ending

552 22 0
                                    


Dokter keluar dari ruangan operasi, angkasa langsung menghampiri nya begitupun dengan yang lainnya.

"Bagaimana dok, bagaimana keadaan anak saya" kata angkasa.

"Dia baik baik aja kan dok" kata devano.

Keadaan kedua lelaki itu sekarang sangat kacau.

"Dokter, Jawab. Anak saya baik baik aja kan dok" kata maira yang sudah menarik narik jas sang dokter.

"Maaf sebelumnya, saya harus menyampaikan hal ini.." kata dokter

"Apa maksud dokter" kata angkasa.

"BUNDA, Kiara dimana Bun" teriak Diandra yang baru saja datang.

Diandra melihat ke arah dokter.

"Dok bagaimana keadaan adik saya" kata Diandra dengan mata yang sudah sembab.

"Maaf, kami sudah melakukan yang terbaik. Tapi Allah berkata lain, Kiara tak dapat di tolong"

Bagai petir di siang bolong, hati mereka mencelos mendengar nya.
Devano menangis histeris begitupun dengan maira dan Diandra.

Dave datang, dia melihat semua orang tengah menangis.

"Ada apa ini" katanya

Wisnu menghampiri Dave dan menepuk bahunya.

"Yang sabar, ikhlasin Dave" kata Wisnu.

"Apa maksud om" kata Dave.

"KIARA UDAH GAK ADA KAK" teriak Diandra.

"Dia pergi.. dia ninggalin kita hiks.. Kiara pergi kak.. pergi..." Kata Diandra.

Brukh

Maira pingsan, dia tak sanggup menghadapi ini. Kedua putrinya pergi di tangan orang yang sama.

Devano memasuki ruangan Kiara. Kiara sudah di tutup oleh kain putih. Devano memeluk Kiara. Dia menangis sesenggukan.

"Kenapa.. hiks.. kenapa kamu pergi sih kia.. aku cinta sama kamu.. aku gak mau kamu pergi... Hiks. Bangun.." devano terus mengguncang badan Kiara yang sudah tak bernyawa.

Dave masuk, dia merangkul devano.
"Lo ikhlasin.. bukan Lo aja yang menderita, gue juga" kata Dave berusaha untuk tegar.

Devano menghempas rangkulan Dave.
"Gak usah sok tegar bang" kata devano dan kembali memeluk Kiara.

"Ra bangun Ra.. kita bakal nikah seminggu lagi.. kenapa Lo malah pergi.. bangun Ra bangun.. gue mohon.. bangun..BANGUN KIARA"  devano terus kekeuh membangun kan Kiara. Diandra ikut masuk dan menangis melihat keadaan adiknya sekarang.

"Kia.. ini Kaka.. kia bangun.. ayo.. hiks.. kamu gak kangen sama Kaka.. hiks.." kata Diandra.

Dave memeluk adiknya.

Diandra terus menerus menangis.dia tak sanggup melihat ini semua.
"Kak.. kak Dave kenapa gak hiks.. gak bisa jagain kia.. hiks.. kenapa kak.. hiks.. aku udah pesan kan.. hiks.. JAGA KIARA KAK.. Jaga dia..hiks.. tapi kenapa kak..hiks.. Kaka gak ngejaga nya" kata diandra, Dave memeluk Diandra.

"Maaf.. maafin Kaka.. kaka memang gak becus jagain adik kita" kata Dave.

"Iya.. hiks.. Kaka gak becus.. hiks.. Kaka gak becus jagain kia.. hiks.."

Brak

Pintu terbuka dengan paksa, dan terlihatlah disana angkasa yang amarah nya sudah membara.

"Pergi kamu dari hadapan saya" kata angkasa pada devano.

"Yah tolong.. ijinin aku untuk bersama Kiara untuk terakhir kalinya" mohon devano.

Bugh

Bugh

"Mana janji kamu pada saya, saya sudah mempercayakan Kiara pada mu, tapi kamu tak sama sekali menjaga nya"

Bugh

Bugh

"Yah stop yah" lerai Dave dan menjauhkan devano dari angkasa.

"Yah ini udah takdir, kia udah pergi, tak ada lagi yang bisa di ulang." Kata Dave.

Angkasa diam dan mendekati Kiara yang sudah memejamkan matanya untuk selama lamanya.

"Kamu istirahat yang tenang sayang" angkasa mengecup kening Kiara.

Kamu benar Kiara, kamu benar. Kamu akan pergi dari kami. Maafin ayah Kiara. Batin angkasa.

The Bigest SadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang