Prolog

8.6K 413 7
                                    


Halo. Ini cerita baruku. Ide ini tiba-tiba datang dan cepet aku tulis. Takut lupa dan mau tau apakah cerita ini ada yang tertarik atau enggak.

Jadi tinggalin komentar kalian.
❤️

Retno Putri Anggara, 28 tahun. Seorang wanita cerdas, cantik dan selalu terlihat seksi dengan pakaian-pakaian mininya. Merasa bosan dengan hidupnya yang sudah terasa memuakkan. Beberapa kenakalan telah dia lakukan namun lama-kelamaan merasa jenuh, apalagi seseorang sudah membuat hatinya hancur berkeping-keping tidak bersisa. Semangat hidupnya seakan hilang dan berubah haluan. Retno ingin menjadi seseorang yang baru.

Retno memulai hidupnya yang baru dengan pindah ke tempat kerja baru. Tekad Retno sudah sangat bulat untuk berubah. Walaupun di tempat kerjanya yang baru dia harus merintis kariernya lagi dari awal, tapi Retno yakin semua akan mengikuti perlahan kalau niat kita baik.

Sampai satu hari, ketika Retno sudah sebulan bekerja ditempat barunya dia merasa mengenali salah satu direktur yang masuk ke ruang rapat untuk rapat direksi siang ini. "Del itu siapa?." Tanya Retno penasaran pada Dela, teman barunya yang sedang memilih berkas-berkas untuk dipakai persentasi nanti.

"Hah?." Dela masih asyik memilih berkasnya.

"Del." Panggil Retno lagi dengan gemas. Retno sengaja mencubit lengan Dela.

Dela akhirnya mengangkat wajahnya, walaupun sebelumnya dia menggerutu. "Aduh loe itu ya No gak sabaran. Yang mana sih?."

"Yang pake jas abu Del." Retno menegaskan karena Dela kebingungan dengan orang yang ditanyakan oleh Retno. "Yang lagi buka laptop." Tambah Retno lagi.

Dengan santainya Dela menjawab, "oh itu sih Pak Bimo. Lo pasti baru liat ya?. Dia kemaren ngurusin proyek yang ada di Ambon jadi baru keliatan lagi dikantor." Dela kembali asyik dengan berkasnya sementara Retno yang ada disebelahnya sudah menganga tidak percaya. Benarkah itu Bimo yang dulu menembaknya dengan begitu cupuk kemudian ditolak oleh Retno dengan begitu mudahnya?. 

Retno menggeleng, berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau yang dilihatnya itu bukan Bimo yang dulu berpenampilan aneh dan selalu diam sendirian saat kakaknya heboh bermain PES. Bimo yang tadi disebut oleh Dela terlihat sangat percaya diri dan gagah. Retno benar-benar tidak percaya. Dia akan memastikannya sendiri, tekadnya.

Sorenya Retno sengaja tidak langsung pulang. Dia menunggu seseorang yang sangat mengusik jiwanya. Sampai jam enam sore, akhirnya orang yang ditunggu oleh Retno keluar dari ruangannya. Retno langsung berdiri. "Mas Bimo?." Tanya Retno langsung tanpa basa-basi.

Pria bersetelan jas abu itu langsung menghentikan langkahnya dan mendongakkan kepala pada wanita yang menghadang jalannya. Dia terdiam lama menatap Retno membuat Retno gelisah. "Iya. Kamu Retno?." Jawabnya singkat dan datar.

Kaki Retno lemas. Benar ternyata.

"Iya."

"Bekerja disini?."

"Iya. Aku baru sebulan kerja disini."

Pria yang bernama Bimo itu mengangguk sekali. "Selamat kalau gitu. Saya pulang dulu, udah adzan maghrib." Bimo melewati Retno yang melongo. Sekarang dia yakin kalau pria itu adalah Bimo Mandala. Teman dari kakaknya. Retno ingat jelas, ada hal yang masih tidak berubah dari Bimo. Dia selalu menjaga shalatnya dan tidak banyak bicara. Hanya saat menembaknya dulu mungkin Bimo terdengar oleh Retno agak banyak bicara. Retno merasa bodoh dan kejam seketika.

Mas Bimo pasti dulu malu banget harus ngomong banyak buat nyatain cinta, eh tapi malah aku tolak langsung. Pantes aja Bang Yuda marah banget, batinnya.

Sekarang tidak tau kenapa hatiku berdebar ketika Bimo melewati ku.

Langkah KakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang