again

378 23 0
                                    


Kiara sekarang sedang memfiting baju dengan devano. Dan hari menuju kebahagiaan mereka berdua pun sudah seminggu setengah lagi.

Mereka memilih baju pengantin dengan ditemani oleh Nadira, maira tak ikut karena ada sedikit urusan.

3 jam lebih mereka sudah selesai memilih baju. Nadira pamit pulang terlebih dahulu. Devano dan Kiara memutuskan untuk pergi ke sebuah cafe. Menongkrong.

"Dev.. kenapa ya. Feeling aku akhir akhir ini gak baik" kata Kiara

Devano diam, dia menatap Kiara khawatir.

"Maksud kamu" kata devano

"Emm.. enggak gak jadi" kata Kiara dan menyesap minumannya.
Devano tak berniat untuk menanyakannya kembali. Devano pun merasa akan ada sesuatu yang besar.

*****

"Dia berada di sebuah cafe boss" kata seorang pria.

"Bunuh dia" kata seseorang di sebrang telepon.

Di lain tempat, angkasa tengah menahan amarahnya. Dia sungguh tak menyangka akan hal ini.

"Bagaimana bisa mereka menghilang, sekarang kalian pergi dan cari ke keberadaan Kiara".

Semua anak buah angkasa berpencar mencari Kiara.

"Emm Dev, aku ke toilet sebentar ya" kata Kiara.

"Hemmm, mau aku temani" kata devano.

"Gak perlu, ya udah aku ke toilet dulu" Kiara pun pergi ke toilet meninggalkan devano dengan persaan tak enak yang terus menyerang nya.

Sudah sepuluh menit Kiara belum juga kembali, dan hal itu membuat devano semakin gusar. Devano melangkahkan kaki panjangnya untuk pergi menyusul Kiara. Dia menunggu di depan toilet perempuan.

Seorang perempuan paruh baya keluar dari toilet itu.

"Maaf Bu ,boleh saya nanya" kata devano.

"Iya nak, ada apa" kata devano.

"Apa di dalam masih ada orang" tanya devano.

"Nggak ada kayaknya, di dalam kosong" kata si ibu itu.

Jawaban ibu tadi membuat devano semakin risau, jika kamar mandi sudah kosong, lalu di mana Kiara sekarang.

"Ada apa ya nak" tanya ibu tadi membuyarkan pikiran devano.

"Tak apa Bu, terima kasi atas infonya, kalau gitu saya duluan" kata devano.

***

Devano berjalan tergesa keluar cafe mencari Kiara, namun nihil gadis itu sama sekali tak menampakkan batang hidungnya.

Devano menjambak rambut nya.
"Bodoh bodoh.. Lo bodoh" devano terus meracau dengan terus menyetir.

Handphone nya bergetar.

"Hallo yah" kata devano.

Ya yang menelpon devano adalah angkasa.

"Apa Kiara bersamamu Dev" tanya angkasa

"Kiara tadi bersama Dev yah, tapi dia ijin ke toilet lalu setelah nya dia menghilang yah. Dev sedang mencarinya sekarang."

"Apa kamu tak bisa menjaga anakku dengan baik Dev, kau harus nya memantau nya" kata angkasa membentak devano.

Tut Tut Tut
.devano memukul setir mobilnya, dia sungguh marah pada dirinya sendiri.

"Dimana kamu Kiara" gumam devano.

Di lain tempat.

Seorang gadis membuka matanya, kepala nya berdenyut dengan hebat. Dia memegang kepalanya, alangkah terkejutnya ketika dia melihat darah di telapak tangannya.

"Oh sudah bangun rupanya" kata seseorang.

Kiara, gadis itu adalah Kiara. Kiara melihat ke orang yang berbicara tadi. Dia panik ketika melihat siapa orang itu. Raut ketakutan terpancar dari wajahnya.

"Om..om Aldy" kata Kiara.

Aldy tertawa penuh kemenangan dan tawanya memenuhi seluruh ruangan.

"Ada apa gadis kecil, apa kau takut hmm" Aldy mendekati Kiara, Kiara melihat tangan Aldy yang membawa pistol. Kiara semakin takut.

Apa benar, aku akan pergi dari dunia ini. Batin Kiara.

Aldy sudah berdiri tepat di hadapan Kiara yang sudah tak memiliki tenaga lagi.

"Apa kau ingin menemui kembaran mu, Kiara lativa angkasa" Aldy menekankan nama Kiara.

Kiara bergetar hebat, keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya. Giginya sudah bergelatuk.

"Om Aldy mau.. mau ngapain" kata Kiara terbata bata.

Bukannya menjawab kiara, Aldy menodongkan pistol ke arah kepala Kiara. Tangannya bergerak menarik pelatuk pistol itu.

Dor

Dor

Mereka telat, angkasa beserta polisi, mereka telat.

Aldy sudah tak sadarkan diri begitu pun dengan kiara. Angkasa segera membawa Kiara pergi ke rumah sakit dengan air mata yang terus menerus mengalir. Devano dia mematung melihat Kiara.

Kiara di larikan ke rumah sakit, sekarang mereka semua sedang menunggu dokter mengeluarkan peluru dari kepala Kiara.

Angkasa menatap devano.

Bugh

Bugh

Devano jatuh tersungkur, angkasa memukul nya dengan keras.
Angkasa menarik kerah devano dan menunjuk ke arah mukanya.

"Kalau terjadi apa apa pada Kiara, saya tak akan memaafkan kamu" angkasa menghempas kan devano. Semua orang hanya bisa melihat tak berani membantu.
Begitupun dengan orang tua devano.

Devano akui, dia memang lalai menjaga Kiara.

"Pergi kau dari sini" kata angkasa
Devano menggeleng.

"Nggak yah.."

"Jangan panggil saya ayah" kata angkasa.

"Dev mohon. Dev ingin melihat Kiara sadar" mohon devano.

Belum sempat angkasa menjawab, dokter keluar dari ruangan operasi.
Angkasa memilih menemui dokter daripada membalas perkataan devano. Jujur saja, angkasa kecewa akan apa yang di lakukan devano.
Tapi dia pun tak bisa menyalahkan siapa pun, ini semua sudah rencana yang di atas.

Devano terus merutuki kesalahan yang sudah membuat kekasih nya sekarang berbaring di ranjang rumah sakit, dan sudah membuat angkasa marah besar padanya. Devano hanya berharap semoga ada keajaiban, kalau pun bisa, devano ingin memutar waktu.

The Bigest SadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang