Ujian Akhir.

79 9 1
                                    

Minggu ini dimana seluruh siswa dan siswi kembali harus berkutat dengan buku tebal berisikan materi materi untuk ujian akhir, atau ujian untuk kelulusan mereka disemester satu.

Tidak terasa waktu cepat sekali berlalu sampai sampai mereka semua sudah menginjak semester dua. Kelas sepuluh yang satu semester lagi akan lulus menjadi kelas sebelas. Kelas sebelas sebentar lagi akan lulus menuju kelas dua belas, dimana kebebasan sudah tidak ada lagi disekitar mereka. Dan kelas dua belas pasti sekarang sudah lebih fokus untuk ujian kelulusan mereka nanti.

Disinilah ketujuh lelaki yang sedang berada pada posisi duduk berdekatan dan paling belakang. Sudah memilik strategi katanya. Apalagi kalau bukan strategi mencontek. Hari pertama saja sudah mencontek bagaimana hari berikutnya?

“lang” panggil Arthur dengan suara sangat pelan. Takut Bu Hevy sadar akan kesibukannya dengan ponselnya.

Gilang hanya menoleh malas, entah sudah berapa kali dirinya selalu dipanggil oleh keenam temannya. Hanya dipanggil disaat sedang dibutuhkan itulah gilang, tapi kenapa gilang masih betah dan awet disini bersama mereka?

“essay” ucap Arthur lagi dengan pelan.

“nomor?”

“semua”

Gilang segera membalikkan tubuhnya dan segera mencatat jawaban esaay miliknya untuk diberikan kepada Arthur. Ia menulis jawabannya apda kertas lembaran putih lalu melipatnya rapih dan memberikan pada Arthur dengan cepat.

Arthur senang bukan main menerima kertas lipatan itu, tanpa mengucapkan terima kasih terlebih dahulu juga dirinya langsung antusias membuka kertas itu dan menatap heran.

“tai!” gumam Arthur kesal ketika melihat isi kertas yang diberikan oleh gilang. Sementara gilang berusaha bersikap tenang seolah tidak tahu apa apa.

Makanya belajar dirumah jangan nongkrong mulu!
Cari aja sendiri, udah gede jangan manja.

Arthur meremukkan kertas itu lalu menaruhnya dibawah kolong mejanya dan menatap tajam pada gilang, seolah sekarang juga Arthur ingin menghajar gilang sampai habis. Terpaksa ia harus berkutat lagi dengan kertas soal.

“culametan, met, met!” nyanyi angga ditengah kesunyian membuat Bu Hevy bahkan yang lain menoleh kearah angga.

“kalau ada makanan dimeja!” sambung akbar yang duduk dibelakangnya.

“kalian berdua! Mau ujian atau konser nyanyi?!” tanya Bu Hevy bingung untuk melunakkan kedua jantan ini.

“maunya sih yang kedua bu. Saya aja terpaksa ngerjain soal ini bu, makin lama makin susah kayak kehidupan bu” jelas angga dengan perkataan sok bijaknya.

“jangan milih yang kedua dong Ngga! Jadi yang kedua itu nggak enak, apalagi diduain” sindir Arthur pada akbar yang selalu memainkan perasaan perempuan.

“cia elahh! Byucin mas!” sahut reza.

“nyindir gue halus banget ih! Jadi makin sayang!!” ujar akbar antusias membuat Arthur mendadak jijik melihatnya.

“sudah diam! Itu sih kamunya aja yang bikin susah. Hidup itu dinikmatin aja” ucap Bu Hevy menatap angga.

“nah itu ibu tahu! Berarti kalau kita bolos, kena skors, masuk BK berarti dinikmati aja dong bu. Bukan malah dihukum sampai mati” sahut seaghan yang memang sudah lelah berkutat dengan lembar putih diatas mejanya.

“beda urusannya dong itu!” ujar Bu Hevy kesal.

“sama aja bu menurut saya” balas seaghan lalu menaikkan salah satu kakinya diatas kursi lalu menatap gurunya lekat.

FRIENDSHIP : LOVE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang