Kiara sudah boleh keluar dari rumah sakit 2 hari yang lalu dan kini dia sekarang berada di sebuah butik untuk membeli baju kebaya yang akan di kenakan saat perpisahan nanti.kiara pergi bersama maira, dan tentunya Diandra sudah pergi kuliah di luar lagi."Bun bagus yang mana, ini atau yang ini" Kiara menunjukkan 2 buah kebaya di lengannya untuk dilihat oleh maira.
"Emmm, kayaknya yang kanan deh, eh tapi tunggu dulu, bagus yang kiri deh, tapi yang kanan juga bagus kia, coba dulu gih sana" kata maira
Kiara pergi ke ruang ganti untuk mencoba bajunya. Dan beberapa saat kemudian dia kembali dengan kebaya modern berwarna cream dengan rok berwarna cokelat.
"Woahh anak bunda cantik banget" kata maira sambil memutar tubuh Kiara. Kiara Tersenyum tipis dan agak sedikit di paksakan.
"Kamu beli yang ini aja, pas buat kamu sayang" kata maira dan memesankan baju tadi.
Sementara Kiara menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Tak terasa satu air mata lolos begitu saja.
Andai kak kia disini, mungkin kita lagi menyoba baju bersama sama. Batin Kiara.
Kiara menghapus air matanya sebelum maira datang.
"Yuk sayang, kita pulang, bajunya nih kamu pegang" kata maira dan Kiara mengambil paper bag dari tangan maira.
****
Kiara sedang berada di kamarnya, dia berjalan ke arah lemari kecil dan mengambil sebuah foto. Dia menatap dirinya serta kaila."Kak.. kenapa Kaka harus pergi ketika Kaka baru saja kembali. Kenapa Kaka pergi ketika kia baru saja mendapatkan kebahagiaan bersama kak kai..hiks.. maafin kia kak.. hiks.. Kaka pergi gara gara kia.. maafin kia..hikss hiks"
Tok tok tok
Suara pintu di ketuk.Kiara langsung menghapus air matanya. Dan menenangkan pikirannya.lalu pergi menuju kasurnya.
"Masuk gak di kunci" kata Kiara.
Ceklek
Pintu di buka, dan yang masuk ke kamar Kiara adalah Dave. Dave mendekati kiara yang sedang duduk di pinggiran kasur dan duduk di sampingnya.
"Kamu habis nangis" kata Dave dan di gelengi oleh Kiara.
Dave menghela nafasnya.
"Kamu gak ahli berbohong kia" kata Dave dan menatap adiknya yang sedang menunduk menahan tangis.
Tiba tiba Kiara memeluk Dave erat dan menangis di dalamnya."Hiks.. hiks..kak..hiks.. ini semua salah kia.. hiks.." Kiara terisak di pelukan Dave. Dave mengelus punggung Kiara guna menenangkan nya.
"Kalau aja kia gak minta kak kai berhentiin mobilnya dan kia gak keluar, kia gak akan tertembak dan kak kai hiks.. kak kai.. gak akan mendonorkan hiks.. hati nya untuk kia hiks.. ini semua hiks.. salah kia hiks.. kia salah kak.. hiks..hiks.."
Dave melepas pelukannya dan menangkup wajah Kiara, Dave menatap mata Kiara yang sudah bengkak akibat menangis.
"Ini semua bukan salah kamu, ini sudah takdir. Kita gak tau hidup seseorang bakal sampai kapan, kita gak tau umur kita sampai kapan kia. Yang tau itu semua hanya yang di atas, dan ini sudah jalan kaila, jalan kamu, jalan kita kia, jalan keluarga kita. Kamu gak bisa salahkan dirimu sendiri, kamu harus kuat, kaila di sana pasti sedih liat kamu seperti ini." Dave menasihati Kiara.
Kiara mengangguk dengan Dave yang menghapus air matanya."Makasih kak.. kia gak tau, kia hanya merasa bersalah kak" kata Kiara dan Dave pun menggeleng akan pernyataan Kiara.
"Kaka tadi bilang apa, gak ada yang salah di sini, ini udah takdir. Paham." Kata Dave.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bigest Sad
Teen Fiction"mau Lo apa" tanya Diandra "Mau gue, Lo jadi pacar gue" kata devano sembari menunjuk Kiara. "Hah" kaget mereka berdua. Kiara sedari tadi sudah menahan amarahnya agar tidak keluar. "Kalo Lo gak mau, gue bakal sebarin" kata dave