengan lanjutan ucapan Xanna. “siapa tau dia minta bantuan Xan, nada bicaranya kayak aneh gitu, khawatir gue” ucapnya.

FRIENDSHIP : LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang