di ambang kacau

405 20 0
                                    


Sudah setengah bulan berlalu, ancaman atau bahaya dari Aldy masih belum di tunjukkan. Angkasa sudah mengetahui cara bermain Aldy, dan pada saat ini pun Aldy masih belum diketahui keberadaannya. Dan dengan hal itu, acara pernikahan Kiara semakin dekat, Kiara belum mengetahui jika Aldy sudah melarikan diri, dan dia juga tak mengetahui bahwa dirinya sedang di pantau oleh anak buah angkasa dari kejauhan. Karena angkasa tak menginginkan Kiara merasa cemas dan ketakutan.

Di lain tempat, seorang pria setengah baya sedang sibuk merencanakan hal jahat dengan anak anak buahnya. Orang itu adalah Aldy.

"Kita harus cerdik, angkasa menyuruh anak buahnya memantau Kiara dari jauh, hal pertama yang harus kalian urus adalah anak buah angkasa yang memantau anak itu"
Kata Aldy. Aldy telah mengetahui rencana angkasa.

"Lalu, setelah itu. Kalian bawa anak itu kesini, dan itu dilakukan setelah instruksi di berikan"

****

Devano, dia telah mengetahui akan Kiara yang berada dalam bahaya. Devano terus membuntuti Kiara kemanapun dia pergi. Dan itu membuat Kiara heran.

"Dev"

"Hmm" devano membalas ucapan Kiara hanya dengan deheman.

"Kamu kenapa aneh banget sih akhir akhir ini" kata Kiara.

"Aneh gimana" tanya devano.

"Ya aneh aja, kamu gak biasa nya ngikutin aku kemana mana, ada apa memangnya" Kiara menanyakan hal yang di takutkan oleh devano.

"Kenapa, kamu calo istri aku, takut ada yang ngambil kalo gak di jagain" kata devano dan menoel hidung Kiara, Kiara pun seketika blushing dan membuat devano terkekeh geli melihatnya.

"Nge blush nih" kata devano yang terus menggoda Kiara.

"Ihh kamu nyebelinn yaa"  Kiara memegangi wajahnya untuk menutupi pipinya yang sudah memerah bagai kepiting rebus.

"Mau jalan gak" tanya devano.
Kiara mengangguk antusias mendengar ajakan devano.

"Yuk" kata Kiara.

Kiara dan devano sedari tadi terus berjalan jalan mengelilingi kota Jakarta, dan macet pun di lalui mereka. Dan sekarang mereka sedang berada di sebuah taman, banyak anak anak kecil yang berlarian ke sana kemari dan hal itu membuat Kiara menampilkan senyum manisnya.

"Masa kecil adalah masa yang indah, dimana seseorang belum merasakan pedihnya dunia, melihat mereka bahagia membuat hati tenang" kata Kiara dengan matanya yang terus menatap anak anak kecil yang terus bercanda gurau.

"Tapi tak semua anak kecil mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Pasti diantara mereka ada yang sudah merasakan beratnya hidup. Di saat yang lain bahagia karena bermain dan bercanda bersama kawannya, ada pula yang harus bekerja untuk menghidupi kehidupan nya." Kata devano

"Kamu benar, tidak semua orang seberuntung itu. Hidup memang kejam, tapi kita tak boleh putus asa. Karena jika kita melihat ke belakang, masih banyak yang lebih menderita di Banding kita" Kiara menatap devano yang juga sedang menatapnya, mereka bertukar senyum.

"Kita makan siang yuk" kata Kiara.

"Yu" balas devano.

Mereka berdua pergi meninggalkan taman tadi, devano membawa Kiara ke sebuah warung di pinggir jalan.

"Kita makan di sini, gak papa kan" kata devano

Bukannya Kiara marah seperti kebanyakan perempuan manja lainnya, tetapi dia malah tersenyum dan menampakan raut senang di wajahnya.

Mereka memesan makanan dan melahapnya hingga tak tersisa, karena membuang buang makanan adalah hal yang tak patut untuk di lakukan.

Devano mengantar Kiara kembali pulang, setelah itu dia hanya menitip salam untuk angkasa dan maira karena tak bisa bertamu.

Kiara memasuki rumahnya, di ruang keluarga ada angkasa serta maira yang  sedang berbincang hangat. Kiara menghampiri mereka dan duduk di tengah tengah mereka.

"Kenapa sayang" tanya maira dan mengelus kepala Kiara.
Kiara menggeleng lalu mengambil remote, dan mengganti siarannya.

Dan entah kenapa perasaan Kiara seperti tak baik baik saja. Kiara menghempas pikirannya tentang itu, mungkin dirinya hanya sedang badmood.

"Yah, Bun. Tadi ada salam dari devano, katanya gak bisa main, ada yang mau di urus" kata Kiara memakan camilan yang ada.

"Oh gitu ya" kata maira dan diangguki Kiara.

Mereka kembali diam, hanya ada suara televisi yang meraung di ruangan itu.

"Yah..Bun.." kata Kiara pelan namun masih dapat di dengar oleh keduanya.

"Ada apa" kata angkasa.

Kiara seperti sedang menimang nimang akan berkata apa. Takut takut dia salah kata.

"Ayah sama bunda masih ingat perkataan kia waktu itu, yang kita lagi kumpul bareng di teras rumah" kata Kiara.

"Perkataan yang mana, kan waktu itu kamu banyak ngomong" kata angkasa dengan kekehan kecil nya.

"Yang kia bilang kalau kia bakal ninggalin kalian" kata Kiara seperti berbisik.

"Kenapa kamu bilang kayak gitu lagi" kata angkasa menatap Puteri nya yang sedang menunduk.

"Kia.. gak tau yah.. kia rasa kia beneran akan pergi. Seolah, ajal kia udah dekat yah" kata Kiara yang kini sudah menatap angkasa.

"Kamu gak boleh ngomong kayak gitu lagi, ayah gak suka. Sekarang kamu pergi ke kamar lalu tidur" kata angkasa dan di turuti oleh Kiara.

Dan tersisalah mereka berdua lagi.

"Mas, aku takut.. apa yang di katakan Kiara akan terjadi" kata maira.

Angkasa membawa maira ke dekapannya.

"Itu tidak akan terjadi, kita akan selalu melindungi nya" kata angkasa

"Tapi, entah kenapa perasaan ku tak enak akan hal itu" kata maira.

Angaksa hanya diam dan dengan tangannya yang terus mengelus rambut maira. Angkasa pun merasakan hal yang sama dengan apa yang di rasakan oleh maira.

Hari sudah larut, tetapi Kiara masih belum bisa tidur. Kiara bangun dari tidur nya dan berjalan menuju lemari yang banyak bertengger kan Poto. Kiara mengambil salah satu bingkai dengan Poto dirinya serta orang yang sangat mirip dengannya. Kaila. Ya Kiara sedang memandang wajah cantik kaila di genggamannya.

"Kak.. Kaka udah bahagia ya. Maaf jika kia ngingkari janji kia untuk selalu bahagia. Susah kak untuk melakukan nya, andai Kaka di sini, pasti kia bahagia, dan Kaka bisa liat kia nikah sama devano" kata Kiara, dan tak terasa satu tetes benda bening keluar dari matanya. Kiara menghapus nya lalu menarik nafasnya untuk mengontrol emosi nya agar tak menangis.

"Maaf kak, saat ini pun kia kembali sedih." Kiara menempatkan kembali Poto itu di tempatnya dan dia kembali ke kasur nya dengan menyelimuti tubuh nya. Kiara tertidur.


The Bigest SadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang