3. Ada apa dengan Fanya?

1.1K 45 6
                                    

YUK VOTE+COMMENT
.
.
.
.
Happy Reading❤️

Bel pulang sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, Fanya dan sahabatnya menuju keparkiran untuk menunggu jemputan.

Fanya heran kenapa ia sering sekali lelah, mengantuk dan merasakan sakit dibagian pinggang

Tapi bodomat lah paling juga karena dirinya lapar.

Hoammmm

"Fanya astaga lo itu cewek kalo nguap ditutup dong!" sentak Cindy.

"Bidiimit!"

Tiara berdecak,"Kayak baru kenal Fanya aja lo."

Fanya yang melihat orang itu sudah berada digerbang segera berpamitan pada dua cecunguk, "Bay gue udah dijemput."

"Lah?" Cindy menatap heran kearah gerbang.

Cindy menyengol lengan Tiara, "Siapa tu?"

"Mana gue tau!" Tiara mengedikkan bahu acuh.

Cindy menajamkan pengelihatannya, dirinya seperti tidak asing dengan montor dan postur tubuh pria itu.

"Liat deh, kok seragam nya s-,"

Tiara memotong ucapannya karena sopirnya sudah datang, "Bay Cindy."

"Ck kebiasaan," gumam Cindy.

Tinnnn Tin

"Heh siluman kadal minggir dongg!"

Cindy sangat mengenali suara itu meski wajah pria itu tertutup oleh helm fullface nya.

"Heh kutu kupret lo punya mata gak?Jalan masih lebar juga."

Cindy mengeram kesal dengan tingkah musuhnya ini.

Yosen membuka kaca helm nya setengah, menatap Cindy dengan tatapan mengejek.

"Gue pengen lewat sini kenapa?emang salah?"

"Salah lah, seenak jidat lo aja, emang ini jalan nenek moyang lo apa?!" Semprot Cindy dengan wajah yang sudah memerah karena kesal.

"Kalo iya emang kenapa?dahlah naik!" balas Yosen kelewat santai.

Cindy tertawa meremehkan,"Lo kalo mau ngasih tebengan gak usah pakek basa basi. Ogah gue,"

"Ogah nolak maksutnya! "

Cindy terkekeh mendengar dengusan Yosen.

Dasar kedua remaja labil.

***
Fanya cepat cepat melepas helm nya, dengan cekatan ia memberi helm itu pada pemiliknya. Dirinya sangat malas bertatap muka dengan pria dihadapannya ini.

"Gue masuk dulu!"

Al sangat paham jika Fanya memakai gue-lo berarti ia punya salah.

Pria itu mencekal tangan Fanya  yang ingin berbalik badan.

"Kenapa?" Tanya Al dengan nada lembut.

"Udah deh sana pulang!"

Fanya tetap engan menatap wajah tampan pria itu.

B A C K S T R E E TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang